Cut

15 0 0
                                    

"Stop, Avicenna. Stop!" Ujar seorang laki-laki kepada wanita yang menggeret tangannya.

Laki-laki itu menghempaskan tangannya dari genggaman Avicenna.

Avicenna yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. "What's wrong?"

"Stop. don't ever force me to do this or that,"

Avicenna hanya mendengarkan dengan malas. "Terus mau kamu apa?"

"Ingat Avicenna, 이 결혼은 가짜 결혼입니다 (i gyeolhon-eun gajja gyeolhon-ibnida)"

"Oh, benarkah?"

Laki-laki itu mengangguk.

"Ya ya ya. Aku tahu itu. Ini hanyalah fake wedding. Dan hidup yang kita jalani adalah marriage fake,"

"Tapi, tidak bisakah kamu melakukan tugasmu selayaknya suami dan aku melaksanakan tugas ku selayaknya istri? Kamu cukup mencari nafkah dan aku membuatkan masakan untuk mu. Tidak bisakah itu terjadi selama kita terdampar disini?"

"No. Big No!. Ini bukan hidupku. Apa kata orang-orang jika seorang Kim Seo-Jun bekerja kasar seperti itu. Pekerjaan yang kasar dan menjijikkan. Sebelumnya aku tidak pernah melakukan itu,"

"Aku tahu kamu hidup bergelimang harta, Kamu tidak pernah susah. Tapi itu dulu, dulu sekali sebelum kamu terdampar disini,"

Lelah. Itulah yang dirasakan Avicenna. Ya Alloh, kenapa ia harus terdampar disini dan bersama pria tidak tahu diri ini?

Laki-laki payah dengan sejuta kesombongannya.

Avicenna menghapus air matanya yang tanpa permisi keluar.

Melihat Avicenna mengusap pipinya membuat Kim Seo-Jun tersentak tiba-tiba. Tuhan, apakah Avicenna menangis?

"Kamu ... menangis?"

Avicenna tidak memerdulikan pertanyaan Jun. Bukan urusan juga ia mau menangis atau tidak?

Avi tahu Jun tidak akan peduli kepadanya. Dia hanya akan peduli pada dirinya sendiri.

Jun adalah salah satu wujud manusia egois.

Dengan tersenyum kecut Avi berkata, "Up to you. Jika kamu mau makan nasi. Maka bekerjalah. Jika tidak bekerja, silahkan makan batu yang ada di belakang rumah."

"Eh,"

The Fake Wedding Where stories live. Discover now