epilog.

673 86 17
                                    

"Maybe when the time is right,
you will find me again."

-k.tolnoe

Dokter Mark keluar dari bilik nomor 034 itu terlihat begitu lesu. Tentu saja, bukan berita baik yang akan ia bawa pada perempuan cantik dengan seorang putra berusia 2 tahun di gendongannya itu. Dokter Mark melepas kacamatanya, lalu memijat-mijat pelat tulang hidung. Menjadi dokter yang sudah begitu dekat dengan pasien selalu terasa berat, batin-nya. Perempuan cantik itu berharap-harap cemas, dengan putra-nya yang tertidur pula dalam gendongan tubuhnya.

Sara memohon pada Mark, kawan lama-nya dulu di perguruan tinggi untuk segera mengatakan bagaimana kondisi suami-nya.

"Skizofrenia-nya semakin memburuk meski kami sudah melakukan perawatan secara maksimal." Dokter Mark itu menghela, menatap mata jernih Sara yang membuat-nya semakin mengutuk soal hidup yang tak berhenti membuat pilu.

"Aku tidak bisa memastikan bahwa Mean akan sembuh, Sara." Lanjut sang dokter.

Sara terisak sembari memeluk erat putra semata wayang-nya itu. Menyayangkan mengapa ayah dari anak-nya ini harus mengalami takdir yang begitu pahit. Sara terduduk kembali, meratap nasib. Sudah dua tahun Mean mengidap penyakit kejiwaan aneh itu dan tidak pernah didengarnya warta baik perihal kondisi Mean selain semakin buruk. Sara tak mengerti bagaimana Tuhan menulis takdir untuk hidup-nya. Ia pernah sangat bahagia sebelumnya, menikah dengan pria yang ia cintai dan memiliki anak dari pernikahan tersebut, sekarang? Bahkan pria itu tak dapat mengenalinya dengan benar dan selalu meracaukan nama Plan setiap saat. Sara sendiri tak yakin siapa Plan yang suami-nya itu maksudkan.

Mean tak memiliki teman dengan nama itu, Sara sangat yakin, ia sudah mengenal Mean dari mereka masih sama-sama belia.

Sara beranjak, membuka knop pintu bilik tempat Mean dirawat dan suami-nya itu terlihat bugar dengan buku bacaan Sparkling Cyanide karya Agatha Christie di pangkuannya. Sangat sakit ketika Mean menatap-nya dengan pandangan seperti saat ini.

Karna Mean akan tersenyum, menyambut-nya, dengan kalimat, "Plan, kau datang? Aku merindukanmu."

Dia Sara, Mean, istrimu. Bukan Plan.

literally end

"Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, dan juga menunjukan perubahan sikap. Pengidap skizofrenia umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dengan pikiran yang ada pada diri si pengidap."

_______________________

Sekali-kali mau buat sad ending. Weheheh. Oke makasih buat yang udah ngikutin cerita aneh bin gak jelas ini, dan see you in my others works.

a delusions of happiness | end'Where stories live. Discover now