Halo, bagian dari masa lalu ku!
Lucu ya, dulu hadirmu cukup untuk mengukir senyum di wajahku, lengkap dengan kedua lesung pipi di kiri dan kanan sudut bibirku. Aku merasa kau cukup untuk menampungku, berbagi bahu untuk bersama hadapi dunia. Kini, bahkan bayangmu tak lagi mampu ku gengam. Sejauh apapun aku berusaha mencarimu hingga sudut ruangan, takkan kutemui sosokmu lagi. Bagaimana kabarmu saat sudah tak bersamaku?
Salah,
Maksudku, bagaimana kabarmu saat akhirnya kamu memutuskan untuk ikut membaca tulisan ini? Aku harap, saat ini kondisimu cukup berbahagia ya. Aku harap, senyummu yang dulu menemaniku, tetap terukir indah diwajahmu yang terlihat kokoh itu. Lebih tepatnya, wajahmu yang keras dan sangat sulit untuk tersenyum itu.
Sudah sejak lama aku ingin menuliskanmu pada lembaran ceritaku, namun aku selalu takut. Takut akan kembali terbawa dalam kenangan yang selalu ku tutup rapat. Namun, anganku untuk menorehkan kisah yang pernah ada itu, terus bergema di relung jiwaku. Hingga akhirnya, aku berani menuliskan kembali kisah yang telah lama runtuh. Toh, kurasa ada banyak hal yang perlu mereka pelajari dari kisahku, kisah kita.
Kuharap, aku tidak salah dalam menceritakan setiap potongan kecil memori yang tersisa, dengan sederhana. Iya, cukup dengan cerita sederhana. Aku tidak berharap banyak bahwa aku akan mampu menuliskan cerita yang hebat, cerita yang bahkan mampu menarikmu kembali pada memori kecil tentang kita. Tidak, aku tahu kekuatan diksiku selaku Airani, belum cukup kuat dan hebat untuk itu. Namun, setidaknya aku sudah cukup merasa bangkit, dengan mampu menuliskan cerita tanpa kembali mengoreskan luka.
Semoga, Ketika kamu membaca tulisan ini, kamu tidak bergegas menutupnya, atau bahkan membuangnya jauh-jauh dari pandanganmu. Karena, asal kamu tahu, naskah ini sebenarnya telah tersimpan lama didalam folder ku. Dulunya,aku menuliskannya sebagai catatan kecilgambaran perasaan yang pernah singgah dalam diriku. Hingga pada suatu hari, hatiku tergerak untuk merealisasikan tulisan ini dalam dunia orang. Jika selama ini aku hanya hjadir sebagai penikmat cerita, maka kini aku akan berusaha untuk menjadi penulis cerita.
Iya, pikiranmu saat ini benar, aku masih suka menuliskan hal apa saja yang kurasakan atau bahkan hal-hal imajinatif yang sering muncul dikepalaku. Aku tau, kamu tak pernah suka kebiasaanku ini. Bagimu, dunia fiksi hanya akan memabukan dan berharap bahwa dunia nyata seindah cerita fiksi. Aku tahu betul, kamu adalah pemuja buku-buku biografi dan teori-teori konspirasi, sementara aku? Aku hanyalah orang yang jatuh cinta pada aksara, pada dunia fiksi. Meski sesekali, kuliahku memaksaku untuk membaca jurnal-jurnal ilmiah yang benar-benar tak ku cintai itu.
Kau juga pasti masih ingat, siapa sosok yang pada awalnya membuatku suka untuk menuliskan cerita bukan? Iya, dia adalah Maher. Orang yang selalu mereka kenang sebagai luka, namun tanpanya aku tak akan memiliki kebiasaan untuk menuliskan cerita. Maka, izinkan aku untuk menceritakannya dalam halaman pembuka ini ya?
Aiden Maherdika Prasetya, ia adalah sosok yang dulu kuangap sebagai ajudan yang mampu melindungiku dari berbagai macam ganguan dunia. Namun, ternyata aku salah. Maher bukanlah pagar besi yang melindungiku dari dunia luar nan kejam, pagar besi yang kupercaya itu justru menghancurkanku. Aku memang hancur, tapi jika ditanya apakah ku menyesal pernah mengukir kisah denganya? Jawabannya, tidak sama sekali. Bagaimanapun, tanpa mengenal Maher aku tidak akan menjadi diriku yang saat ini. Tanpa ia yang selalu memintaku untuk memberikan satu buku ceriita tulisanku setiap ulangtahunnya itu, maka mungkin cerita ini tak akan sampai ditanganmu. Jadi, jika kau juga membacanya, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih telah pernah hadir, dan menjadikanku rumah singgah yang seolah terasa seperti rumah.
Jika cerita ini sampai ditanganmu, artinya cerita ini kupersembahkan untukmu. Mungkin, ada beberapa pesan yang ingin kusampaikan padamu.
Jika kau sedang membaca cerita ini dalam kondisi patah hati, tenanglah, kau tak sendirian. Ada aku disini yang ingin menemani patah hatimu, meyakinkanmu bahwa dunia tak sekejam itu. kau berhak untuk hidup, kau berhak untuk bahagia.
Tertanda,
Cecilia Airani Husein.
YOU ARE READING
Secangkir Matcha(mu) --[REVISI]
Teen Fiction"luka lama itu harus dibuka, agar kering seutuhnya. kalau lukamu terlalu lama ditutup, nanti tidak akan kering, justru bisa jadi koreng." (Ariani Bestari, 2014) Petualangan Ariani dimulai ketika ia duduk di bangku SMP dan bertemu dengan Mahar, kakak...
![Secangkir Matcha(mu) --[REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/224095866-64-k180715.jpg)