18. Dendam

3.1K 286 19
                                    

"Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut. Tak disangka teman lamaku sudah menikah," ujar Alex ramah dan penuh dengan kepalsuan.

"Park Hana juga sedang hamil muda sekarang. Jika kau ingin menemui mereka aku sarankan untuk membawakan sesuatu pada gadis itu. Dia benar-benar gadis yang baik. Aku harap semua orang juga baik padanya," tutur ahjumna. Alex hanya menanggapi saran wanita setengah baya itu dengan sebuah anggukan.

Bagaikan menemukan sumber mata air di tanah yang gersang. Alex meringis dengan pandangan tajamnya. Bukankah ini suatu keberuntungan yang sangat tak disangka datangnya? Pemuda blasteran itu masih tak tahu akan diapakan fakta mencengangkan ini. Yang jelas ia memiliki firasat bagus. Dengan balutan personanya, Alex tersenyum ramah pada sang ahjumma. Berpamitan pada wanita itu dengan perasaan senang luar biasa.

****


Hana dan Seokjin memasuki rumah dengan penuh kebahagiaan. Bahkan senyum yang mereka tunjukkan satu sama lain menjadi bukti bahwa keduanya sedang merasakan kebahagiaan. Dunia sangat jelas menggambarkan bahwa kedua insan ini sedang dimabuk asmara. Sejak Seokjin menyatakan cintanya, dua sejoli itu seolah tak terpisahkan. Apalagi Seokjin, pemuda itu bertingkah manja akhir-akhir ini. Kemana pun Hana pergi dia akan ikut. Bahkan sifat cemburunya semakin menjadi-jadi. Contohnya saat Taehyung mengirim pesan singkat pada Hana yang menanyakan kondisi kandungan gadis itu. Sebagai sahabat, Taehyung hanya mengingatkan Hana untuk meminum semua vitamin yang ia berikan agar perkembangan janinnya bagus. Dan saat itu pula Seokjin mulai mengoceh dan mengutarakan segala isi hatinya. Intinya dia cemburu. Sangat menggemaskan memang.

Park Hana berjalan menuju dapur sambil menenteng kresek hitam yang penuh dengan belanjaannya. Hari ini ia tak ingin memasak makanan berat melainkan sebuah cemilan sederhana namun mengenyangkan. Puding coklat dinikmati dengan coklat hangat membuat rasa bahagianya berlipat ganda. Apalagi suasana hati seorang ibu sangat berpengaruh pada janin. Hana yang sibuk meletakkan panci di atas kompor dengan bahan-bahan yang diperlukan. Tiba-tiba ia merasakan sebuah pelukan erat sekaligus hangat dari belakang tubuhnya. Gadis itu tersipu malu ketika Seokjin bertopang dagu di bahu kanannya.

"Apa yang kau masak hari ini?" tanya Seokjin dengan ekspresi yang menggemaskan.

"Aku ingin membuat puding coklat untuk cemilan. Apa kau juga menginginkannya?"

"Tidak usah, aku sudah kenyang."

Seokjin masih saja bergelayut manja pada sang istri. Ia tak pernah bosan memandang wajah Hana yang begitu manis dari samping. Tak hanya sekedar melihat, Seokjin juga mencium mesra pipi kanan Hana. Jangan ditanya bagaimana malunya seorang Park Hana. Bahkan telinga dan kedua pipi chubby-nya memerah. Melihat tingkah istrinya yang tak biasa, Seokjin sebisa mungkin menahan tawa. Sebenarnya, ada suatu hal yang ingin Seokjin katakan tapi ia ragu. Hanya saja dia sangat berharap keinginannya ini terwujud.

"Hana-ya, apa aku boleh mengatakan sesuatu?" tanyanya.

"Katakan saja," jawab Hana masih dengan wajah malu-malunya.

"Apa kau mau tidur denganku mulai hari ini? Bukankah sepasang suami istri harus tidur dalam satu kamar?"

Pertanyaan yang Seokjin lontarkan berhasil membuat Hana menghentikan aktivitas memasaknya. Sesaat ia menoleh ke arah dimana suaminya sedang menopangkan dagu. Kala itu Seokjin hanya tersenyum manis. Ekspresi lelaki yang Hana cintai lebih mirip dengan seekor hamster daripada seorang manusia. Benar-benar menggemaskan. Ada rasa sedikit haru saat suaminya mengajak tidur dalam satu kamar. Ternyata Seokjin sudah menganggapnya sebagai seorang istri bukan lagi orang lain sekarang. Bodohnya lagi mata Hana terlihat berkaca-kaca hanya karena hal sepele. Seokjin pun menyadari hal ini.

Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓Where stories live. Discover now