Badass Designer (PART 1)

98 3 0
                                    

Diary of Hugo and Mr. Fournier

Hugo POV

Perasaanku berada disatu titik antara senang maupun tidak. Aku senang bisa menginap diapartemen milik Gab—kekasihku. Tapi aku juga tidak terlalu senang menginap disini, karena pria itu tidak pernah menututup tirai jendela di malam hari sehingga paginya aku akan terbangun berkat sinar matahari yang langsung masuk begitu saja ke kamar ini. Sialnya, pria itu masih pulas di alam mimpinya. Rutinitas pertama yang harus aku lakukan adalah, mencium bibir pria itu dan mengucapkan 'selamat pagi' dan yang kedua aku harus segera membuatkan cappuccino serta kudapan pagi sebelum dia bangun.

Dengan mengenakan kemeja milik Gab yang sangat bukan ukuranku. Dari duapuluh empat jam, ada beberapa waktu yang sangat aku sukai yaitu jam sarapan pagi, jam makan siang, dan jam makan malam. Karena pada waktu-waktu itulah aku bisa bebas dari 'sentuhan liar' Gab yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Apa pria itu tidak mempunyai kesibukan lainnya, padahal dia mempunyai perusahaan fashion yang sedang berada dipuncak, tapi dia masih menyempatkan waktunya dirumah bersamaku.

Panjang umurnya, yang kita bicarkan sudah berada dihadapanku sekarang. Dengan wajah bantalnya dan seperti biasa membawa iPadnya yang tidak pernah lepas dari tangannya. "Kali ini siapa yang bakal kamu dandani?" tanyaku sembari membuat adonan pancake.

"Salah satu member D.O.S?" Mendengar kata D.O.S membuatku menghentikan mengaduk adonan dan berlari menuju Gab sembari meraih iPadnya dari tangannya. Kedua mataku terbelalak. "Dae D.O.S" kedua mataku berbinar-binar, pasti Gab sudah tahu apa yang ada dibenakku saat ini. Kita lihat apa dia bisa menahan puppy eyesku atau dia akan menyerah lalu menyetujui keinginanku.

Dia masih diam. Aku pun juga masih melancarkan serangan puppy eyesku. "Ayolah," mohonku dengan wajah memelas. Gab menghela nafas, apakah ini tandanya dia meyerah. Satu, dua, dan tiga.

"Baiklah. Kamu boleh bantu aku pilih kain dan desainnya. Hanya satu baju saja." Tubuhku tidak bisa menahan rasa senang ini. Aku melompat kegirangan, sebentar meletakan iPad keatas meja bar dan kembali memeluk Gab. Tak lupa kudaratkan sebuah kecupan kecil di pipi kirinya, kubisikan ucapan terima kasih tepat di telinganya.

Lihat, wajah dia merah seketika. "Aku ingin sarapan tubuhmu." Gab menerjangku, kedua tangannya menyusup kedalam kemejanya. Memilin pelan putingku. Sial, aku sedang masak pancakenya. Kalau gosong aku bisa kena marah. Berulang kali, aku meronta untuk minta dilepaskan dan menjanjikan dirinya membuat scene untukku. Tapi nanti malam, bukan sekarang.

"Duduk." Gab menghentikan semuanya, pria itu langsung meninggalkan area kekuasaanku dan duduk manis di ruang makan. Terkadang pria itu bisa menjadi dom yang mengambil semua kendali tubuhku, di sisi lain pria itu juga bisa menjadi puppy yang selalu mencari kesempatan untuk mendapatkan perhatianku. Pancake dan segelas cappuccino sudah tersedia dihadapannya dan hadapanku. Saatnya menyantap sarapan.

*

Setelah sarapan, Gab membiarkan aku untuk berkeliling mal, ya lebih tepatnya mencari toko kain di mal ataupun di pasar tradisional. Gab tidak membiarkanku berangkat ke mal dengan menggunakan ojek online ataupun angkutan umum. Pria itu memilih untuk terlambat meeting ataupun bekerja daripada terjadi sesuatu kepadaku. Memang posesif pria itu. Itulah yang membuatku merasa diinginkan oleh Gab.

"Nanti telpon ya kalau sudah selesai belanja."

Aku menghela nafas, "Aku belum mau beli kain. Aku masih ingin melihat-lihat. Lagian baru hari kamu akan meeting dengan manager D.O.S bukan?" Pria itu mengangguk, membenarkan ucapanku. Bisa-bisa dirinya rugi kalau aku sudah terlebih dahulu berbelanja tanpa arah. Syukur-syukur kalau instingku benar sesuai hasil meeting, kalau salah buang-buang uang yang ada. Aku melambaikan tangan pada Gab, sorot mataku langusng berbinar-binar ketika mobil Gab melaju meninggalkan lobi mal ini.

Diary of MenWhere stories live. Discover now