Chapter 28

108 9 0
                                    

Chap 28

-Perpisahan adalah sebuah keharusan yang menyakitkan-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

"Bagaimana jika suatu saat kita berpisah?" Gadis itu menerawang langit-langit kamar. Kesehariannya yang membosankan membuat dirinya menjadi pengimajinasi yang handal.

Namun, gadis yang berbaring di sisinya hanya menatap langit kamar tanpa membayangkan apapun. Seolah perpisahan adalah hal yang sangat ia hindari. Kecuali perpisahan karena takdir kematian.

"Aku takkan membiarkan perpisahan ada di antara kita."

Gadis yang tengah asyik berimajinasi itu akhirnya menoleh ke sosok yang berbaring di sebelahnya. Rambut pirang pucat mereka beradu menjadi satu. Membuat keduanya tampak benar-benar saudara kembar sekarang. Meski sebenarnya, mereka adalah kembar tak identik. Memiliki warna bola mata yang berbeda dan wajah yang berbeda. Hanya rambut mereka yang mirip. Untuk dikatakan kembar, orang lain takkan mempercayainya.

"Kenapa? Bukankah perpisahan melekat dalam setiap hubungan setiap makhluk?" tanya gadis bermata hijau Emerald.

"Emm, tapi aku benci perpisahan. Meski perpisahan hal yang akan kita dapatkan, tapi aku tetap membencinya."

"Kalau begitu, jadilah manusia abadi. Maka kita takkan berpisah." Bibir si gadis bernetra hijau Emerald itu menyunggingkan sebuah senyuman manis.

"Memangnya kau itu manusia abadi?" tanya si gadis bernetra biru Aquamarine. Kedua pasang bola mata itu akhirnya bertemu. Menatap satu sama lain dan saling melempar tanya.

"Tentu saja ... bukan."

"Agetha, jangan bercanda dengan lelucon anehmu." Gadis bernetra hijau Emerald itu tertawa melihat raut wajah gadis di sisinya berubah drastis.

Beberapa saat kemudian, hening menyelimuti keduanya. Tak lama kemudian, Agetha—gadis pemilik netra hijau Emerald—menggenggam tangan Zalea—gadis pemilik netra biru Aquamarine.

"Aku berharap, kau selalu siap dengan adanya perpisahan. Karena kau tak tahu apa yang terjadi di masa depan. Bahkan besok, kita tak tahu apa yang akan menimpa diri kita."

"Aku ... akan mencobanya. Tapi untuk sekarang, aku benar-benar tak ingin membahas tentang perpisahan."

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Tik

Tik

Tik

Suara tetesan air terdengar jelas secara perlahan. Membuatnya kembali membuka mata. Sayup-sayup, ia melihat sosok tengah tersenyum ke arahnya. Senyuman yang sangat ia rindukan. Sangat hangat dan sangat membuatnya sakit ketika harus menerima kenyataan jika ia takkan lagi bisa melihat senyuman itu.

"Zalea, Mom mencintaimu."

"Zalea?"

Sontak kedua matanya langsung terbuka lebar. Melihat sosok yang ada di depan mata ternyata bukanlah sosok yang ia inginkan. Melainkan teman sekamarnya yang tampak khawatir. Sebab, sejak semalam ternyata Zalea tertidur di meja belajar.

"Kau lelah? Tidurlah di ranjang. Badanmu akan remuk jika kau tidur di kursi seperti ini," titah Fio. Givara yang melihatnya pun menganggukkan kepalanya setuju.

Ternyata kedua temannya itu sedari tadi berusaha membangunkannya. Namun, ia hanyut dalam mimpi indah yang menyakitkan.

"Ah, sepertinya aku terlalu asyik membaca buku ini." Alibinya mengarah ke sebuah buku yang menjadi bantal tidurnya semalaman. Buku itu tampak terbuka di halaman tengah. Membuat kedua temannya percaya begitu saja padahal dirinya hanya bohong belaka.

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang