"Maafkan aku, aku hanya ingin membantumu. Biarkan aku membersihkan pecahan piring ini" ujarku penuh penyesalan. Namun tangan Justin menyekalku ketika aku ingin membersihkan kekacauan itu.

"Itu tak penting. Lukamu harus diobati, tunggu"

Justin pergi meninggalkanku, setalah itu ia kembali membawa kotak p3k. Dengan gesit ia menuangkan obat merah di luka ini. Rautnya dingin, namun aku bisa melihat kekhawatiran di manik mata indahnya. Aku suka itu.

Di sela-sela kesibukannya, Justin sesekali menatapku, aku sama sekali tak bisa mengartikan tatapannya. Aku tidak ingin memikirkan hal itu, yang jelas aku merasa senang ketika melihat manik hazelnut miliknya. Bahkan aku sanggup jika menatapnya berjam-jam.

Jarak wajah kami memang dekat. Namun aku sadar, dia hanya mengobati lukaku saja. Dengan telaten Justin memperban luka ku. Rasa perih yang semula tak bisa ditahan, kini berangsur-angsur lenyap begitu saja setelah menatap wajah Justin dengan jarak yang begitu dekat.

"Ehem!"

Sebuah dehaman mengejutkan aku dan Justin. Kamipun menoleh dengan cepat dan sudah ada Kendal yang berdiri di ambang pintu sambil menyengir.
Justin segera menyudahi semuanya dan memasukkan obat merah dan perban ke kotak kembali.

"Kalian menggemaskan sekali" ujar Kendal  menghampiri kami. Saat itu juga Justin pergi mengembalikan peralatan tadi.

"Tidak Ken, oh maafkan aku sudah membuat kekacauan ini semua. Kau bisa memarahiku, aku janji akan mengganti semuanya,okey" ujarku dan tak enak hati padanya.

Kendal terkikik membuatku bingung. Aku memecahkan lima piring sekaligus dan ia tak marah? 

"Tak usah Selena, itu bukan masalah" ujarnya santai.

Aku melotot kepadanya. "Kau bilang tak masalah? Sungguh aku tak enak pada-"

"Lebih baik kita makan saja!" Potong Kendal secepat mungkin. Dan Justin.. ia melirikku ketika ia membawa mangkuk berisi makanan ke meja makan.

"Tapi ini harus dibersihkan dulu Ken" ujarku,  ketika Kendal mengambil piring. Aku berdiri dan mulai membersihkan kepingan pecahan tersebut.

Kendal berdecak dan menarik lenganku. "Biar Ashley yang membersihkan,"

Aku mengerutkan dahiku. "Ashley?".

"Tukang kebun di rumah ini" ujarnya cepat. Setelah itu Kendal menyuruhku duduk dan Justin juga sudah duduk di hadapan Kendal.

"Aku tak sabar untuk mencicipi masakanmu"

"Kau tau aku yang memasak?" Tanyaku tak percaya.

"Bahkan aku tahu saat kau berdebat dengan Justin, aku tahu kau tersandung, dan aku tahu kalau kau dan Justin.." Kendal sengaja  menggantungkan ucapannya.

"Apa" Ketus Justin terdengar sewot yang sejak tadi hanya terdiam.

Kendal terkikik dengan tangan yang masih sibuk mengambil makanan. "Aku tahu kalian saling bertatapan" tawa Kendal memecah seketika.

"Ah sudahlah! Kita makan sekarang" ujar Kendal seraya menyengir ke arah Justin. Aku menunduk menahan rasa malu, mungkin Kendal sudah melihat semuanya. Sial.

------

Taylor's POV

Setelah aku membunyikan bel beberapa kali, akhirnya pintu ini terbuka dan menampakkan Jules. Ia terlihat baru bangun dari tidurnya.

"Ah Swift? Masuklah"

Aku mengangguk seraya tersenyum dan membuntutinya menuju ke sofa.

"Jadi ada apa pagi-pagi kemari?"

My Sweatheart Justin Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu