Epilogue

2.4K 59 12
                                    

Thu Dec 18, 2014

>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<

Rachel’s POV

Hari ini sudah 40hari Aaron meninggalkanku. Meninggalkan kami semua. Dia bukan balik ke Paris atau jalan-jalan keliling dunia. Dia pergi ketempat yang sudah di takdirkan oleh Tuhan. Akupun juga akan kesana nantinya. Jadi Aaron, kau tunggu aku disana ya. Aku sangat-sangat mencintaimu!

“Hei tuan putri. Sampai kapan kau mau berbicara dengan kotak itu? Apa dia menyahut? Dasar bodoh.” Itu Arnold. Adik kandung Aaron Mike Harbinger.

“Siapa yang kau sebut bodoh hah?” Aku menghampiri Arnold yang masih bersandar di depan pintu rumah keluarga Harbinger.

“Tuli sekali. Kau bodoh!” kata Arnold sambil mengacak-acak rambutku. Sial aku baru saja merapihkannya tadi. Saat aku ingin mencubitnya dia lari cepat meninggalkanku.

“Awas kau lihat saja nanti!” teriakku padanya yang hanya mendapat juluran lidah dari Arnold. Aku menggelengkan kepalaku. Dia masih terlalu kekanak-kanakan.

Aku menatap lagi kotak yang tergeletak di meja rias. Apa aku berharap ada kekuatan super yang mampu membuat kotak itu bergetar? Haha tidak. Aku hanya ingin berkata. Aku akan kembali secepatnya. Aku harus membuat perhitungan dengan si brengsek itu. Kataku kepada kotak itu. Sampai jumpa lagi. Pintu kamarpun aku tutup.

>>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<

Arnold’s POV

“Aww aww sakit! Oke oke aku minta maaf. Kau puas?” kataku pada gadis terbodoh sedunia. Siapa lagi kalau bukan Rachel Victoria Smith.

“Kau pasti sedang mengsumpah serapahkan aku kan?” Sindirnya keras sambil menunjukku dengan jari telunjuknya. Kenapa dia selalu berpikiran buruk tentangku? “Aku lebih tua darimu ingat. Kau harus sopan padaku.”

Aku bosan mendengar kalimatnya yang milyaran kali itu. Tanpa diingatkan pun aku tahu bodoh. Kenapa aku memanggilnya bodoh? Ya dia bodoh karena sudah melakukan banyak hal bodoh. Bahkan orang bodohpun tidak akan mau melakukan hal bodoh seperti yang dia lakukan itu.

Aku tahu seharusnya kejadian itu tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Tapi entahlah mungkin dengan panggilan itu aku dapat membuatnya marah. Membuatnya melupakan kesedihannya. Ini hari ke 40 setelah Aaron pergi. Hampir setiap malam aku mendapati Rachel yang menangis sesenggukkan di pinggiran taman dekat kamarnya. Bodoh bukan menangis diluar dengan udara yang dinginnya sangat menusuk sampai ketulang.

Kalau dia pintar dia pasti akan menangis di dalam kamar. Walapun menyebabkan bantal serta kasurnya basah. Tapi setidaknya itu cara yang bagus ketimbang menangis di luar yang bisa membuat dirinya sakit akibat masuk angin. Namun dia hanya berkata “aku tidak mungkin menangis dikamar. aku tidak mungkin menangis di depan kotak pemberian Aaron.”

Bodoh memang. Hanya kotak yang dia permasalahkan. Tapi aku tahu, kotak itu sangat berarti untuknya. Sangat berarti untuk Aaron dan berarti juga untukku.[]

>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<

Aku mencintainya sejak pandangan pertama. Sekarang dia telah tiada. Aku masih mencintainya hingga sekarang. Mencintainya hingga akupun juga telah tiada. –Rachel Victoria Smith–

MAPS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang