Hari ke-15 puasa semangat teman-teman ❤❤
***
Dirimu Indira, kau mengajarkan ku mengikhlaskan tanpa sempat ku genggam.
***
Pagi ini Arza baru saja selesai melaksanakan apel. Ia langsung kembali ke baraknya, suasana hati nya masih sama. Pertanyaan yang yang bersarang di otaknya,'apakah Indira baik-baik saja'.
Tring...
Satu notif masuk kedalam ponselnya, Arza segera mengambil ponsel yang ada di saku celananya.
Anggia : Assalamualaikum bang.
Ibu masuk rumah sakit.
Degg...
Jantung Arza berdekup kencang ia langsung mengambil kunci motor dan melesat menuju rumah sakit
"Anggia?"
"Abang, ibuuu--" tangis Anggia pecah di dada bidang milik Arza.
"Anggia tenanglah." Arza mengelus pelan rambut Anggia, adik perempuannya.
Arza dan Anggia duduk di kursi ruang tunggu, mereka gelisah Dokter belum muncul juga dari balik pintu UGD.
"Anggia? Abang akan kembali ke asrama, meminta izin kepada komandan."
"Iya bang."
"Kamu tenanglah, ibu baik baik saja." ucap Arza.
Anggia hanya mengangguk lesu.
*
Huftttt...
Indira merebahkan tubuhnya didalam ruangan. Hari ini jadwal visit Launa ia yang handle.
"Duh, capek bangett gue". ucap Indira sambil melepaskan heelsnya.
"Sama nih, UGD sekarang penuh." Sahut Dara.
"Eh iya, tadi katanya ada ibu ibu masuk UGD? kenapa dia?" Tanya Indira.
"Oh itu, jatuh dari wc."
"Terus gimana keadaanya sekarang?"
"Baik, dia sudah siuman. Tapi, ada kemungkinan---" ucapnnya terpotong.
"Bodoh itu si gak baik".
"Heh!! Ghibah mulu." Ucap Launa, manusia itu baru datang di jam seperti ini? Keterlaluan!
"Assalamualaikum"
Deg...
Mendadak keadaan ruangan itu menjadi hening. Launa segera menyimpan tasnya, mereka tahu siapa orang yang mengucapkan salam itu.
Dia adalah... Primadona wakil kepala Rumah sakit Mutiara.
Belum juga Indira dan yang lainnya menjawab salam, Madona sudah mendamprat mereka dengan nafas yang terengah-engah.
"Kalian tuh... bukannya... kerja malah enak enak an santuy seperti ini! Memangnya... negara menggajih kalian hanya untuk bermalas malas an seperti ini?!" Ucap Madona emosi.
Mereka bertiga terdiam, menundukkan kepala. Mulut nya tiba tiba seperti kehilangan kosa kata. Ini seperti potret anak sekolah yang tidak mengumpulkan tugas atau telat datang ke sekolah.
"Ck ck ck sungguh memalukan." sambung fina.
Indira hanya mengepalkan tangannya kuat kuat. Ia sudah tahu bahwa fina dan Dina yang mengadukan ini. Padahal hanya istirahat sebentar apa salahnya? Jadi nyesel pas koas kenapa harus menyelamatkan mereka. Biarkan saja, menjadi koas sampai tua.
YOU ARE READING
Started In Libanon [End]
Romance"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang saya lapar saya akan meminta makan bukan maaf!" ujar pria loreng itu. ~Mencintai seorang hamba Pangli...
![Started In Libanon [End]](https://img.wattpad.com/cover/218916507-64-k700448.jpg)