Happy reading gengs
.
.
.
Semoga suka😃Tuhan menciptakan aku diantara kalian agar kalian bahagia dan bersyukur kepada-Nya dan itu dilakukan dengan cara kalian merawat dan menyayangi ku sepenuh hati. Bukan menjadikan ku robot yang harus menuruti semua keinginanmu.
ππππππππ
Seoul, Korea Selatan. 12.00 am.
KIM SEO-JUN menatap malas pria paruh baya yang tengah duduk di sofa ruang kerjanya. Laki-laki yang hanya memperalat dirinya agar menuruti segala perintahnya tanpa mau mempedulikan perasaan anaknya sendiri.
Terkadang ia berpikir. Benarkah ia anak dari pria tua bangka itu?
"Apa mau mu?" Tanyanya langsung tanpa basa-basi.
Bukan bermaksud tidak sopan. Tapi, pria tua bangka itu hanya akan mendatangi dirinya ketika ia dibutuhkan selebihnya?
Jun dianggap sampah tak berguna.
Jika dipikir-pikir, Jun sendiri seperti robot mainan milik Appa nya Kim Ha-Joon.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu, son? Kamu putraku, Jun. Apa aku tidak boleh menjengukmu?"
Putra?
Jun berdecih mendengar pria tua bangka yang penuh dosa itu memanggilnya putra.
"Aku sangat sibuk. Katakan apa yang ingin kau katakan!"
Kim Ha-Joon terkekeh mendengar nada kesal yang diselimuti kedinginan dalam nada bicara Kim Seo-Jun-anaknya sendiri, pewaris tahta perusahaan Kim Coorporation yang akan dipastikan perusahaannya ini akan semakin jaya jika Jun menyetujui idenya itu.
"Kamu sangat paham akan pikiran Appa mu, Jun?" Godanya, membuat Jun berdesis kesal, matanya yang elang menatap tajam menembus kacamata bening milik sang ayah, dan menusuk langsung tepat di netranya.
Memahami situasi yang mulai panas di ruangan pencakar langit ini, padahal terdapat tiga pendingin ruangan yang menyala sempurna.
Kim Ha-Joon berdehem untuk memulai pembicaraan.
Jika tidak segera dimulai dan Jun sudah terlanjur dikuasai amarah akan sangat sulit membujuknya melaksanakan rencana besar ini.
Jun memang sangat seperti dirinya. Tempramen, egois, dingin, namun penuh kepastian akan segala tindakannya.
"Kamu tahu, Appa mu habis melakukan perjalanan ke Amerika?"
YOU ARE READING
The Fake Wedding
RomanceTerjatuhnya mobil yang Avicenna dan rekannya tumpangi untuk menuju objek pemotretan membuat mereka terdampar di sebuah desa terpencil dan terbelakang. Avicenna sendiri baru tahu bahwa ada desa itu di Indonesia. Namanya suku Jawa pasti kental akan ad...