Psycho

771 40 4
                                    


Sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan adalah hal yang paling mengerikan.

Malam ini kami rombongan dari kampus menginap di sebuah villa di kaki pegunungan.
Villa ini sudah sangat tua dan tak ada yang merawat kami terpaksa menginap karena tak ada lagi tujuan lain malam ini karena semua penginapan penuh.
Namun ada seorang kakek yang menawarkan villa nya pada kami. Dengan senang hati kami menerima nya.

Villa tua ini serasa menyimpan ribuan kenangan.

Malam itu kami semua tidur kainat kelelahan akibat mensurvei lokasi.

Aku membangunkan Vita teman sekamarku untuk menemani ku ke toilet.
Villa ini sangat seram, pikirku

"Vit, kamu dengar suara gak?" Tanyaku
"Gak, emang suara apa?"

Aku yakin aku mendengar suara di dapur Villa ini.
Aku pun bermaksud untuk melihat apa yang terjadi.
Namun semua ini sungguh membuat ku terkejut, ku bungkam mulut Vita yang hendak berteriak.

"Diam vit, jangan sampai ada yang tau kita disini" ia pun mengangguk

Kakek dan seorang remaja sedang menguliti tubuh kating (kakak tingkat) kami dan 4 mahasiswa lainnya yang sudah mati.
Sebuah pisau menancap tepat di jantung kating. Dia sudah mati pikirku
Tapi apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka membunuh? Dan kenapa mereka memutilasi tubuh teman kami tanpa ada rasa kasihan.

"Amara, ayo pergi dari sini, aku tak mau mati" ucap Vita dengan ketakutan. Aku pun mengangguk dan hendak.melanhkah pergi

Namun Vita dengan ceroboh malah menendang vas bunga hingga pecah.
"Lari!" Teriak ku
Kakek dan anaknya mengejar kami dengan membawa kapak

Kami berlari Dengan sekuat tenaga saat sampai di depan pintu, pintu nya amalh tak bisa di buka kurasa mereka menguncinya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang!" Tanya Vita panik
"Menyerah saja lah! Tak ada gunanya lagi kalian lari, kalian semua akan mati malam ini" kata anak kakek itu sambil tertawa keras.

Aku terus berusaha membuka pintu itu, namun pintu ini sangat kuat.
Tak di duga, Nasya teman kami keluar dari kamar nya mungkin dia terbangun mendengar keributan.

"Ada apa?" Tanya Nasya bjngungelihat kami

"Lagi Nasya!" Teriakku
Namun terlambat, laki laki itu dengan cepat memegang tangan Nasya dan menariknya.

"Lihat apa yang akan terjadi padanya" ancam laki laki itu

"Jangan!" Teriakku
Laki laki itu dengan cepat menusuk kan pisau ke jantung Nasya hingga Nasya terjatuh dwnga bersimbah darah.
Belum cukup ia mengambil kapak miliknya dan memenggal kepala Nasya yang sudah tak berdaya.
Kepala nya menggelinding ke arah kami
Vita berteriak histeris

Darah membanjiri lantai.
Kakek itu mendekat ke arah ku dengan pisau daging.

Ia siap membacok ku namun karena tubuhnya yang sudah tua aku dengan mudah menghindar, dan mendorong nya dengan kuat, kurebut pisau miliknya.
Dan berganti membacok kepala kakek itu dengan kuat hingga kepalanya terbelah.

Ada rasa yang aneh di hatiku, sebelum nya aku belum pernah merasakan ini.

"Brengs*k!" Laki laki itu marah dan menerjang dirimu dengan kapak yang ai pegang.
Dengan cepat aku menghindar sehingga kapak itu mengenai tubuh ayahnya sendiri.
Dia terus mengumpat. Aku pun berlari menjauh darinya
"Vita lari!" Teriakku

Kami pun berlari dan bersembunyi di balik pintu.
Lelaki itu berhenti karena kebingungan mencari kami, aku mengendap-endap Dari arah belakang dan menusukan pisau ku ke arah kakinya.
Dia berteriak keras dan terjatuh. Ia sepertinya kesakitan, aku sengaja membuatnya tak bisa berjalan

Sedari membunuh kakek tua itu ada perasaan aneh yang membuat hatiku senang.

Aku pun mendekatinya, dan memainkan pisau ku ke leher lelaki itu, dengan sangat perlahan aku menyayat kulit leher nya sambil menginjak kedua kakinya

Ia berteriak sangat keras membuatku tersenyum bahagia.
Aku tak ingin membuat nya mati begitu saja, akan kubuat hal ini semakin menyenangkan.

Ku letakkan pisau ku tepat di atas perut di samping kanannya.

"Kamu salah berurusan denganku, kamu tau aku sudah di diagnosa dokter aku bahwa aku sosiopat, namun sekarang aku mengerti keadaan ku, aku bukan sosiopat melainkan satu tingkat yang lebih kejam yaitu psikopat sesungguhnya" ucapku sambil menyeringai.

Ku tusukkan pisau itu berkali kali ke arah perutnya sambil tersenyum, lelaki itu sudah mengeluarkan darah dari mulutnya. Si dalam kesadaran terakhir nya kubuat dia melihat malaikat maut yang akan membawanya ke neraka.
Aku berdiri dan mengambil kapak miliknya dan memegang kepalanya tapa belas kasihan sedikit pun.

Dia mati di tanganku, ada perasaan bangga di dalam hatiku.

TAMAT

Maaf, kalau gak serem baru pertama kali coba buat cerita tentang psycho

Maaf, kalau gak serem baru pertama kali coba buat cerita tentang psycho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KUMPULAN CERPEN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang