Radea sudah berani menatap Galang tepat. Cowok itu benar-benar baik. Seharusnya Danil tidak perlu khawatir.
****
Seorang cowok menjatuhkan tubuhnya di meja kantin. Tanpa peduli, dia menyeruput es teh di meja yang jelas-jelas bukan miliknya. Kemudian cowok itu merapatkan bahunya dengan sandaran.
"Dari mana lo, Lang? Udah mau masuk gini baru ke kantin," tanya seorang siswa yang es tehnya sudah tandas diminum Galang.
"Dari menarik mangsa."
"Gue mau pesen es teh lagi, nih, ada yang mau pesen lagi nggak?"
"Gue, mie orang," jawab Galang.
"Siapa lagi?" tanya teman Galang yang lain. "Cewek nyeremin itu lagi?"
Galang berdecak. "Sumpah, ya, kalau lo dekat sama dia, dia sama sekali nggak nyeremin. Cantik aslinya."
"Suka lo, nih?"
Galang tidak langsung menjawab, lalu perlahan mengangguk. "Kayaknya menantang."
"Tega lo mainin dia?" tanya teman Galang yang baru datang membawa es teh. "Mie lo nanti diantarin."
Galang berdeham. "Ya nggak mainin juga. Emang pacarin anak orang mainin apa?"
"Pacaran ala lo 'kan ada tanda kutipnya."
"Emang lo nggak?" tanya Galang sarkasme.
Pembicaraan tidak berfaedah itu membuat telinga seorang siswa di meja belakang Galang panas. Dia membanting sendoknya, lalu pergi dari kantin. Yosep yang duduk bersama siswa itu sampai terkejut.
"Eh, Nil! Woi! Ini udah?" tanyanya menunjuk mie ayam Danil yang masih banyak.
Tidak mendapat jawaban, Yosep kembali berteriak, "Gue makan kalau gitu, masih lapar."
Tidak nyaman dengan kebisingan orang yang berada di belakangnya, Galang menoleh. Dia juga melihat kepergian Danil yang tampak buru-buru. Galang tersenyum miring meremehkan. Dia tidak peduli kalau siswa pindahan itu mengerti maksud obrolannya dan teman-teman.
Bagi Galang, tidak ada yang bisa menutup jalannya. Semua yang dia usahakan pasti dapat. Orang seperti anak baru itu, sudah pasti bukan lawannya.
****
Sebuah ponsel yang sejak tadi berada di genggaman Danil berbunyi. Cowok itu dengan cepat membuka pesan yang masuk. Dia menyunggingkan senyum seketika setelah membaca balasan itu.
Danil keluar kamar, dia mengintip ke lantai bawah sebelum akhirnya mengetuk pintu kamar Radea. Tidak lama, pintu kamar itu terbuka.
Pertama menginjakkan kaki kembali di kamar itu, perbedaan yang paling terasa adalah lampu yang terang. Kamar Radea tampak lebih normal dengan pencahayaan yang cukup seperti ini. Walaupun sudah dua kali melihat isi kamar gadis itu, Danil masih saja dibuat takjub dengan rak-rak penuh buku koleksi Radea.
Dan satu hal lagi, Radea tidak mengurai rambutnya, melainkan menjepitnya dengan jedai yang pernah Danil berikan. Cowok itu tersenyum simpul, wajah Radea jauh lebih enak dipandang kalau seperti ini.
"Gue duduk sini, ya?" Danil meminta izin sebelum duduk di kursi belajar Radea.
"Iya," jawab Radea singkat. Gadis itu sepertinya sedang menyusun ulang tatanan bukunya.
"Ngapain, Ra?" tanya Danil karena Radea terlihat sangat serius. "Butuh bantuan nggak?"
Radea menggeleng. "Lagi nyusun novel yang baru aku beli bulan ini, belum ada dimasukin ke rak." Dia mengambil satu novel yang tersisa di lantai untuk ikut disimpan di rak buku. "Aku harus nyusun sendiri supaya kalau butuh enak nyarinya."
YOU ARE READING
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Teen Fiction(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...
26 || Perdebatan
Start from the beginning
