7

2.1K 160 6
                                    

Sky.

Lelaki itu duduk tenang, masih ada senyum di bibir. Kedua mata birunya menatap Jenny. Mengangguk sebagai salam.

"Bai Yun.... Ini anak kamu yang...." Max tidak tahu harus bilang apa. Antara rela dan tidak rela. Anak perempuannya akan diminta orang!

"Oh... maaf... Anak saya yang akan ditunangkan bukan Sky, tapi adiknya."

Jenny dan lainnya kompak mengerutkan kening. Dimana adik Sky?

Bai Yun terkekeh, "Maafkan anak bungsuku. Dia akan terlambat datang."

---

Hades membelai dinginnya pistol laras panjang. Mengangkat seolah akan membidik target, posenya sempurna.

Mengangguk puas. Hades meletakan kembali pistol ke tempatnya.

"Urus sisanya." pinta Hades pada asistennya.

Sekarang ia harus bergegas.

Drt drt drt

Meraih ponsel, Hades sedikit mengernyit melihat siapa yang menelepon.

Aska Raskal.

"Ya?" Hades menjawab.

Lama tidak ada jawaban, hanya terdengar helaan nafas.

"Kalau kau tidak berniat bicara, aku tutup telepon sekarang. Aska."

Lagi, Aska menghela nafas. Sebelum Hades kehilangan kesabaran Aska mulai bicara.

"Hades.... bagaimana rasanya berciuman?"

Bruk!

Saking kagetnya. Hades jatuh dari tangga.

"Oh shit!" sangat beruntung, karena kaki Hades kini terkilir.

Tuhan. Ada apa dengan pertanyaan Aska.

Hades masih menggerutu.

Seorang Aska Raskal adalah lelaki yang terobsesi dengan kebersihan. Sangat meremehkan apa itu 'cinta'. Aska adalah orang yang akan mencibir dan mengatakan bahwa berciuman itu sangat menjijikan. Singkat kata, Aska itu 'gila'.

"Jawab saja."

Hades kesal mendengar suara Aska. Kakinya sangat sakit sekarang.

"Aku tidak tahu!" Hades menutup telepon.

Sekarang kakinya keseleo, dan masih harus datang untuk memenuhi janji dengan Ibu nya.

Sialan Aska!

---

Satu jam. Mereka ngobrol dan makan.

Max mulai kehilangan kesabaran.

"Bai Yun... anakmu jadi datang atau tidak?"

Wanita cantik itu tersenyum canggung. "Kita tunggu sebentar lagi. Dia bilang akan datang."

Bai Yun sangat kesal sekarang. Tapi ia tahu bahwa anaknya sangat menepati janji. Jadi dia pasti akan datang. Hanya.... tidak yakin sampai kapan itu.

Jenny yang sedari tadi diam, melihat ke arah pintu masuk. Matanya membulat. Ia bergegas berdiri bahkan tanpa menyadari semua orang menatap heran padanya.

Melangkah ke pintu masuk dengan tergesa.

"Ada apa denganmu?!" Jenny menyambut seseorang yang datang dengan tongkat penyangga.

Dialah Hades.

"Hades!...." Bai Yun mendekat. Menjewer telinga Hades.

"Aduh.... Ibu.... sakit." Hades mengaduk kesakitan.

Jenny berdiri di sebelah, tidak tahu harus berbuat apa.

"Bu... udah... lepas dulu. Biarkan Hades menjelaskan." Sky meraih tangan Bai Yun.

Bai Yun berdecak, "Kau selalu membela adikmu." meski begitu Bai Yun melepaskan tangannya dari telinga Hades.

---

Hades menjelaskan bahwa ia jatuh dari tangga, kemudian terkilir.

"Kamu kenal Hades, Jeje?" Alaska mulai bertanya ketika mereka akhirnya duduk kembali.

Jenny mengangguk, tidak menyembunyikan apa pun. "Semalam bahkan aku menginap di apartemennya."

"APA?!" Max dan Alaska berteriak hampir bersamaan.

Hades memandang tak percaya. Jenny ini bodoh atau polos sih?!

"Hahaha...." Bai Yun menepuk pundak Hades, menatap bangga. "Kau bergerak cepat, nak."

Elena tersenyum melihat Max dan Alaska mulai 'menginterogasi' Jenny.

Sky santai menyeruput minumannya. Senyum di bibir tak pernah lepas.

---

"Jadi... bagaimana? Apa kalian setuju dengan pertunangan ini?" Bai Yun meminta jawaban Hades dan Jenny.

Hades mengangguk setuju.

"Gimana Jeje?" Max menatap intens wajah putrinya, tidak ingin ketinggalan satu ekspresi dari Jenny.

Jenny.... tentu saja setuju!

Meski tidak tahu apa itu cinta. Tapi Jenny yakin akan keputusannya.

Berada di dekat Hades membuat Jenny merasakan seperti berada di dekat ayah dan saudaranya.

Perasaan yang lebih berbahaya dari pada rasa cinta.

Yaitu.... Kenyamanan.

Jenny merasa nyaman ada di dekat Hades. Hatinya tenang dan merasa aman.

Jenny RaskalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang