"Ini?"
"Iya, Kak. Itu Cha Eun Woo. Ganteng mana sama Kak Galang yang pernah Kakak ceritain?"
Radea berdeham. "Kok mirip, ya, Nan? Serius."
"Hah?!"
"Cuma Kak Galang nggak seputih ini, sih. Tapi bentuk muka, rahang, sama bibirnya mirip. Hidung Kak Galang juga mancung."
"SEGANTENG INI, KAK?! SERIUS?!" heboh Vinan. Tadinya dia sempat berpikir teman-temannya berlebihan sampai ingin mendaftar sekolah karena cowok, tetapi kalau cowoknya mirip Cha Eun Woo, maka Vinan pun mau.
Radea mengangguk. Wajah gadis itu datar.
"Pantes Kak Dea yang pendiam sampe tau orang kayak dia. Muka ganteng kayak gini, mah, emang nggak bisa dilewatin!"
Radea hanya tersenyum kecil mendengarnya. Vinan terus saja berceloteh.
"Jadi gimana, Kak? Kakak bilang dia ganteng. Famous di sekolah. Pintar. Jadi Kakak sudah ngajak dia kenalan belum? Waktu itu Kakak bilang cuma dia cowok yang menarik menurut Kakak."
"Karena cuma dia yang paling mencolok."
"Kakak suka sama dia?"
"Kak Galang tipe cowok yang akan disukai semua cewek," kata Radea, mengingat semua siswi di sekolah mengagumi Galang.
"Kakak juga?" tebak Vinan.
"Mungkin," jawab Radea singkat. Ya ... walaupun tampak seperti batu, Radea juga bisa terpukau dengan laki-laki. Walaupun yang dia lakukan hanya diam.
"Kakak nggak berusah ngedekatin gitu?"
Radea tersenyum. "Nggak. Tapi Kakak sudah punya nomor hp-nya."
"Kalau misalnya dia ngajak pacaran, Kakak mau nggak?"
Radea tidak langsung menjawab. Pacaran? Wah, kata itu tabu sekali di hidupnya, bahkan tidak pernah masuk di kamus kehidupan Radea.
Radea menepiskan tangannya. "Baca gih itu buku. Ngobrol mulu."
"Mengalihkan berarti suka beneran." Vinan tertawa jail sambil menunjuk wajah Radea. "Cie, Kak Dea udah ada suka sama cowok. Yes! Ada kemajuan!"
Radea terkekeh. Dia jadi mengingat tingkah Galang beberapa minggu terakhir yang akrab padanya. Senyum gadis itu mengembang.
Apakah Galang cowok pertama yang akan membuatnya merasakan rasa seperti anak muda kebanyakan?
Entahlah.
***
Gadis itu berusaha menahan langkah, tetapi tangannya terus ditarik. Dia menggigit bibir bawah, berapa kali pun menolak, suaranya tidak didengar. Dan seperti inilah sekarang, satu tangan Radea difungsikan untuk memegang pilar, menahan agar tubuhnya tidak tertarik lagi.
"Kak, aku bawa bekal, kok. Please." Radea menyipitkan matanya, sangat memohon.
"No! Lo mau sampe kapan? Lo sudah kelas sebelas, sebentar lagi gue lulus dan lo kelas dua belas. Gue nggak mau lo nggak punya kenangan, bahkan ke kantin sekolah pun nggak pernah." Galang masih memegang erat tangan Radea. "Ada gue. Percaya sama gue. Ke kantin sekolah doang, Ra, nggak akan seburuk itu."
"Kak ...."
Galang tersenyum. Senyum yang berhasil membuat Radea pasrah saat cowok itu mengambil tangannya yang berpegang erat di pilar. "Percaya sama gue. Nggak akan terjadi apa-apa." Galang menepuk lembut puncak kepala gadis itu.
Radea kalah, dia benar-benar kalah. Gadis itu mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Untuk pertama kalinya, selama hampir dua tahun di sekolah ini, Radea akhirnya menginjakkan kaki di kantin.
Kepala gadis itu sangat berat sepertinya, sampai-sampai wajahnya tidak kelihatan. Berjalan bersama Galang, apalagi sampai digandeng seperti ini pastilah bukan ide baik. Pasalnya, cowok itu bersinar di mana pun dia berada, keberadaan mereka berdua sudah jadi sorotan sejak langkah pertama mereka menginjak kantin.
Radea membalas genggaman Galang erat, tangannya berkeringat. Radea mengintip dari ekor matanya bagaimana tatapan-tatapan para murid menusuknya tajam, apalagi para perempuan. Ini buruk, sangat buruk. Seperti tidak cukup membuat kekacauan dengan kehadirannya di sekolah ini, dia malah membuat kekacauan lain.
Radea ke kantin untuk pertama kalinya. Bersama Galang, cowok paling famous di sekolah, bukan hanya murid-murid, para guru pun mengagumi Galang. Dan kini, Radea digandeng oleh cowok famous itu. Berita buruknya lagi, Radea kini jadi pusat perhatian seluruh kantin, seolah ada sebuah sinar yang hanya berpusat padanya dan Galang, sedangkan sekitar mereka gelap.
"Kak!" Radea menahan langkahnya. Dia tidak sanggup.
"Hm?" Galang ikut berhenti, dia menatap Radea.
Melihat seperti apa penampilan Radea saat ini, sepertinya disebut Sodako benar-benar hal yang tepat. Galang menarik kedua sudut bibirnya datar. Kedua tangan cowok itu berpindah ke bahu Radea, membuat tubuh gadis itu menyamping, menghadap ke arahnya sempurna.
Radea masih menunduk, entah apa lagi yang dilakukan Galang di tengah keramaian ini, Radea hanya bisa pasrah. Apalagi suara desas-desus sudah berdesakan masuk ke telinga Radea.
"Kok bisa Kak Galang sama Sodako?!"
"Digandeng! Apa-apaan coba?!"
"Sumpah, ya, itu hantu pake guna-guna atau gimana, sih!"
"Nggak bisa dibiarin, nih!"
Radea merinding mendengar itu semua.
"Pertama ...." Galang memegang kedua pipi Radea, menggerakkannya agar tegap. "Lihat orang yang ada di sekeliling lo. Jangan nunduk."
Mata Radea bersirobok dengan manik Galang. "Kedua. Jalan dengan tegap dan yakin. Ketiga, senyum." Galang mencubit kedua pipi bulat gadis itu.
"Aw!" Radea memegang tangan Galang di pipinya.
"Sakit?"
"Sa ... kit."
"Makanya angkat kepala lo. Lo nggak mau jadi pusat perhatian?" Galang terkekeh. "Padahal penampilan dan sikap lo yang buat orang merhatiin lo, Ra."
Galang memajukan tubuhnya, sedikit menunduk sampai kepalanya sejajar dengan wajah Radea. "Untuk nggak jadi pusat perhatian, yang lo butuhkan adalah menjadi sama dengan yang lain," ujar Galang pelan, agar hanya Radea yang mendengar.
Setelah itu, Galang kembali menggandeng tangan Radea, lalu melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti, bersama otak Radea yang juga berhenti.
Radea menatap Galang di sampingnya. Cowok itu tersenyum sembari menatap mantap ke arah depan. Tanpa sadar, Radea tertular senyum itu. Suara bising dari sekitar sudah tidak lagi memekakkan telinganya. Semua akan baik-baik saja, seperti yang Galang bilang.
"Hari ini dan seterusnya, lo makan di kantin bareng gue," kata Galang tanpa menatap Radea.
Radea tersenyum, ia mengangguk perlahan, setuju dengan ucapan si kakak kelasnya itu.
******
Bersambung ....
Jangan lupa vote dan komentarnya.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Teen Fiction(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...
28 || Kantin
Mulai dari awal
