[0]

127 11 5
                                    

Jeffri

Tin! Tin!

Pagar rumah dibuka tak lama setelah Jeffri membunyikan klakson motornya, lalu ia menaikkan kaca helmnya. "Al, sekalian bukain pintu garasi ya."

Adiknya, Aldi, sedikit berlari masuk kembali ke dalam rumah, kemudian membukakan pintu garasi. Jeffri tersenyum kecil karena gemas melihat tingkah Aldi, ia pun segera melajukan Vespa hitamnya ke dalam garasi. Setelah memarkirkan motor, Jeffri membuka helm dan sedikit merapikan rambutnya.

"Assalamu'alaikum." Jeffri celingukan mencari Aldi. "Udah pada tidur, Al?"

"Wa'alaikumussalam, udah pada masuk kamar sih, A," jawab Aldi yang berdiri di sisi kiri Jeffri.

"Oh, gitu." Jeffri mengangguk-angguk kecil. "Mama sama Papa juga?"

"Iya, A. Terus tadi teh ...." Aldi menggantungkan kalimatnya karena agak ragu. "Mama ngomel tentang Aa gitu ...."

Tanpa diberitahu, Jeffri sudah memastikan ini akan terjadi lagi.

Jeffri menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Ya udah, sok kamu tidur. Makasih ya udah bukain pagar sama garasi buat Aa, maaf bikin Aldi nungguin sampai malam gini."

Aldi mengangguk, kemudian pergi memasuki kamarnya, meninggalkan Jeffri sendirian di garasi. Sempat terdiam sebentar, Jeffri akhirnya ikut beranjak dan pergi ke dapur karena hendak minum. Namun saat akan melewati ruang makan, ia melihat wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi. Seakan telah menunggu kedatangan Jeffri sejak tadi.

"Baru pulang kamu?"

Pertanyaan dengan nada sinis itu membuat Jeffri menghentikan langkahnya. "Aa habis latihan intensif buat lomba paduan suara, Ma."

"Tapi malam banget pulangnya, kamu keluyuran dulu pasti," tuduh mama dengan sorot mata tajam.

"Ma, Aa kan udah bilang dari pas sebelum ke kampus, udah ngabarin juga di grup WhatsApp kalau Aa bakalan pulang telat." Jeffri mengepalkan tangan kanannya agar emosinya tertahan. "Mama bisa tanya teman atau pelatih padus Aa sampai jam berapa latihan hari ini, terus tambahin sama setengah jam perjalanan pulang. Gak akan jauh beda sama waktu jam sekarang."

Keheningan menjeda percakapan dua orang tersebut, hingga mama kembali bersuara. "Emang ya, kamu selalu mentingin diri sendiri. Gak mikirin gimana perasaan keluarga terutama Mama."

Jeffri hanya diam, sementara tangan kirinya kini ikut mengepal. Matanya berusaha menghindar agar tidak bersirobok dengan manik sang ibu.

"Sampai IPK kamu turun drastis, berhenti dari semua kegiatan yang kamu ikuti di kampus dan fokus kuliah aja."

Tanpa menatap Jeffri, mama berjalan menuju kamar, membiarkan anak sulungnya berada di ruang makan sendirian.

Jeffri menutup sebentar matanya yang mulai berkaca-kaca, lalu ikut beranjak menuju lantai dua, tempat kamarnya berada. Ia masuk ke kamar dan menguncinya, lalu segera menjatuhkan diri ke kasur tanpa ada niatan mengganti pakaian terlebih dahulu. Minum saja tidak jadi.

Jeffri lelah, hatinya benar-benar lelah.

-

Jefian


Malam menuju Sabtu, keluarga Winata menonton acara talk show di televisi setelah makan malam mereka tandas. Sembari menyaksikan tontonan, Jeffri dan Aldi asyik berbagi keripik kentang balado di toples bening, sedangkan Fian sibuk menggulir Instagram melalui ponselnya.

When Home Isn't HomeWhere stories live. Discover now