#24: Permintaan Bodoh Annisa?

1.9K 109 3
                                    

"Bisakah aku bersabar atas alur yang dihidupkan oleh Allah detik ini juga padaku?"

~Cinta Halalku~

***

     "Umi!" tangis wanita malang itu pecah dan tersungkur di atas lantai.

     Suasana kini menjadi duka, ramai orang yang menyaksikan keadaan itu di sana. Malangnya, wanita itu tengah mengandung seorang anugerah dan kini mendapat cobaan berat yang menimpanya berkali-kali.

     "Sabar sayang, la tahzan." ucap sang suami menenangkan.

     Naasnya, wanita yang dimaksud itu sudah meninggalkan seisi dunia, meninggalkan anak wanita dan lelaki tersayangnya yang sedang berduka. Wanita itu ialah Khadijah.

     Perginya wanita paruh baya itu menjadi suatu cobaan bagi Fatimah. Nasibnya terlalu malang, hingga dirinya tak bisa menahan tangis di atas pelukan suaminya-Adit.

     Lelaki yang disebut Abi oleh Fatimah, kini hanya bisa merenungi kepergian sang istri. Namun, buliran air mata tetap saja jatuh dari ujung pelupuk matanya.

     "Umi! Jangan pergi umi! Fatimah sayang sama umi! Fatimah gak mau kehilangan seorang ibu seperti umi! Umi, harus dengerin Fatimah mi!"

     Begitulah sendunya, sangat berat melepas seorang wanita yang dianggapnya sebagai ibu itu, naasnya, wanita itu benar-benar telah tiada, meninggalkan dunia dan seisinya.

     "Sayang, kalau kamu sayang sama umi, kamu gak boleh begini. La tahzan, Allah menyukai orang-orang yang sabar." bujuk Adit.

      "Mas! Umi udah pergi mas! Umi!"

     Nyatanya, wanita itu belum siap kehilangan wanita seperti sosok Khadijah. Ia teramat mencintai ibundanya itu. Anak mana yang tidak sedih saat kehilangan orang tuanya untuk selamanya?

     Wanita itu bangkit, berhambur ke pelukan abangnya itu. Ia masih terisak di pelukan abangnya, masih terus bersikeras untuk mengikhlaskan kepergian sang umi.

     "Sabar dek, ini ujian untuk kita." sendu sang abang.

     Kini, tubuhnya sedikit berjarak dengan lelaki itu.

     "Bang, tolong katakan sama Fatimah. Umi masih ada kan bang? Umi masih ada saat Fatimah butuh umi kan bang? Umi masih menjadi sosok ibu hebat yang sabar mendidik kita dari kecil hingga sekarang kan bang?"

     Alif masih terdiam dengan pertanyaan Fatimah.

     "Jawab bang! Umi masih ada kan bang? Bang, tolong jawab pertanyaan Fatimah bang! Ini gak adil! Aaaaaa!" tangisnya memecah.

     Rasanya, ia benar-benar belum mempersiapkan apapun untuk kehilangan sang ibu. Bahkan, mungkin tak akan siap bila ia tahu jika sang ibu akan meninggalkannya.

     "Umi udah gak ada dek! Dek, plis. Abang mohon sama kamu, kamu gak boleh gini. Kamu gak boleh nyalahin takdir dek! Abang mohon kamu berhenti seperti itu. Adik abang, gak pernah menjadi sosok egois."

     Alif menarik Fatimah ke dalam pelukannya.

     Kehangatan. Itu yang dirasakan Fatimah saat di dalam dekap pelukan abangnya. Walaupun hatinya masih teriris atas kepergian Khadijah.

Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]Where stories live. Discover now