"Esa!"

Esa yang sedang rebahan di sofa ruang tamu sambil memainkan ponsel terinterupsi oleh panggilan Tante Gina. "Kenapa, Ma?"

Tante Gina keluar dari kamar dengan dua lembar uang seratus ribuan di tangannya. "Tolong beliin ayam bakar sebelas ya, terus minta tambahan sambal. Mama dari tadi nelepon gak diangkat terus soalnya."

"Esa doang yang Mama suruh? Teh Salsa sama Teh Acha?"

"Kan lagi pada pergi."

Oh astaga, pantas saja hanya Esa yang menjadi tumbal hari ini. Namun tiba-tiba sebuah ide muncul di otaknya.

"Ma, ajak Aldi nemenin Esa boleh, kan?"

"Coba tanyain aja dia mau atau nggak, kalua nggak mau ya udah kamu sendirian aja belinya."

Ya harus mau, lah, batin Esa, "Oke, Ma."

Esa mengambil kunci motor, lalu menghampiri Aldi yang habis mencuci gelas minumnya di wastafel dapur. "Ikut gue."

"Hah? Ke mana?" tanya Aldi keheranan.

"Beli makanan," jawab Esa, "ayo buruan, ah. Lama lu kayak siput."

Akhirnya Esa dan Aldi berboncengan ke warung ayam bakar yang terletak di seberang komplek perumahan. Warung sedang tidak ramai oleh pembeli, karena bukan saatnya jam makan.

Esa memarkirkan motornya. "Turun lu."

Aldi turun dari motor, kemudian Esa memberikan uang kepada Aldi. "Lu beli sebelas porsi ayam bakar plus tambahan sambal, jangan salah. Awas aja."

"O-oke ...." Aldi sedikit takut mendengar nada bicara Esa yang dingin. "kamu gak ikut turun?"

"Gak, gue nunggu di motor."

Baiklah, Aldi pun masuk ke warung seorang diri. Ia memesan makanan sesuai instruksi Esa, dan menunggu di salah satu kursi yang kosong.

"Esa lapo gak seneng karo aku, yo?" gumam Aldi, "koyok'e aku gak tau macem-macem karo arek'e."

(Esa kenapa gak suka sama aku, ya? Kayaknya aku gak pernah macam-macam sama dia)

Aldi larut dalam lamunannya, hingga pelayan warung ayam bakar membuyarkan lamunannya. "Permisi, masnya pesan ayam bakar sebelas porsi sama tambahan sambal, kan?"

"Eh, iya Pak. Jadi berapa totalnya?"

Setelah membayar, Aldi berjalan menuju parkiran motor. Anehnya, ia tidak menemukan baik Esa maupun motornya di tempat parkir.

"Mungkin Esa lagi pergi bentar," kata Aldi, "Tungguin dulu, deh."

Lima belas menit berlalu, batang hidung Esa tidak kunjung nampak. Aldi jadi panik, pasalnya ia belum terlalu hapal jalanan di sekitar komplek rumahnya. Bagaimana ia bisa pulang kalau begini caranya?

Untung Esa ingat bahwa ada yang namanya google maps, namun lagi-lagi ia berdecak kesal, aku kan gak hapal alamat rumahnya Om Rayyan?!

Makin paniklah si Aldi, hampir saja dia menangis putus asa kalau dia tidak ingat sesuatu.

Aldi mencoba bertanya kepada Jeffri lewat WhatsApp.

Jeraldi

|A Eji, tau alamat rumah Om Rayyan, gak?


Jeffri

|Jalan Dahlia Blok C1 no. 7

|Btw kok tiba-tiba nanyain alamat?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When Home Isn't HomeWhere stories live. Discover now