6

2.1K 143 4
                                    

Hades menatap Jenny yang tiduran telungkup di atas kasur. Handuk masih menempel di kepala.

Jelas Jenny sudah menganggap kamar Hades seperti kamarnya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jelas Jenny sudah menganggap kamar Hades seperti kamarnya sendiri.

Lihat.... cewek ini tidak takut apa itu 'bahaya'.

Pagi tadi, Jenny bahkan tidak berteriak takut ketika bangun di tempat asing.

"Ini baju yang kamu minta." Hades meletakan bungkusan berlogo 'G' di atas meja.

"Hm." Jenny bergumam menyahut.

---

Jenny bernafas lega ketika Hades sudah keluar dari kamar.

Tuhan tahu kalau Jenny sangat gugup.

Bersikap santai adalah upaya Jenny untuk menipu diri sendiri.

Mengambil baju yang Hades beli, Jenny segera berganti.

---

"Terima kasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Terima kasih." Jenny keluar dari kamar. Melihat Hades sedang mengutak-atik ponselnya.

 Melihat Hades sedang mengutak-atik ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hades mendongak, "Hm." kembali fokus ke ponsel. Mengabaikan Jenny.

Ia menolong Jenny bukan untuk mendapat ucapan terima kasih.

"Aku pergi." pamit Jenny.

Seketika Hades berhenti mengutak-atik ponsel. Tatapannya terarah pada punggung Jenny.

"Aku antar."

"Ya?" Jenny gak salah dengar?

---

Elena merangkul lengan Max. Mereka berjalan mengikuti arahan Lucy, asisten Alaska.

"Tuan Alaska sudah menunggu di dalam." Lucy membuka sebuah pintu kayu. Membungkuk sopan untuk mempersilahkan Elena dan Max masuk.

"Terimakasih." Elena melepas pegangannya di lengan Max. Tiba-tiba memeluk Lucy. "Kau manis sekali, Lucy...."

Lucy hanya diam kaku. Tidak tahu harus berbuat apa. Setiap kali bertemu, Elena akan selalu memeluknya seperti ini.

"Nena...." Max menggeleng tak berdaya.

---

"Ayah... Mommy...." Alaska menyambut Max dan Elena. Betapa ia sangat rindu.

"Ohh... anak tampan ku." Elena mengecup kedua pipi Alaska.

"Ck." Max berdecak, menarik Elena untuk menjauh dari Alaska.

" Max berdecak, menarik Elena untuk menjauh dari Alaska

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alaska hanya bisa tersenyum tak berdaya. Ayahnya terlalu posesif.

"Ada apa tiba-tiba datang ke sini?"

"Mommy rindu sama Jeje. Hm... Kebetulan juga, kita akan mengadakan pertemuan dengan teman ayahmu."

"Ada apa?"

Max menghela nafas, "Ayah pernah berjanji untuk menikahkan salah satu anak ayah dengan anak teman ayah.

Kebetulan anak teman ayah adalah laki-laki. Dan ayah hanya punya Jenny, anak perempuan yang belum menikah."

"Ayah gak bercanda 'kan?!" Alaska ingin sekali memukul Max, kalau ia tidak ingat ada Elena.

"Janji adalah janji. Tapi... Ayah tidak akan pernah memaksa. Jika Jenny tidak menyukainya maka perjodohan akan ayah batalkan."

---

Malam itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu.... Jenny bersama ayah, mommy dan Alaska, datang ke sebuah restoran mewah.

"Ingat Jeje.... kamu adalah pemegang keputusan. Jangan merasa terbebani. Ayah akan selalu ada di belakangmu." Max mengusap puncak kepala Jenny.

Mengangguk dan tersenyum.

Jenny juga ingin tahu. Siapa tunangannya.

Lima belas menit menunggu.

Dua orang datang. Satu wanita cantik dan satu pemuda tampan.

Wanita itu cantik. Tidak kalah cantik dari Elena. Tapi... Lelaki itu...

Jenny mengenalnya.

Mata biru.

Itu Sky!

"Maaf terlambat." wanita cantik itu tersenyum. "Kenalkan ini anak sulungku, Sky."

Jenny RaskalWhere stories live. Discover now