Mafia and Muslimah ||02

12.6K 733 13
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Musibah yang datang padamu terkadang disebabkan oleh tangan mu sendiri.

꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷

Rasanya pegal sekali perjalanan 5 jam di bus dan 2 jam di taksi membuat bokong benar-benar mati rasa. Ditambah bitna kaget saat rumahnya kacau balau, berantakan sekali.

Namun, semuanya pikirannya terasa hilang terganti dengan senyum lebar ketika melihat ibunya tertidur di kamar.

"Assalamu'alaikum buu" aku melangkah setelah menaruh tas di depan pintu kamar

Sunyi, tidak ada sahutan dari uminya.

"Ibu??" Betaoa kaget dirinya melihat pipi uminya yang merah Lebam

'Ayah tidak mungkin melakukannya, aku tau ayah sangant mencintai ibu' Batinnya

"Bu ini kenapa??" Matanya menahan tangis, rasanya ada yang tak beres

"Siapa?" Hanya itu yang terdengar

"I..ini bitna bu, ibu apa kabar bitna kangen" Ucapku, sembari memeluknya

"Maafkan ibu nak..." Pandangan ibunya kosong, dia baru sadar badan ibunya penuh luka

"Maaf putriku" ucapnya lagi membuat tangisku pecah

"Bu ayo kerumah sakit. Biar bitna telfon ayah ya.."

Saat ku lepaskan pelukannya, ibu berontak membuang semua barang yang ada di dekatnya.

"Mereka mengambilnya, diambil! Suamiku diambil! Bitna ayahmu diambil!!" Ucap ibu dengan nada pilu

"Apa maksudnya bu? Bitna ga paham bu" Air mataku masih keluar, ini bukan air mata bahagia, jauh dari kata Bahagia.

Hatiku sakit melihat ibu seperti itu padahal 2 jam lalu saat ditelfon semua masih terlihat baik.

"Pergi" satu kata 5 huruf, membuat kakinya seakan tidak bertulang, lemas sekali.

"Pergi! Nanti dia datang! Sudah cukup karena ayahmu aku terseret! Biarkan aku hidup bitna!!" Tangis ibu pecah, suaranya terdengar bergetar

'Dia siapa? Dia itu siapa??'

"Ibu... aku..

"Kubilang pergi! Kau bukan lagi anakku, kuputuskan tali persudaraan denganmu. Jangan pernah datang kesini!" Kakiku mundur dengan otomatis mendengarnya, sekarang pandanganku yang kosong.

Ibunya yang semula tiduran dengan cepat berdiri dan berjalan tertatih-tatih menyeretku keluar rumah.

BRAKK!

"Rindu." Lanjutku dengan suara pelan, menatap pintu berwarna coklat didepan mataku.

Sudah ber jam-jam aku duduk di depan pintu, tanpa sadar langit sudah mau gelap.

"Ayah bener dibawa?" Ucapku bermonolog

"Salah bitna dimana? apa seharusnya aku tidak pulang saja?" Pandanganku menatap langit yang akan gelap.

Ku tenteng kembali tasku berjalan keluar menuju pagar rumah, mataku tak henti melirik kebelakang. Sebenarnya ada apa? Ada apa selama aku di pesantren? Apa yang kulewatkan? Ibu? Ayah? Kenapa kalian membuangku lagi?

Semua itu hanya bisa dia telan sendiri tanpa tahu jawabannya.

·❈·❈·❈

"Suaminya ada di gudang bawah tuan" suara itu membuat pria yang duduk dengan tenang mendongak

"Lalu?" Ucapnya

"Menurut penjaga disana istrinya melukai diri"

"Dan menyuruh putrinya untuk pergi" lanjutnya to the point

"Putri?"

"Mereka berbohong pada kita. Sepasang suami istri itu memiliki putri, mereka menaruh putrinya di pesantren selama ini" tangan kanannya mengucapkan dengan semangat seakan menunggu hal apa yang akan dilakukan atasannya.

"Tundukkan kepalamu. Atau kupenggal" hingga tak sadar bahwa ia mendongakkan kepalanya

"Maaf tuan" dengan badan gemetar

"Cari tahu" tangan kanannya yang sering dipanggil 'O' mengangguk

"Em.. wanita tua itu?" Tanyanya lagi dengan gemetar melihat sorot mata sang tuan

"Bunuh saja"

'Semakin menarik' batin O

'Semakin menarik' batin O

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mafia and Muslimah Where stories live. Discover now