17. Fakta

3.2K 292 36
                                    

Jung Soyeon terhenyak mendengar penuturan Hana yang tanpa ragu sedang melawannya sekarang. Ia berpikir bahwa Hana adalah seorang gadis yang mudah ditaklukkan tapi ternyata perkiraan Soyeon salah besar. Gadis ini tidak mudah untuk dikalahkan. Walau begitu Soyeon tak mau menyerah. Ia akan membuat menantunya ini segera menjauh dari kehidupan Seokjin. Wanita bermarga Jung itu menyeringai. Menatap tajam ke arah Hana seraya tersenyum sinis.

“Kau berani melawanku? Apa kau ingin kehidupanmu hancur? Aku pikir kau adalah gadis bodoh yang bisa dengan mudah aku atur tapi sepertinya aku salah sangka, ” ujar Soyeon dengan pandangan yang begitu meremehkan.

“Memang awalnya aku hanyalah seorang gadis bodoh tapi sekarang tidak lagi. Menyuruhku untuk meninggalkan pria yang aku cintai. Bukankah itu hal yang tak masuk akal, eommoni. Teruslah berusaha untuk memisahkan kami. Aku pastikan itu hanyalah perbuatan yang sia-sia,” gertak Hana.

Park Hana kemudian berdiri dengan tatapan menusuk yang ia tujukan pada ibu mertuanya. Tak hanya itu, Hana juga menyambar secarik cek kosong pemberian Soyeon. Ia lalu merobek-robek kertas itu menjadi bagian-bagian kecil yang tak ada harganya lagi kemudian membuangnya. Jangan dibayangkan bagaimana ekspresi Soyeon saat dia diperlakukan seperti itu. Ia murka, mulutnya bergetar, bahkan ia tak segan-segan berdiri berhadapan dengan menantunya. Soyeon merasa harga dirinya diinjak-injak.

“Yak, Park Hana beraninya kau—” Soyeon berteriak.

“Aku anggap eommoni tak pernah memperlakukanku seperti ini. Aku menghormatimu karena kau mertuaku. Dan, satu hal lagi. Aku tidak akan menceritakan ini kepada putramu. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Seokjin jika tahu ibunya bertingkah seperti ini.” 

Usai mengatakan hal itu Hana memilih untuk menjauh dari ibu mertuanya. Ia meninggalkan Jung Seoyeon sendirian yang terlihat begitu marah. Hana tak peduli jika ia dianggap tak sopan pada orang tua. Dia akan berlaku sopan jika orang itu juga sopan dan baik. Hana menghindar bukan karena takut tapi ia tak mau lagi mengutarakan banyak kata tak sopan kepada ibu dari suaminya.

Yak, kau pikir putraku mencintaimu, hah? Dia sama sekali tak mencintaimu. Hanya ada Hyesun di hatinya bukan kau,” teriak Soyeon.

Hana tak mau terpancing, ia lebih suka melanjutkan langkahnya daripada harus menanggapi ocehan si ibu mertua. Seandainya saja Jung Soyeon tahu bahwa Seokjin baru saja menyatakan cintanya hari ini. Tentu dia akan malu menyimpulkan hal semacam itu.


****

Seokjin dan Hana berada di mobil pribadi menuju ke bandara. Mereka tak sendirian melainkan ada Sekretaris Han yang setia menemani. Seperti rencana sebelumnya bahwa hari ini adalah hari di mana Seokjin dan Hana akan kembali ke Seoul. Keduanya tak langsung pulang ke rumah pribadi melainkan berkunjung ke rumah orang tua Hana untuk menjelaskan segala berita yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh publik Korea Selatan. Tentu merupakan hal yang wajar jika orang tua Hana meminta penjelasan langsung dari menantunya. Orang tua mana pun tak ingin melihat anak gadisnya terluka.

Setibanya di bandara setelah menempuh perjalanan lebih dari tiga puluh menit. Hana dan Seokjin segera melakukan check in. Untuk kali ini Sekretaris Han tidak ikut bersama mereka karena harus melakukan perjalanan laut bersama mobil pribadi si tuan muda Kim Seokjin. Sebenarnya tugasnya kali ini sangat memberatkan Sekretaris Han tapi mau bagaimana lagi ia harus rela mabuk laut lagi demi anak istri. Selama Hana dan Seokjin berada di ruang tunggu untuk menunggu waktu boarding. Ada sebuah kejadian tak menyenangkan ketika berada di sana. Beberapa orang menyadari bahwa Kim Seokjin adalah pria yang ada diberita beberapa hari yang lalu. Mereka bahkan tak segan mengambil fotonya diam-diam.

“Bukankah dia pria yang ada diberita beberapa hari terakhir ini. Tunangan dari cucu bos perusahaan Exehill group,” kata seorang ahjumma yang berperawakan sedikit gemuk.

Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓Where stories live. Discover now