#30: "Aku cemburu."

Start from the beginning
                                    

     "Aduh, sakit tau nenek lampir!" cetus Raihan sambil meringis.

     "Biarin, siapa suruh jahil." balas Fatimah sambil menjulurkan lidahnya, mengejek.

     Tak berapa lama kemudian, Fatimah dan Raihan kini diawasi oleh dua ekor mata yang siap melahap habis-habisan kedua insan tersebut. Ia dengan sigapnya jalan ke arah mereka berdua dengan menggunakan baju potongan berwarna hitam dan celana tidak terlalu ketat, dengan hijab tidak terlalu menjulur ke bawah, namun menutupi dadanya.

     "Eh, hai maduku." kata Annisa dengan lagaknya menang dalam permainannya.

     "Annisa, kamu ngapain?" jawab Raihan sambil berdiri dari duduknya.

     Fatimah hanya menghela nafasnya, ia hanya memalingkan wajahnya sebal. Kali ini ia benar-benar tak mau kalah. Bagaimanapun, ia harus bisa mempertahankan suaminya itu. Apalagi sekarang hatinya sudah terkunci oleh Adit, walaupun terkadang Raihan masih bisa membobolnya.

     "Kenapa? Gak usah cemberut gitu kali. Bentar lagi aku sama Mas Adit akan menikah kok. Hem, kamu nanti jangan lupa pakai baju yang super cantik ya, tapi gak boleh ngalahin aku." ocehnya.

     Fatimah melirik wanita itu, ia malah menahan tawa yang sudah siap ia semburkan untuk Annisa.

     "HAHAHA! Apaan sih? Kamu kalau halu jangan berlebihan deh. Nanti masuk Rumah Sakit Jiwa lagi!" celetuk Fatimah menang.

     Annisa hanya menahan pipinya yang memerah karena malu, sekaligus tak ingin kalah dari Fatimah. Mereka kini sedang adu mulut.

     "Hey! Dengar ya maduku. Jangan terlalu berlebihan untuk tertawa di hadapanku. Besok, kamu akan tahu siapa yang kalah, dan siapa yang benar." sinisnya sambil tersenyum.

     "Namaku Fatimah, bukan madu. Sepertinya kamu harus banyak belajar tentang penyebutan nama deh. Oh ya, kita lihat aja permainan kamu sampai mana, aku gak pernah takut sama wanita sepertimu. Aku akan mempertahankan Mas Adit demi anakku dan anaknya." kini Fatimah yang merasa menang.

     Annisa hanya mematung, mencurahkan wajah kesal dan marah. Ia hanya bisa mengancam Fatimah dengan berbagai ancaman. Tak lupa pula sumpah serapah yang ia lontarkan untuk membuat Fatimah mengalah.

     "Ck! Lo tunggu aja pembalasan gue! Gue bakalan halalin segala cara untuk gugurin kandungan lo! Dasar pelacur!" tak terima Annisa.

     Annisa pergi, meninggalkan Raihan dan Fatimah yang masih mematung di sana. Raihan kembali duduk untuk menetralkan emosinya yang ia tahan. Sedangkan Fatimah, ia hanya mengelus perutnya sambil terus menyebut asma Allah.

     "Maafin yah, adik aku jahat banget sama kamu." ucap Raihan dengan kata-kata merasa bersalahnya.

     Fatimah tersenyum. "Gak apa-apa."

     Akhirnya, mereka menunggu beberapa menit untuk berada di perpustakaan kampus itu. Mereka sudah seperti abang beradik yang tak haus kasih sayang. Tidak seperti Annisa yang selalu iri dan dengki dengan Fatimah.

***

     Pagi ini cukup cerah untuk berolahraga keliling komplek. Kebetulan, cuacanya sedang mendung. Hari minggu sangat cocok untuk menikmati dengan olahraga agar tubuh tetap fit dan juga sehat.

Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]Where stories live. Discover now