Tiramissu

5.5K 910 84
                                    

Sudah dua minggu sejak 'pertemuan pertama' Saga dan Sasa, di kantor keduanya bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa. Saga tetap memberi tugas mematikan, dan Sasa tetap diam-diam memanggilnya titisan setan.

Hari ini pun sama. Sasa banyak menghabiskan harinya dengan merenung karena proposal perusahaan Sanken sudah masuk revisi ke-14 dan Saga masih saja belum puas dengan hasilnya.

Tik, tok, tik, tok..

Jam menunjukkan pukul 13.40. Waktu-waktu krisis konsentrasi mengantuk.

"Bu Irene." Panggilan Office Boy dari pintu ruangan membuat semua staff yang sedang khusyuk langsung menoleh. "Ini buat Ibu."

Mereka lebih kaget lagi saat OB yang datang membawa plastik besar.

"Daus? Apa itu?"

"Wah Ibu wangi-wanginya enak nih." Hasbi langsung berdiri dari bangkunya dan meregangkan badan.

Sherin yang posisi bangkunya paling jauh dari Irene saja langsung menghampiri Irene.

Kalau Sasa tinggal menoleh ke kiri karena ia duduk di kanan Irene.

"Dianter gojek ke lobi Bu katanya dari Pak Eugene."

"Alamakjaaang." Semua langsung menggelengkan kepala.

"Emang pasutri yang goals mah begini ya." JK ikut berdiri hingga membantu Irene membuka plastiknya. Yang rupanya di dalamnya ada sebuah kue tiramisu.

Eugene memang tidak ada di kantor belakangan ini. Sejak beberapa hari yang lalu ia dinas ke Balikpapan.

Ketika karyawan lain sibuk memuji betapa romantisnya Eugene, Irene tau-tau menerima telepon dari suaminya itu.

"Halo kamu udah terima kuenya? Di receipt Gojek-ku udah sampe soalnya."

Suara Eugene terdengar sampai ke Sasa.

"Ih aku kaget banget dibeliin soalnya aku emang lagi ngidam tiramisu dari tadi malem! Niatnya pulang kantor mau beli dulu!"

"Jodoh tandanya kita. Aku kepikiran ngirim soalnya kamu suka kan dan jam-jam segini bikin ngantuk biasanya kamu butuh cemilan."

"Udah lah kaum lajang can't relate udah udah balik kerja." Tukas JK.

Sasa sendiri masih melirik box cokelat besar itu. Sebuah kartu kecil membuatnya tak bisa mengalihkan pandangannya daritadi.

Kartu kecil itu digantung di sudut kotak, dengan tinta biru di atasnya bertuliskan, "Halo, ini ada tiramisu, soalnya lagi miss u."

Sasa tak bisa membayangkan melakukan hal serupa jika ia jadi menikah dengan Saga.

Nanti gue beliin dia gorengan depan kantor, di kertas gorengannya gue tulis 'Pak, ini gorengan untuk bapak. soalnya tugas bapak bikin saya pengen ngegoreng bapak.'

"Sa."

Nah kan muncul suaranya.

"Apa Pak?"

Menoleh ke ruangan Saga, orang itu berdiri di ambang pintunya.

"Kayaknya kamu harus lembur nanti malem."

"Ppfhbt." Anak-anak lain tak kuat menahan tawa mendengarnya. Hasbi bahkan sampai pura-pura mengambil barang dari tas agar dapat menunduk dan tertawa.

"Mau ada proyek besar masuk dari Nestle dan proyek serupa pernah kamu handle waktu Danone dulu. Nggak lama kok nggak bakal sampe di atas jam tujuh."

Sherin mengisyaratkan "Mati lu Sa." Dengan bibirnya.

Masalahnya hari ini hari jumat. Bagi staff-staff biasa seperti mereka, jumat merupakan surga dari segala hari.

"Harus banget lembur Pak?" Sasa sudah setengah kesal. "Emang tugasnya kayak apa Pak?"

"Sini deh kamu masuk ruangan saya dulu."

"Yang sabar ya Mba Sasa..." Bisik JK kecil ketika Saga sudah masuk ruangan.

Sasa pun hanya ikut perintah dan ke ruangannya, meski sebelumnya ia mendengus kesal.

Menutup pintu dan duduk di depan meja bosnya itu, tau-tau Saga menatapnya dalam.

"Sa, nenek saya udah sewa gedung."

"HAH??!!!!??"

"Saya juga kaget. Tiba-tiba banget dia WA saya, saya juga jadi nggak enak sama kamu karena omongan terakhir kita kan belom sampe yakin nikah."

"Berarti kalo kayak gitu, kita udah dapet tanggal nikah dong Pak?"

"Iya. Bulan depan. Di Mandarin."

HAAAHHH??!!!

"Katanya ini udah hasil runding sama Mama kamu juga." Saga memijit tengkuknya pusing. Nikah mendadak begini jauh lebih membuat Saga pusing dibanding tujuh deadline tugas dalam waktu bersamaan. "Makanya saya mau tanya dulu sama kamu. Kamu beneran mau nggak? Kalo nggak saya tinggal bilang ke nenek saya."

Mau, nggak, mau, nggak, mau, nggak...

"Mau aja kali ya Pak?"

Pernikahan ini benar-benar seperti menentukan beli snack bagi mereka.

"Yaudah deh Pak mau aja."

"Oke kalo gitu nanti malem kita pilih ini-itu di gedungnya, udah satu paket sama EO-nya. Nenek saya bilang konfirmasinya bisa dilakuin mulai hari ini."

Oh jadi tuh sebenernya nggak lembur... Pak Saga cuma excuse aja biar gue bisa masuk ruangannya tanpa bikin orang curiga. Pinter, pinter.

"Kalo gitu saya permisi ke luar ya Pak."

"Loh Sa ntar dulu, saya manggil kamu emang beneran mau kasih tugas lembur."

Ngok.

The Proposal | A Romantic ComedyWhere stories live. Discover now