Hari ini, hari minggu usai apel pagi Arza kembali ke baraknya. Hari ini ia tidak ada jadwal piket. Berbeda dengan Lettu Ghifanka dan Pramudya mereka berdua mendapat jadwal piket di Pos. Arza balik ke baraknya, niatnya ia akan bersantai dan menikmati hari wekeend.
Ceklek
Arza membuka pegangan pintu. Arza terkejut bukan main kini baraknya sangat berantakan. Entah efek terlalu sibuk atau hanya malas. Dari sekian banyak penghuni barak, hanya kasur Arza lah yang paling rapih. Yang lainnya, ada yang menyimpan sepatu pdh di atas lemari, selimut tersampai ke bawah. Bahkan baju di dalam lemari sampai keluar. Arza menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu, masa iya harus dirinya yang bereskan?
Arza duduk di bibir kasurnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah menemui ibu dan adiknya. Saat hendak mengambil kunci motor, ponsel nya berbunyi. Tertera nomor tak di simpan, siapa dia?
+62 8567-2567-00** is calling..
"Nomor siapa ini." batin Arza.
"Hallo, selamat pagi. Maaf, dengan siapa dan dimana?" tanya Arza meniru host host kuis di televisi.
"..."
"Oh bapak, ada yang bisa saya bantu?"
"..."
"Siap pak, saya akan kesana sekarang."
Arza langsung on the way ke. Toilet.
Kini Arza tampil seperti orang biasa pada umumnya menggunakan celana jeans kaos pendek berwarna abu abu dengan jaket bomber hitam dan sepatu snikers. Hanya saja model rambut nya yang menandakan bahwa ia seorang anggota prajurit.
model apa hayoh?
Arza masih setia menunggu padahal yang mengajaknya ketemuan sudah ngaret 30 menit.
"Ekhemm." ucap Pria paruh baya.
Arza berdiri dan mempersilahkan pria paruh baya itu duduk di depannya.
"Arza bagaimana kabar mu?" tanyanya.
"Alhamdullilah saya baik pak."
"Syukurlah."
Kedua nya diam. Arza sangat canggung sekali. Maklum ketemu calon mertua. Aamiin.
Aamiin-in ya!
"Oke Arza, saya ingin berbicara padamu. Apakah kau memiliki hubungan khusus dengan putri saya Indira?" ucap hady.
Deg.....
jantung Arza sudah ada di start untuk lari marathon.
Arza diam.
"Kalo memang ia, apa jaminan kamu untuk selalu disamping putri saya."
"Siap saya ini seorang abdi negara, saya tidak memilik jaminan apapun untuk selalu berada di samping putri bapak. Tapi saya berjanji untuk setia pada putri bapak." ucap Arza terengah engah.
Hady menampakkan senyum smrik nya."kalo soal setia, yang bukan abdi negara pun bisa melakukannya."
"Memang, tapi tidak mudah. Ibu pertiwi bisa memanggil kami kapanpun kami yang meninggalkan mereka, Pacar, tunangan ataupun istri kami nantinya. seharusnya kami lah yang bertanya seperti itu. Apa mereka akan tetap setia menunggu kami pulang dari tugas negara?"
"Dan dengan di panggil nya kami oleh ibu pertiwi kami bisa melihat kesetiaan pendamping kami nantinya, apa mereka akan berhenti di tengah jalan hanya karena tidak mendapat kabar? Atau mereka akan terus berjuang."
YOU ARE READING
Started In Libanon [End]
Romance"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang saya lapar saya akan meminta makan bukan maaf!" ujar pria loreng itu. ~Mencintai seorang hamba Pangli...
![Started In Libanon [End]](https://img.wattpad.com/cover/218916507-64-k700448.jpg)