05┊ soal tiga tahun chandra

1.3K 349 74
                                    

"rea

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"rea." panggil mala dari dapur, suaranya mengadu bersama gemercik tungku yang apinya sahut-menyahut. masih pagi, terlalu dini untuk memasak kalau boleh diberitahu ke mala.

rea bangun dengan kantuknya yang masih melekat, berjalan mendekat ke arah dapur sambil netranya mengerjap. "kenapa, kak?" tanyanya.

mala membereskan sisa kotoran bekas memasak, melepas celemek lalu bilang, "kamu hari ini ada les bersama yanuar? aku boleh ikut?"

rea memasang wajah bingung, sangat sampai-sampai keningnya mengernyit. "kenapa memangnya, kak?"

belum selesai obrolan mereka, pintu rumah rea terketuk. rea permisi sebentar, meninggalkan mala yang kikuk setengah mati mau jawab bagaimana. rea membuka pintu, mendapati wajah chandra dengan semangatnya tersenyum manis. kelewat manis.

"kak chanda? mau panggil kak mala, ya?" setengah mati menahan getaran, rea bertanya pelan.

"mau mengobrol berdua."

rea memalingkan wajah, berniat pergi memanggil mala yang sedang sibuk membereskan dapur. chandra menahannya, menarik tangan rea untuk berhadapan.

"sama kamu."

netranya bersibobrok dengan wajah chandra yang serius, tidak seperti biasanya. dia melangkah keluar, menutup pintu sambil mengikuti tapak kaki chandra yang membawanya ke laut lepas.

mereka berdua, ditemani semilir angin pagi dari laut, memandang betapa bebasnya ombak yang bersahut-sahutan datang dan menyapa bibir pantai. satu senyum tipis terulas manis di wajah sang pemuda, merangkum langit kelewat pagi di matanya.

"kenapa, kak?"

"chandra. mau dibilang berapa kali, sih, rea? panggil nama aja. engga usah pakai kata kak."

"hmm... gabisa, ah. cepetan. kenapa?"

chandra duduk di pasir, menepuk-nepuk tempat sebelahnya yang kosong. rea menurut saja, menjatuhkan diri di sampingnya sambil menatap luasnya cakrawala yang mengedarkan bintang-bintang manis dengan bebas.

"rea... saya——ah, engga, maksudnya... aku kangen kamu."

rea yang sudah berkawan lama dengan sepi cuma bisa terdiam. memesan resep bagaimana cara menuntun hatinya untuk kembali kuat setelah tiga tahun tak kunjung jua menatap dan terbiasa dengan ketidakhadiran chandra.

"....."

sepi, rea tidak menjawab kala chandra menariknya mendekat, agar pas kepalanya bersandar. mereka berdua duduk bak pasangan yang merajut roman, memaki bagaimana tadinya jarak bisa tega-teganya memisahkan mereka.

"tiga tahun, rea. tiga tahun setiap malamnya aku ragu." chandra merapihkan beberapa helai rambut rea yang diterbangkan angin.

"ragu? soal apa?"

tangan chandra perlahan menggenggam tangan rea, membuatnya pas dalam kehangatan yang sudah lama dirindukan.

"ragu tentang semua hal tentang kamu. tentang aku. tentang kita berdua, apa bisa berubah menjadi satu?"

rea berkontemplasi dengan pikirannya sendiri, mengadu perasaan yang sudah terhambur-hambur kala mendapati kalau pemuda dalam hatinya itu kembali pulang. sungguh, ya, semesta. jangan suka mempermainkan mereka.

"rea, aku yakin kamu marah. tapi, re, aku belum pernah cerita soal alasannya, ya?"

"alasan kak chandra berpindah pelabuhan hati? atau alasan kak chandra tiga tahun pergi tidak kembali? atau alasan yang lain? soal apa lagi?"

chandra tertawa kecil, "kamu cemburu."

"engga!" tepisnya, buru-buru mau bangkit dari posisi bersandar sebelum chandra malah menariknya agar tetap disana.

"aku enggak bilang itu tadi pertanyaan. jadi, kamu, kangen aku juga atau tidak?"

rea berdehem singkat, membiarkan pertanyaannya menggantung sendiri. angin sepoi menabrak rambut mereka, alunan dari derasnya terjangan ombak juga membantu, menyiapkan suasana pas untuk mereka saling membuka pikiran dan larut pada bagaimana indahnya dunia jika diisi berdua saja.

"kalau engga kangen juga gapapa, sih sebenarnya. yang penting kamu tau, kalau setiap malam dalam tiga tahun penuh tanpa kamu, aku kepikirannya cuma satu: kamu."

"gombal." ketus rea.

"siapa?"

"kak chandra, lah. masa aku?"

chandra tertawa dibuatnya. kembali menerka-nerka, bagian mana yang mau diceritakan dahulu. mereka berdua membelakangi temaramnya beberapa lampu minyak dari berpetak-petak rumah yang menghadap pantai seluruhnya.

"jakarta itu mimpi buruk, rea. aku jujur." chandra membuka, menyelipkan satu klausa yang dia pendam semenjak menginjakkan kaki di ibukota.

"katanya jakarta berbeda. gimana sih? tidak konsisten."

"penjarahan. diculik paksa, diberantas. aku lihat semuanya dengan mata kepalaku."

rea menghela nafas, mengingat seberapa khawatir raut wajahnya di depan cermin kala itu. kala dapat berita soal pemberontakan mahasiswa serta merta tragedi di jembatan semanggi, semuanya terangkum satu. rea takut sekali kalau-kalau chandra jadi korban.

"kak chandra... balik kesini buat sembunyi? kalau sudah selesai semua... kak chandra ke jakarta lagi?"

chandra menggeleng. "kalau aku ke jakarta, maka kamu yang pertama kali aku ajak duduk bersama di geladak kapal."

rea tidak bisa menahan senyumnya lagi, membiarkan mereka berdua membias bersama udara pagi. menikmati surya datang dari ufuk timur, menyapa lembut meluluhkan beberapa embun yang menyelimuti dinginnya malam.

"rea..." panggilnya. "kita ini, tidak pernah ada dalam satu garis waktu sempurna juga tepat, ya?

gadis itu tersenyum, menghadap chandra sambil menatapnya lekat-lekat. "kak chandra pernah dengar soal semesta yang suka sekali bercanda? lumrah, lah, kak. jangan sebegitu kagetnya."

chandra menundukkan pandangan, meraih jemari tangan rea untuk dikaitkan. "perasaan aku, dan kamu, bukan sebuah candaan, rea."

rea diam saja, memperhatikan tangan mereka yang menyatu. sudah lama, sudah lama sekali rasanya rea hampir lupa bagaimana tangan mereka bersama, mendamba rumah yang menyimpan seri misteri.

semuanya... masuk seperti teka-teki yang dirakit. sayangnya mereka berdua tidak bisa menebak bagaimana potongan puzzle selanjutnya akan seperti apa bentuknya.

 sayangnya mereka berdua tidak bisa menebak bagaimana potongan puzzle selanjutnya akan seperti apa bentuknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

note:
manis manis sj dahulu
pahit-pahit kemudian...
tapi boong—WKWKWK.

cepat follow ig baruku
kita gibah mereka disana aja guys
ok? okeee——!!<333

© jenoctopush

langit dan lautWhere stories live. Discover now