Eps. 11 : Revan who?

35 0 0
                                    

Kusudah mencoba tegar, namun semua tak tertahan

____

"SURPRISE!" Suara Revan adalah suara yang pertama kali kudengar dipagi Minggu yang tenangku. Kalau sudah begini aku pasti yakin siapa yang mengirimkan makhluk ini ke apartemenku pagi - pagi.

Revan tuh gak perlu dipersilahkan masuk, dia sudah bisa masuk sendiri dan melengos ke pantry tanpa tahu yang punya apart masih ngumpulin nyawa saat membuka pintu untuknya "Gue heran sama Bunda, kok dia tega ngirim aku pagi pagi demi ngeliat kamu dengan kucel kaya gini. Masih bau iler lagi! Byy mandi dong!" ucapnya sambil membawa kantong - kantong belanjaannya.

"Kakak tuh pagi pagi malah nyamperin apart aku. Sana kek cari cewe biar bisa ngapelin cewenya!" Masih dengan langkah lunglai, aku mengambil apel yang ia bawa.

Tiap bulan Revan pasti menghampiri apartku untuk mengisi stok makanan dan kulkasku. Eh 3 bulan kemarin dia tidak menghampiriku!

"KAK KOK JAHAT 3 BULAN KEMARIN GAK MAIN? KAN AKU JADI HARUS KELUAR UANG TAMBAHAN KARNA BELI STOCK MAKANAN SENDIRI!" Mengingat hal itu membuatku sedikit marah, uang yang harusnya bisa kupakai untuk beli skincare terpaksa kugunakan untuk beli makanan karena Revan!

Revan malah mendekatiku dan menghamburkan rambutku yang-sebenernya-sudah-hancur-duluan-karena-baru-tidur. "UTUTU BABY! Why so hard to tell that you miss me?" Ucapnya gemas.

"MISS MISS PALELO" ups. Kasar.

"By, languange." Revan mulai menatapku tegang. Aku hanya bisa nyengir. Revan itu ibarat guru tata kramaku. Dia yang mengajarkanku seluruh tata krama how to be perfect queen. Dari berpakaian, bicara, sikap. Tentunya ini dipengaruhi dengan janji dia dulu waktu dicopet. "Aku gak mau punya baby rasa begal"

Kalau harapan kalian Revan adalah lelaki boyfriend material yang bisa masak, peduli keluarga, dan pekerja keras.. kalian salah. Revan butuh waktu 1 tahun lebih buat diajarin cara memilih buah apel yang bagus. Butuh waktu 1 tahun untuk dia tahu cara nyalakan kompor gas dan masang gas. Beli bahan makanan? Dia selalu minta Bi Nayu, pembantu rumah tangga keluarganya untuk belanjain lalu nanti dia yang membawa ke apartemenku. Masak? Kalau dia bisa masak, saat ini aku masih tidur terlelap.

Karena aku sedang diet, jadilah hanya salad yang ada dimeja makan saat ini. Dan Revan benci itu. Apalagi full sayur. Akhirnya aku membuat beef salad khusus untuknya dengan syarat semua bagian makanannya harus habis!

"Hari ini kamu ngapain?" Tanyanya sambil menyuap pelan tomat ke mulutnya.

"Sleeep all day loong" jawabku, tanpa mengalihkan mataku dari handphone.

"Mau nemenin aku shopping gak?"

"Nope."

"Ngeclub?"

"Nope."

"Doing some work?"

"Okay"

"Really?!" Terdengar rasa gembira dari suaranya. Revan selalu begitu.

"Iya Revan Hermawan, aku mau nemenin kamu kerjaaa" kali ini aku memandangnya. Melihat ia sudah tersenyum dan semangat.

"THAT EASY?"

"Aku kangen main ke Kantor and your dad keep calling me that you abandon your job. That's not good Mr. Revan!"
Setelah kejadian copet mencopet itu, Revan sangat rajin memperkenalkanku dan mengajakku ke acara keluarganya. Memberikan titel "Sang Savior Revan" ketika ditanya siapa aku. Akibatnya kalau Revan macam - macam, yang dihubungi pertama kali selalu aku.

Selama aku mengenal Revan, sangat jelas bahwa ia tidak ingin mengurus urusan harta keluarganya. Ia ingin berkerja dengan hasil jerih payahnya sendiri. Namun mau dikata bagaimana, keluarganya tentu memiliki harapan besar pada Revan. Sedikit demi sedikit, tanggung jawab bisnis keluarga mulai dilimpahkan ke Revan. Tapi namanya juga ReVan, The Rebel Revan. Semuanya pakai acara Rebel dulu.

"Aku senang punya Mrs. Hermawan kaya kamu"

"Find one then. The exact woman likes me. It's hard my bet"

"Then why don't you just be my wife?"

"Ugh? Jadi istri seorang Revan Hermawan, produser terkenal dan anak dari pemilik entertaiment industry terbesar di Asia? Si muda tampan dan mapan? UGH DREAM COME TRUE BANGET GAK SIH?"

Memang benar, Revan bisa dibilang salah satu konglomerat keturunan. Dia sudah terlahir dengan Golden spoon in his hand. Untungnya tidak seperti di drama drama, keluarganya cukup menerima aku sebagai teman anaknya. Itupun aku masih deg deg an hingga kini. Was - was jikalau nanti anaknya dendam padaku maka Revan akan mengerahkan seluruh uangnya untuk mengusik hidupku, tak terbayangkan!

"So.. its a yes?" Telisiknya lagi, bisa kulihat kehati hatian dalam tatapannya. Lagi - lagi pembicaraan seperti ini.

"Nope. Isn't my dream kak. Kakak pantas dapat cewek yang lebih baik daripada aku." Jawabku sambil kembali melanjutkan aktivitas makanku. Berusaha agar Revan berhenti mencari celah.

"Sya.. aku udah sama kamu bertahun - tahun. Aku tahu jatuh bangunnya kamu bangun karir kamu. Trust me you are the best already. Aku gak suka kamu memandang diri kamu rendah seperti itu. You got the crown already Sya.."

"Ok. Enough. Aku gak suka arah pembicaraan ini. Terlebih kakak mulai manggik aku Sya. Gotta go. Princess mau mandi." Kutinggalkan Revan yang masih terduduk lesu di meja makan. Aku tahu dia kecewa. Semua orang bisa melihat itu.

Tak perlu dijelaskan oleh Fara dan Sita mengenai perasaan Revan untukku. Aku sudah menyadari perasaan Revan semenjak aku menangis kalah kompetisi beberapa tahun lalu. Revan yang sedang berada di Paris langsung berada didepan apartemenku. Memberikanku pelukan hangat. Dan disitu juga ia pertama kalinya berkata serius padaku. 

"Sya.. kamu selalu bikin aku khawatir. Kalau kamu selalu perlihatkan kerapuhanmu sama aku begini aku makin gak kuat. Kamu bisa hidup tenang aja disampingku? Biarin aku yang mikul semuanya? Aku bakal jadiin kamu wanita paling bahagia Sya.. I promise you"

Dan kejadian itu membuatku semakin yakin untuk tidak bersama Revan. Ini masalah Prinsip.
Maafin aku Revan. Aku gak buta. Kamu sama aku itu jauh banget. Aku masih upik abu. Gak akan pernah pantes sama kamu.


To Be Continued

HEALER Of The HeartWhere stories live. Discover now