Aldi mencolek bahu Fian. "Jakarta coret kuwi opo seh maksude?"

(Jakarta coret itu maksudnya apa sih?)

"Jakarta pinggiran, alias Depok," jelas Fian, "soale awak dhewe lak tinggale ing Depok, dudu Jakarta, mek cedhek tok."

(Soalnya kan kita tinggalnya di Depok, bukan Jakarta, cuma dekat saja)

"Fian nanti mau SMA di mana?" Tanya Om Rayyan kepada Fian, membuat yang ditanya sedikit memajukan badannya.

"Eh, belum tahu sih, Om. Tapi kayaknya mau yang deket-deket rumah aja."

"Di SMA-nya Acha dulu aja kalau gitu, biar bisa sekalian tanya-tanya ke dia."

"Hehe, siap Om. Gampang itu, mah."

Om Rayyan melihat Aldi dari spion tengah. "Kalau Aldi barengan sama Esa ya kalau gak salah?"

"Iya Om, Aldi sama Esa kan seangkatan," jawab Aldi sekenanya.

"Hm ..." Om Rayyan nampak berpikir sejenak. "berarti Eji mulai masuk kuliah dong, tahun ini? Barengan sama Acha."

"Bener, Om. Kalau gak salah, Acha di arsitektur, ya?" Berbeda dengan Aldi, Jeffri berusaha untuk membangun obrolan dengan omnya itu.

"Haha, iya. Si Acha alhamdulillah keterima di arsitektur Gunadarma, Eji sendiri jadinya di mana?"

"Eji di Pancasila, Om."

"Wah, psikologi téa, ya?" Om Rayyan tersenyum. "Keren euy, cocok lah Eji di situ, yakin Om juga."

Mendengarnya, Jeffri ikut tersenyum senang. "Aamiin, makasih banyak Om Rayyan."

Tak dapat dipungkiri, Jeffri merasa tersanjung atas pujian sederhana Om Rayyan kepadanya. Ia semakin mudah untuk berdamai dengan takdirnya yang harus berkuliah di perguruan tinggi swasta, yang seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

"Eji tuh awalnya ngotot pengen di Unair, cuma daripada misah-misah ya tinggalnya, mending sekalian di kampus sekitar Jakarta aja." Tiba-tiba mama berbicara. "Nyoba SNMPTN, SBMPTN, sampai SIMAK UI, gak ada yang lolos. Akhirnya terpaksa ambil Pancasila, deh."

Percaya atau tidak, suasana hati Jeffri seketika merosot tajam. Ayolah, untuk saat ini tidak perlu menceritakan bagian itu kepada orang lain, kan? Jeffri sedang berusaha menghibur hatinya, tapi mengapa mama selalu saja mengungkit-ungkit dan seakan merendahkannya? Tidak ingat siapa yang dulu memintanya untuk mendaftar di sana?

Akhirnya Jeffri memilih untuk menyandarkan kepalanya di kaca jendela mobil, lalu tertidur selama di perjalanan.

-

Petang hari, sebuah rumah yang kini dihuni oleh dua keluarga itu tengah menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa. Jeffri, Fian, dan Aldi bersama ketiga sepupunya ikut membantu. Jeffri dan Salsa menata gorengan di piring, Fian dan Acha mencuci peralatan masak yang sudah selesai dipakai oleh kaum ibu-ibu, Aldi dan Esa menyiapkan teko dan gelas untuk menyeduh teh panas.

Sedikit penjelasan, Om Rayyan, adik kadung papa, dan Tante Gina dikaruniai dua anak perempuan yaitu Salsa dan Acha, serta Esa yang menjadi anak terakhir dan lelaki satu-satunya. Salsa berusia tiga tahun di atas Jeffri, Acha seumuran dengan Jeffri, dan Esa sepantaran dengan Aldi. Sebagai anak tertua, Salsa kini sedang menuju semester akhir di bangku kuliah keperawatan.

Acha dan Salsa menyambut kedatangan saudaranya dengan antusias, namun tidak dengan Esa. Dia biasa saja, bahkan cenderung menjauhi Aldi. Sebab sedari siang, Esa selalu menanggapi ucapan Aldi dengan cuek dan ketus.

When Home Isn't HomeWhere stories live. Discover now