Srintil mendekat ke rumah paling besar ditengah desa. Bangunan berbentuk joglo dengan pilar- pilarnya terbuat dari jati nggaleh atau jati tua yang sukar digergaji. Mengapa orang bisa membuat ukiran pilar dengan kayu yang sudah membatu. Tukang biasa akan susah menggergaji kayu tersebut, hanya orang yang disebut empu yang mampu melakukan. Sebelum mengukir tukang itu harus bertapa, puasa dan matiraga. Ia akan mengerahkan daya untuk bisa membelah dan membentuk kayu dengan tangannya serta dengan ilmu kesaktian. Bisa saja akhirnya ia dibantu oleh orang – orang yang tidak kelihatan yang membantunya membuat ukiran, membuat benda seni dikerjakan dalam waktu singkat.

Tukang dan pembuat pilar itu adalah orang khusus yang ilmunya didapat dengan laku prihatin. Ia akan menjadi orang pintar, terpilih tetapi bisa akhirnya menjadi gila atau menderita sakit jiwa karena tidak kuat mentalnya. Mereka yang disebut para empu sangat mengenal alur, serat dan sifat- sifat benda keras. Dengan kemampuan supranatural ia bisa membuat  senjata keris, tombak, mata panah. menempanya menjadi senjata dengan pengaruh kesaktian luar biasa. Ada beberapa luk dalam keris, semuanya ada filosofinya ada tuntunannya. Bahan keris atau benda pusaka lainnya dikerjakan dengan melewati proses mati geni, matiroso, puasa senin kamis, memperhitungkan hari hari jawa atau melihat catatan primbon atau almanak dinding agar bisa membuat keris dengan waktu yang tepat.

***

Kembali ke Srintil gadis kencur yang mulai beranjak dewasa. Ia melangkah ke rumah besar di tengah desa. Mendekat ke pintu lalu mencoba menyapa penghuninya.

"Kulonuwun."

Lama tidak terdengar ada yang menyahut, Trinil pun kembali mengetuk pintu.

"Kulonuwun, Adakah orang di dalam."

"Ehemm."

Trinil mendengar orang berdehem di dalam seperti suara perempuan.

"Kulonuwun, siapapun yang didalam saya mau ketemu."

Pelan – pelan pintu terbuka.

Tidak ada orang yang membukakan tetapi pintu terbuka sedikit, pelan pelan. Wangi bunga melati dan kembang kantil meruar keluar. Masih tidak ada orang. Trinil pelan – pelan mendekat dan mencoba melongok isi rumah.

Rumah yang tertata rapi dengan perabotan kayunya kebanyakan dari sonokeling, jati dan nangka. Ada juga yang terbuat dari pohon kelapa,kelihatan dari serat- seratnya yang terlihat terutama ketika melihat peralatan makannya.

Aroma Melati dan kembang kantil sangat terasa. Sesekali meruar bau rokok yang tercampur dari tembakau klembak dan menyan. Karena tidak ada jawaban maka Trinilpun memberanikan diri untuk masuk di ruang tamu.

Rumah tamunya besar. Ada dua set perabot kayu jati. Terdiri dari dua kursi panjang empat kursi yang hanya bisa diduduki oleh satu orang. Pada tengah meja ukir jatinya tampak tempat peralatan orang yang biasa makan sirih. Bentuknya bulat terbuat dari kuningan berukir. Disampingnya ada teko keramik, tampaknya buatan dari China.

Ruang tamu pada rumah orang Jawa biasanya luas. Sering menampung orang- orang yang berkumpul dalam jumlah banyak. Ada dipan panjang terbuat dari bambu. Dengan tikar pandan tergelar.

Pada pilar- pilarnya ada batu besar yang menyangga bangunan berbentuk joglo itu. Batu yang diambil dari dalam tanah. Batu yang tertimbun di dalam kebun. Kayu kecoklatan dengan alur alur kayu yang menunjukkan ketuaannya. Maka kayu pilar itu akan tetap bertahan selama berabad- abad.

Dinding rumah terbuat dari belahan belahan bambu yang direndam berbulan- bulan dari bambu yang diebut pring wulung. Warnanya hitam alami. Dianyam dengan teknik tinggi sehingga anyamannya tampak berseni.

Rumah rumah Joglo ini tahan gempa. Kalau ada bencana lindu mereka hanya bergeser- geser tetapi tidak ambruk. Pilar atasnya tersambung dari kayu satu dengan yang lainnya tanpa menggunakan paku dari besi. Semunya tersambung dan kokoh dengan unsur dari kayu dan bambu. Di atas pilar tersampir padi mengerring, kelapa tua. Pada plafonnya usuk dan rengnya terbuat dari gergajian pohon kelapa tua. Dicat dengan damar hingga berwarna coklat mengkilat.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang