0.01

287 141 76
                                    

Di pagi yang cerah ini waktu sudah menunjukkan pukul 06.50, dan sinar matahari mulai menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar seorang gadis yang sedang terlelap dalam tidurnya. Sehingga membuat sang empu terbangun dari tidur nyenyak nya, karena wajahnya yang terkena pantulan sinar matahari.
Ia terbangun dan menyingkapkan selimut berwarna abu-abu itu yang menutupi seluruh tubuhnya.

Hoammm...

"Jam berapa sih, ini?" gumam gadis itu yang tak lain bernama Lesta dengan menggeliatkan tangannya.

Ia sedikit melirik jam yang terpampang di dinding kamarnya itu, dan itu sontak membuat Lesta kaget.

"Bangkee! Gue telat." teriak Lesta dan langsung bergegas pergi ke kamar mandi dengan lari terbirit-birit.

Tak membutuhkan waktu yang  lama untuk gadis itu bersiap-siap. Kini ia sudah siap dengan seragamnya, dengan dua kancing baju dibiarkan terlepas.
Lesta langsung mengambil tas dan ponselnya yang berlogo Apple sedikit digigit itu, tak lupa pisau lipat berkarat kesayangannya yang tak pernah ia tinggalkan. Walaupun berkarat, tapi pisau itu mampu membuat suara rintihan, jeritan, teriakan, bahkan suara tangisan.
 
Kemudian Lesta menuruni tangga untuk turun kebawah. Ketika sudah sampai di bawah ia disuguhkan dengan keadaan rumah yang sudah sepi, dan hanya terdapat wanita simpanan papa-nya dan mbok Mirna art di rumah ini. Lesta langsung nyelonong begitu saja tanpa mengucapkan satu patah kata pun, dan berjalan menuju pintu utama yaitu pintu keluar.

"Eh..eh! Gak tau sopan santun kamu, main nyelonong aja," teriak Venza ibu tirinya Lesta. "kamu enggak liat ada saya disini?" lanjut Venza.

'Setan mana bisa di liat, kalo pun bisa dilihat gue males ngeliatnya,' batin Lesta.

"Emang gue gak liat, kenapa? dan lo juga gak berhak ngurusin hidup gue dan ngatur-ngatur gue, kalo nyawa lo tidak mau berakhir di tangan gue." tutur Lesta dengan nada mengancam.

Plakkkk....

"Enggak usah belagu kamu. Ingat, kamu di sini cuman numpang, beruntung papa kamu itu masih nerima kamu di rumah ini, kalo enggak sekarang ini kamu sudah jadi gembel di jalanan." ucap Venza dengan sombong sambil menampar pipi kiri Lesta.

Plakkkk...

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Venza.

"Heh! Lo kalo ngomong itu harusnnya di saring dulu. Justru di sini yang numpang itu lo bukan gue, lo datang ke rumah ini dengan seenaknya dan ngerusak kebahagiaan keluarga gue yang lagi harmonis-harmonis nya, dan seolah-olah lo bersikap baik lah di depan papa gue." jelas Lesta. "Tapi apa hah? Kenyataannya di belakang papa gue lo malah terlihat seperti jalang yang kehausan dengan harta." ucap Lesta dengan napas yang memburu, mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Jaga ucapan kamu, apa kamu gak punya sopan santun, bicara dengan saya seperti itu. Apa mau saya aduin ke papa kamu biar kamu di usir dari rumah ini." ucap Venza dengan mengancam dan mengangkat tangan nya untuk menampar Lesta tapi itu tidak jadi.

"Apa hah, mau nampar lagi? Nih tampar, tampar lagi pipi gue, aduin aja gue gak takut sama lo, dan lo tunggu tanggal mainnnya, hahahahaa...." ucap Lesta sambil berlalu pergi dari hadapan Venza, setelah ia puas dengan ucapannya.

"LESTA! Apaa maksud kamu? Saya juga gak pernah takut sama kamu." teriak Venza.

"Tunggu aja, hahaha." jawab Lesta dengan menyeringai.

Lesta langsung mengendarai mobil sport nya dengan kecepatan di atas rata-rata, tak peduli jika banyak kendaraan yang menyumpah serapahi dirinya.

Skip sekolah...

Semua lorong kelas sudah sepi. Yah, karena jam pelajaran sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu.

"Huffftt! Untung aman." Lesta menghela napasnya.

"Siapa yang aman Lesta!" jawab pak Rusman dari arah belakang, yang merupakan guru terkiler di sekolah ini dan banyak di segani para murid, tapi tidak dengan Lesta.

"Ehhh bapak, ko bapak di sini sih pak? Emangnya gak ada jamnya bapak hari ini?" tanya  Lesta dengan tampang watados nya.

"Gak usah banyak tanya, sekarang juga kamu hormat ke bendera, sampai jam istirahat pertama!" perintah pak Rusman.

"Loh kok gitu sih pak, emangnya saya salah apa pak? Kasian lo Pak nanti kulit saya kepanasan." tanya Lesta memelas.

"Udah jangan pura-pura, kamu itu telat 15 menit jadi harus di hukum, cepet sana atau mau saya tambah hukumannya. Setelah selesai hukumannya, kamu temui saya di ruang kepsek, ngerti!" ucap pak Rusman sambil berlalu pergi, dan begitu juga dengan Lesta yang berjalan ke arah lapangan untuk melaksanakan hukuman yang diberikan oleh  Pak Rusman.

"DasarPak Rusman bangkee, gue cabik-cabik usus lo baru tau rasa. Enak aja main hukum-hukum gue. Coba kalo gurunya yang telat, kagak ada tuh yang namanya kena hukuman." gerutu Lesta disela-sela hukuman nya.

'Ini semua gara-gara jalang di rumah gue nih, pake acara nyegat-nyegat gue segala, jadi begini kan nasib gue di jemur kaya terasi. Awas aja Lo, kalo gue balik sekolah nanti, gue sentil ginjal lo!' Mulutnya tak berhenti menyumpah serapahi Venza dan menghentak-hentakkan sepatunya.

"Tenang dulu Lesta. Tenang sebentar lagi kok, lo harus kuat. Pendam amarah lo,  kalo lo gak bisa semua orang di sini bakal tau siapa lo sebenarnya" batin Lesta.







Gimana guys!!

Maaf kalo gak nyambung!!!

Mau lanjut, jan lupa vote nya!!




Next.....

Two Psychopatic Girl [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang