27. Melviner Company

Start from the beginning
                                    

"What the hell are you doing?" tanya Juliet dengan tajam.

"Priamu membuat perusahaanku hancur," kata pria tersebut dengan penuh amarah.

"Aku berhasil melewati para penjaga di luar gedung, sangat mudah bagiku. Dan aku akan membalaskan dendamku kepada pria sialan itu."

Juliet mengerti sekarang, pria tua di depannya ini sedang berencana untuk membalaskan dendamnya kepada Victor.

"Aku akan membalasnya, dengan caraku." Pria tersebut menyeringai ke arah Juliet.

"Dengan menjadikan kau umpan."

Juliet terkekeh mendengarkannya, dia tersenyum sinis ke arah pria tersebut.

"Aku tidak bodoh Juliet Carmen Axton," katanya menghentikan sikap santai Juliet. Mata Juliet membulat mendengar perkataan pria tesebut.

Pria tua tersebut langsung mengarahkan senjatanya ke arah Juliet hingga mengenai pahanya yang terbuka. Gadis ini mengerang kesakitan, ini adalah peluru yang mematikan syaraf kakinya. Tembakannya sama persis seperti tembakan dari senjata api.

Dengan cepat Juliet langsung menariknya, menahan rasa sakit dan lemas di kaki kanannya. Lalu menarik kepala pria tersebut dan dibantingnya dengan keras ke wastafel hingga tidak berkutik kembali.

Juliet terpaksa harus menyingkirkan pria ini, dia mengetahui identitasnya.

"Damn!" geramnya.

Juliet mencoba menghubungi orang kepercayaannya yang memang berada di sini untuk berjaga-jaga, menyuruhnya menyingkirkan pria yang entah masih ada nyawanya atau tidak.

Setelah beberapa menit datang tiga orang suruhannya membawa pria ta tadi pergi menghilang. Kini hanya dirinya yang menopang tubuhnya karena rasa sakit di kaki kanannya, dia mengigit bibir bawahnya dengan kuat.

Sudah tigapuluh menit dia berada di toilet, mungkin Victor telah membuka acaranya dan meresmikan perusahaan.

"Aku menunggumu," kata Victor dengan datar menghampirinya ke toilet.

"Aku sudah berpidato panjang lebar kau belum datang, sedang apa kau di sana?" tanyanya dengan dingin.

Keringat dingin Juliet sudah mengucur di pelipisnya, dia mencoba menegakkan tubuhnya. Berjalan ke arah Victor, tetapi tubuhnya limbung lalu dengan sigap Victor menangkap Juliet yang sedang lemah dan rapuh itu.

"Hey apa yang terjadi?" tanya Victor sangat khawatir, sedangkan Juliet mencengkram bahu Victor erat.

Keringat dingin mulai membasahinya, Victor bingung dan tambah cemas.

"Kaki aku tidak bisa digerakkan." Pria ini kelabakan langsung menggendong Juliet ke dalam dekapannya yang hangat, masuk ke pintu darurat menuju keluar.

Dalam hati Victor terus bertanya-tanya apa yang terjadi kepada Juliet.

***

"Apa yang telah terjadi?" tanya Victor kepada Juliet dengan wajah tegasnya.

Dia memandang tubuh tidak berdaya di atas ranjang tempat tidurnya. Mengetahui tentang kejadian yang menimpa gadisnya hampir saja membuat dirinya kalap dan marah.

Dia memanggil dokter ahli saraf dan Jack, kedua orang tersebut mengatakan hal yang sama. Bahwa Juliet terkena tembak peluru bius melumpuhkan otot kaki kanannya.

"Aku tidak apa-apa, Victor."

"Aku mencemaskanmu, kau tahu, dokter bilang tembakan itu akan melumpuhkanmu. Bagaimana jika kau tidak bisa berjalan?" tanya Victor dengan berusaha menekan amarahnya.

Dia duduk di pinggiran ranjang, tepatnya di samping Juliet. Mengusap kaki kanan Juliet yang hanya memakai gaun tidur tipis di atas lutut.

"Siapa yang melakukannya?" tanya Victor penuh penekanan. "Akan kuledakan kepalanya."

"Tidak perlu Victor," jawab Juliet pelan.

"Kau harus memberitahuku, aku tidak akan tinggal diam melihat kau seperti ini," kilah dirinya cepat penuh emosi.

"Aku akan memberitahukannya, tapi jangan sekarang. Aku sangat lelah."

Juliet mengerti akan kecemasan Victor, dia tersenyum. Tangannya mengusap rahang tegas pria tersebut begitu lembut, menenangkan dengan memberikan kehalusan disetiap sentuhan kulitnya.

Victor memejamkan mata merasakan desiran aneh yang membuatnya sangat nyaman, dia tidak ingin waktu terlalu berdetak cepat. Merasakan sentuhan Juliet membuatnya selalu merasa tenang, amarahnya lenyap.

Dia tidak ingin mengangganggu Juliet yang sedang lelah.

"Semuanya baik-baik saja," kata Juliet lembut.

Dia mengecup dagu Victor dengan dalam, dia juga tidak menyangka akan melakukan hal seperti ini. Wajahnya memanas, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Sedangkan Victor nampak begitu meresapi sentuhan memabukan itu.

"Kau berani menyentuhku," kata Victor memandang Juliet dengan senyuman sinis.

"Baiklah aku tidak akan menyentuhmu lagi." Victor menatap tajam, dia tidak menyukai kalimat dikeluarkan Juliet.

"Aku akan membuatmu menyesal mengatakan itu," gumamnya mendekat ke arah Juliet dan memberikan deruan napasnya di leher jenjang Juliet.

Hingga gadis itu meremang merasakannya, kemudian Victor mengecupnya dan memberikan tanda di lehernya. Satu tapi sangat mencolok dan begitu jelas.

"Tidurlah, aku akan bertemu Jack sebentar." Setelah memastikan Juliet tertidur, Victor langsung keluar kamarnya menghampiri Jack yang sedang berbincang dengan anak buah lainnya.

"Apa yang kau dapatkan?" tanya Victor, dia akan mencari hingga berhasil orang yang sudah mencelakakan miliknya.

Victor bukan orang yang penurut, jika Juliet tidak bisa memberikan keterangan maka dirinyalah yang akan mencari sendiri tanpsa sepengetahuan.

"Ini aneh," kata Jack menatap mata Victor.

"Maksudmu?" tanyannya heran.

"Aku melihat target kita dibawa oleh beberapa orang berjas hitam," kata Jack memberikan informasi. "Tetapi saat kami mengetahui tanda pengenal mereka di CCTV, kami sempat tidak percaya."

"Katakan apa yang kau ketahui!" tegasnya.

"Orang berjas itu adalah bawahannya keluarga Axton."

***

TO BE CONTINUE

Jangan lupa vote dan komentarnya yah, tunggu kelanjutan nanti.

Author juga mau ngucapin Selamat Merayakan Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. 

See u,

Jangan lupa kalian follow instagram pribadi atau wattpad; Desycahyaaa atau Demongrilwp

Desschya 24 Mei 2020.

Entangled with The Jerk [AXTON'S SERIES 3]Where stories live. Discover now