Mendengar perkataan Tara barusan, Gadis menengok kesamping dan melihat Tara tersenyum dengan PDnya. Terkadang Gadis bingung Tara tuh orangnya stay cool, cuek, tapi jika bersamanya dan kedua orang tua mereka, sifatnya tuh berubah 180 derajat. Yang awalnya Cuek - cuek bebek jadi imut - imut kek marmut. Gemesin sekaligus ngeselin.

"ck iya.. Iya berisik Lo, lagian pd banget sih kalau Lo itu tampan. "kata Gadis seraya memalingkan wajahnya dari wajah Tara. Memandang lurus kearah langit - langit kamarnya.

Tara membenarkan letak tatanan rambutnya dan melihat kearah langit - langit kamar kakaknya. "ye..gini - gini adek Lo ini tuh disekolah dikejar - kejar banyak cewek tau. "

"cih... Yang ngejar Lo tuh pasti cewek - cewek yang matanya rabun. Makanya ngelihat Lo jadi ganteng, gue kasihan jadinya deh sama mereka. " ledek Gadis.

Tara hanya mendengus sebal. Diam mendengar perkataan kakaknya itu, kalau dia nanggepin bisa - bisa sampe subuh nggak akan berhenti.

Tara bangkit, memposisikan tubuhnya menjadi duduk dengan kedua kaki yang menjuntai kelantai. "kak.. Gue mau pergi ke ultah temen gue ya, ultahnya sih nanti malam tapi berangkat sekarang mau ke mall dulu cari kado. Lo dirumah sendirian gak papa kan? Mungkin Papa sama mama baru pulang besok. "

Gadis hanya bergumam menjawab pertanyaan Tara.

"Lo kunci pintunya aja nanti, takutnya gue pulang malam. Nanti biar gue bawa kunci cadangan. " jelas Tara melihat kearah Gadis yang memejamkan matanya.

Melihat itu Tara bedecak, sebal. "ck.. Malah tidur... Oi jangan tidur dulu. Lo belum mandi pasti, seragam aja masih dipake. Jorok banget sih Lo jadi cewek. "

Sedangkan Gadis masih tetap memejamkan kedua matanya. Hanya bergumam untuk sekedar menjawab ocehan Tara adeknya.

Tara berdiri. Kemudian melihat kearah kakaknya yang tak bergerak seinci pun. "mandi dulu sono,terus baru tidur...Lo tuh bau tau.. Udah baunya kek bunga bangke.. Hhh. "ujar Tara seraya berlari keluar dari kamar,sebelum kena amukan macan betina.

" Dasar Tara kamprett Lo ya..! "teriak Gadis.

Mendengar suara pintu yang tertutup Gadis menghela nafas, pasti adeknya udah keluar ntah kemana tuh tadi bodoamatlah yaw.

Berdiri berjalan mengambil handuk yang ada dilemari. Kemudian berjalan kearah kamar mandi. Mungkin sedikit guyuran air dingin dapat menghilangkan rasa capek dan pegal yang ada ditubuhnya. Baru Setelah Mandi Gadis akan melanjutkan kegiatan menyelami dunia mimpinya.

***

Langit berwarna jingga, menandakan bahwa malam akan segera datang. Angin berhembus, menerbangkan rambut pendek seorang pemuda.

Andra menatap kedepan, menatap kearah air danau yang jernih dan tenang. Hembusan angin terasa menerpa wajahnya, membuat ia sedikit merasa tenang karnanya.

Didermaga ini, Andra duduk termenung sendirian. Dengan wajah datar seperti biasanya, namun sedikit berbeda karna ada beberapa memar yang menghiasi wajah tampannya.

Mata yang selalu memancarkan aura dingin tak tersentuh, kini terlihat meredup.

Fikirannya melalang buana, mengingat bagaimana tadi ia bertengkar dengan Ayahnya.

" Kenapa lagi muka kamu Andra hah!! Kamu berantem lagi?! Bisakah kamu sehari aja nggak bikin Ayah malu hah!!" teriak Hermawan, Ayah Andra.

Andra memalingkan muka tak ada sedikit niat pun untuk melihat wajah Ayahnya dan menjawab pertanyaannya.

Melihat sang putra yang acuh, dan bahkan hanya diam tanpa menatap kearahnya membuat Hermawan semakin marah. "Dasar anak tidak sopan! Ayah tidak pernah mengajarkanmu berlaku tidak sopan seperti ini. "

"ck.. Sejak kapan anda pernah mengajari saya soal sopan santu hah? Sejak dulu, disaat Andri masih ada dirumah ini.. Sampai sekarang anda tak pernah mengajari kami. Karna apa?karna Anda terlalu sibuk dengan wanita - wanita jalang itu!!! "

Plakkk.. Satu tamparan mendarat dengan mulus dipipi Andra. Menambah rasa perih di wajahnya yang awalnya sudah penuh dengan luka.

Hermawan terdiam dengan nafas yang memburu. Kemudian ia tersadar akan apa yang barusan telah ia perbuat.

"Ayah nggak ber---" sebelum perkataanya selesai. Andra telah pergi berbalik menuju pintu keluar rumah.

Menengadah menatap indahnya langit senja. Andra menghembuskan nafasnya, mengingat pertengkaran dengan Ayahnya tadi membuat rasa sesak didadanya semakin menjadi.

Setelah pertengkaran itu terjadi, Andra langsung meninggalkan rumah. Dan berakhir didermaga ini. Tempat dimana dulu ia menghabiskan waktu hanya untuk sekedar melepas penat dengan kembarannya.

Namun sekarang dia hanya seorang diri. Sendiri berteman dengan sepi.

"dulu.. Ketika gue mau tawuran, Lo selalu ada buat ngecegah gue. Bahkan ketika gue bonyok akibat tawuran kek gini, Lo bakal marah - marah, ngomelin gue.. Tapi Lo juga beliin gue obat, meski Lo nyuruh gue yang ngobatin sendiri luka gue. "

"Lo sendiri yang nyiptain luka yang ada diwajah Lo, jadi Lo juga harus ngobatin luka itu sendiri. Jangan jadi orang manja kalau Lo udah berani tawuran. Nggak malu? "

Andra tersenyum ketika bayangan dan perkataan Andri muncul didalam fikirannya.

"tapi sekarang udah nggak ada yang peduli sama gue." gumam Andra tersenyum miris.

"Lo udah pergi...."













Jangan lupa vote, comment, dan share cerita ini ya.. Hehe:v

Sampai ketemu lagi dipart selanjutnya.. Dah.. 😊😊😂

Cool Boy vs Girl Indigo Kde žijí příběhy. Začni objevovat