Chapter 11

38.5K 3.1K 222
                                    

Chap 11

-Salah satu hal yang sangat menyakitkan di dunia adalah ketika kita mencintai namun dunia dan takdir tak merestui-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Cassio Academy memiliki ratusan ruang kamar untuk ratusan siswa di sana. Satu kamar dapat ditempati empat orang dengan gender yang sama. Asrama khusus putra memiliki kamar yang lebih sedikit dari asrama siswi. Dengan ukuran kamar sekitar tiga kali empat dan satu kamar mandi dalam, mereka tetap bisa hidup dengan nyaman. Ranjang yang ditempati pun berbentuk dua tingkat. Almari dua buah dengan ukuran sedang dan satu meja belajar.

"Berlatih lagi?"

Bel—gadis yang baru saja masuk di kamar nomor tujuh itu mengangguk. Setelah itu melepas seragam dan menggantinya dengan pakaian tidur. Gadis itu memang tak banyak bicara. Sama seperti kembarannya. Mungkin, selain identik wajah, Bel dan Mel memiliki satu sifat yang sama. Yaitu, tak banyak bicara. Meskipun jika dibandingkan dengan Bel, Mel terkenal lebih ramah dan memiliki cukup banyak teman atau kenalan.

"Apa kau ... berhasil?"

Pertanyaan kedua Mel membuat Bel meliriknya sekilas. Lalu gelengan menjadi jawabannya.

Terdengar hembusan napas berat dari Mel. Gadis yang tengah asyik tengkurap di ranjang sambil membaca komik itu mendadak gelisah. Ia menelungkupkan wajahnya ke bantal dan terus menggumamkan sesuatu.

"Ada apa denganmu?" tanya Bel penasaran dengan sikap aneh saudari kembarnya. Meski hal itu sudah cukup sering bahkan menjadi rutinitas. "Komikmu tamat? Atau memiliki ending yang tak sesuai?"

"Bukan."

Keningnya mengerut karena tebakannya salah. "Lalu?"

"Aku penasaran dengan Zalea Casia. Seperti apa dia?"

"Yang pasti dia memiliki warna rambut pirang pucat sama seperti Gretha Casia."

"Sudah kuduga kau akan menjawab seperti itu. Hmm, tapi, Bel ... kudengar sebentar lagi akan ada ujian kenaikan tingkat. Apa kau terpilih?"

Bel mengedikkan bahunya sekilas. Kemudian merebahkan diri di ranjang yang berbeda dengan Mel.

"Apa kau terpilih, Mel?" tanya Shina, seorang teman sekamar yang sedang tertidur di ranjang atas.

Mel melirik ke ranjang atas yang ditempati oleh Shina. "Besok akan diumumkan. Namun, aku tak yakin. Karena aku hanya menguasai satu sihir. Mungkin aku akan ditempatkan di bagian medis suatu saat nanti."

"Kurasa kau juga akan lolos. Kami para penyihir petarung, pasti membutuhkan penyihir sepertimu, Mel," sahut Charlotte—seorang teman sekamar Mel dan Bel yang lain. Gadis yang sedang duduk di meja belajar itu mengalihkan pandangannya ke Mel.

Mendengar ucapan Charlotte, Mel hanya diam membisu. Sudut matanya beralih ke Bel yang sudah mulai menutup mata. Meski ia yakin, Bel masih tersadar sepenuhnya dan mendengar ucapan Charlotte.

"Bagaimana denganmu, Bel?" tanya Charlotte pada Bel. Gadis bernetra kecokelatan itu seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Bel meski kedua mata itu sudah tertutup.

"Entahlah. Besok akan terlihat pengumumannya dan kalian akan tahu itu."

Jawaban Bel membuat Charlotte membisu seketika. Ia pun kembali memutar tubuh dan fokus dengan kegiatannya tadi.

Mel merasakan ada atmosfer yang mulai mendingin. Ia pun menepuk kedua tangan dan berkata, "Baiklah. Saatnya kita tidur!"

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Di lain sisi, ruang lima belas adalah ruang yang menampung Zalea beserta tiga siswi lain. Untuk pertama kalinya, Zalea memasuki ruangan itu, semua mata langsung tertuju padanya. Ketiga gadis yang asyik bergurau langsung terdiam membisu dan memasang senyuman kaku pada Zalea.

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang