Butt Penuh Keindahan (PART 2)

368 11 0
                                    

Jack POV

Kei itulah nama yang aku sandang ketika aku berada diluar kampus—terutama ditempat part timeku, potongan dari nama Keivin Jack. G.MenClub tempatku part time dan menjadi pemuas nafsu pada hidung belang. Aku sangat terpaksa melakukan hal ini, aku membutuhkan sejumlah uang untuk bertahan hidup dan biaya kuliahku yang sebentar lagi hampir lulus.

"Kei, aku menjadwalanmu malam ini untuk bertemu dengan seseorang." Seorang adminstrasi menyodorkan ponselnya padaku. Jantungku terkejut seketika, "Sialan. Kenapa haru dia?"

"Ada masalah dengan Tuan Joshua?" Ya, aku memiliki masalah dengan Joshua Lay, meskipun bukan masalah secara face to face, tapi dia salah satu mahasiswa yang seksualitasnya sudah menjadi rasa umum. Dia gay. GAY. "Setidaknya berbincang-bincang dulu saja," komentar si adminsitrasi lagi.

Ini pertama kalinya aku menerima permintaan klien seusiaku. Aku selalu mendapatkan klien eksekutif muda, atau para businessman yang haus akan kasih sayang dari istri mereka. Hati kecilku dan otakku sudah memberikan signal peringatkan untuk menolak tawaran Joshua Lay. Lelaki itu tidak patut untuk bertemu denganku, jika itu terjadi bisa-bisa identitasku akan menjadi sepertinya—mendapatkan label 'HOMO' seatero kampus. Yang paling parah, bisa-bisa anggota gengku akan 'menyerbu' dan menjadikan tubuhku pemuas nafsu binal mereka semua. TIDAK!!!

"Aku menolaknya."

"Ta-Tapi aku sudah tak bisa membatalkan pertemuan ini. Nanti malam pukul 7 malam." Mendengar administrasi berkata membuatku ingin melontarkan kata-kata kotor untuknya. Otakku kembali memberikan signal agar aku profesional dalam pekerjaanku. "Baiklah, siapkan aku topeng."

*

Jam tujuh tepat, aku sudah menunggu di lobby. Menunggu clientku datang. Jantungku berdetak tak karuan, seperti anak remaja yang baru pertama kali berkencan di akhir pekan. Padahal sebelum ini, aku sudah pernah melakukan dengan pacar sebelumnya. Pikiranku menghilang seketika saat melihat sosok lelaki yang tampil begitu menawan, mengenakan kemeja biru dongker yang lengannya digulung sebatas siku dan mengenakan celana jeans hitam ketat dan beralas kaki sneaker putih.

Aku menggiring lelaki itu kedalam kamar yang sudah disediakan, kami berbicara dan memperkenalkan diri masing-masing. Lelaki itu masih berusaha menggapai wajahku, membuka topengku lebih tepatnya.

"Kenapa kamu menututp matamu sendiri?" tanyanya, tanganku masih berkutat mengikat penutup mata pada kedua mataku, menghalau lelaki itu yang sangat penasaran untuk melihat wajahku.

"Aku hanya tak ingin kamu melihatku. Karena—" Ucapanku terhenti saat lelaki itu menjatuhkan dan menindih tubuhku. Tidak ada pergerakan dari lelaki itu, aku menunggu dengan detak jantung tak karuan. Tangannya mulai meraba, dimulai dari pipi hinga turun ke bibir dan ia berbisik ditelingaku. "Bolehkah?"seolah meminta ijin untuk melakukan hal lebih dari ini. Tanganku langsung menarik wajahnya dan mencium bibirnya.

Sembari aku mengecupnya, tangan lelaki itu membantuku melepaskan seluruh pakaian yang aku kenakan. Terkadang aku sungguh menyesal menggunakan pakaian yang mewah maupun elegan, pada ujungnya pakaian itu akan digunakan tak sampai sejam dan dilepas—lebih tepatnya dilepas lalu dibuang kesembarang arah. Sia-sia itu namanya.

"Mungkin kita langsung masuk ke inti saja, Mr. Shy."

Lelaki itu pergi, meninggalkanku yang 'buta' diatas ranjang. Kedua tanganku merancu diudara, seolah meminta lelaki itu segera kembali padaku dan segera melakukan sesuatu. Aku sudah pensaran hampir mati.

"Kita mulai dari sini ya." Tangan lelaki itu meraba mulutku. Bermain-main dengan lidahku yang baru saja menemukan kenikmatan tersendiri. Tangan lainnya mulai berjalan-jalan menuju kedua putingku yang sudah mengeras, ia memilinnya pelan hingga keras membuatku mengerang nikmat. Nafasku mulai tersengal-sengal akibat ulahnya. Bagian atas pun sudah selesai ia jelajahi dengan puas, kini lidah manisnya mulai turun untuk mengajak bermain putingku lainnya. Mengecupnya, menggigitnya dan memilinnya menggunakan gigi-giginya. Nikmat.

Diary of MenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang