"Dia itu lelaki yang baik, dia juga alumni salah satu pesantren ternama," Khalisa merasa belum rela jika harus melepaskan. Menurutnya, apa salahnya mereka berpacaran, toh, mereka saling mengingatkan dalam kebaikan, lelaki itu juga tidak bersikap aneh.

"Kadang setan datang menggoda kita dengan cara yang begitu halus, seperti yang terjadi sama kamu ini. Itulah sebabnya kenapa kita dilarang chattingan dengan lawan jenis. Dari yang awalnya cuma nanya soal PR, terus saling mengingatkan, akhirnya jadi nyaman dan kepikiran. Nah, kalau udah memikirkan lawan jenis 'kan jatuhnya zina hati dan pikiran.." Khadija mengingatkan.

"Tapi aku masih sayang sama dia,"

"Kamu nggak kasihan sama ayah yang disiksa sama malaikat semenjak pertama kali kalian chattingan?"

Khalisa bagai ditampar, ia merasa sudah begitu egois.

"Ya Allah..." tangis Khalisa semakin pecah. Pelukannya semakin dieratkan.

"Nggak perlu jauh-jauh deh, Kakak tau kamu dan dia nggak pacaran seperti gaya pacaran anak-anak jaman sekarang yang pegangan tangan dan jalan-jalan, apalagi menyerahkan sesuatu yang paling berharga bagi perempuan. Kakak bicara hal yang mendasar aja.

Setelah kalian pacaran, pasti suatu saat dia akan mulai berani. Mulai minta dikirimkan foto, voice note, dan sebagainya dengan alasan kalau dia kangen sama kamu. Kamu akan merasa nggak enakan kalau kamu tidak menuruti keinginannya karena kamu adalah pacarnya. Tanpa sadar, kamu udah membiarkan lelaki lain yang bukan mahram kamu untuk menelisik wajahmu, mendengar suara indahmu.

Kalian akan terus berhubungan, sampai kamu melewatkan waktu belajar dan muraja'ah dengan menyibukkan diri dalam chattingan. Kamu setiap hari harus memberikan kabar kepadanya, kalau tidak, dia akan marah.

Suatu saat kamu mulai menyadari kalau hubungan kalian tidaklah benar. Tapi, kamu sudah semakin sayang sama dia dan merasa takut kehilangan dia. Kamu ingin menyudahi tapi ada rasa nggak rela. Sampai kalian tetap terus berhubungan.

Bukan cuma dia, kamu juga akan marah kalau dia nggak ngabarin kamu. Kamu juga akan takut jika dia berpaling dari kamu, sehingga kamu akan terus menjaga hubungan terlarang itu. Kamu terus mencoba untuk membuatnya semakin sayang sama kamu biar dia nggak ninggalin kamu.

Padahal, pada waktu yang bersamaan kalian sama-sama dirundung rasa bersalah. Kamu pengen minta putus tapi takut akan menyakiti perasaan dia. Begitu juga dengan dia yang ingin putusin kamu tapi dia khawatir kamu akan membencinya.

Pada dasarnya, permasalahannya adalah, kalian sama-sama sedang melawan diri sendiri. Kalian sama-sama alim tapi nggak berani memutuskan karena alasan masih sayang dan nggak mau menyakiti satu sama lain. Kamu terlalu takut jika setelah putus dia akan mencari yang jauh lebih baik dari kamu dan kamu akan menangis melihat kebahagiaan mereka.

Dek, coba kamu fikir ulang, yang namanya jodoh gak akan tertukar. Kamu masih muda, di usia belia ini, kamu seharusnya memikirkan bagaimana cara menjadi anak yang baik, bagaimana menjadi gadis yang produktif, agar bermanfaat bagi bangsa, bukan malah merusak pandangan orang lain tentang anak pesantren.

Kita ini dari pesantren, kita harus tunjukkan ke semua orang kalau kita bisa melawan hawa nafsu. Jangan sampai gara-gara kita, mereka yang cuma sekolah di sekolah umum bilang, " Toh, yang dari pesantren aja pacaran, lah kita? tunggu apa lagi?". Bukan cuma kamu, Dek. Kakak juga seorang perempuan, kakak juga melewati masa puber, kakak juga pernah suka dan disukai seseorang, tapi kakak lenyapkan rasa itu dan nggak memberikan dia sedikitpun harapan. Kakak nggak mau membuat Mom kecewa karena keegoisan kakak. Mom udah berjuang sejauh ini untuk kita, kenapa kita malah menyeretnya ke neraka?"

Kembar tapi Beda ✔ Où les histoires vivent. Découvrez maintenant