🍁Flakes of Heart🍁

447 53 0
                                    

🍁🍁🍁

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

🍁🍁🍁

Stars Club, Gangnam-Gu, Seoul. 12.23 a.m

Siwon menatap aneh pada sosok pria yang sedang berada di antara dua gadis malam yang berpakaian seksi. Namun tak ada yang lelaki itu lakukan – tidak menanggapi rayuan si gadis malam.

“Kupikir aku takkan melihatmu bermain di klub lagi. Man! Kudengar kau menghabiskan waktu selama sebulan dengan seorang gadis. Ah, siapa dia? Kenapa dia hebat sekali bisa mempengaruhimu sejauh ini?”

Kyu Hyun mencibir dalam hati. “Aku sudah tidak bersamanya.”

“Ah, kau sudah bosan padanya!” Siwon mencubit lengan Kyu Hyun tanpa berpikir pria itu akan melotot padanya.

“Padahal aku sangat penasaran orang seperti apa dia, kupikir kau bertransformasi menjadi orang baik lalu meninggalkan dunia malam karena dirinya.”

Siwon benar-benar cerewet dan Kyu Hyun merasa telinganya memerah – hampir terbakar. Dia tidak berniat menanggapi, lelaki itu lebih suka minum dan membiarkan dirinya kehilangan kesadaran. Itu jauh lebih baik daripada mengingat bagaimana dirinya melukai Rhae Hoon seminggu yang lalu. Ya, ini sudah tujuh hari semenjak dirinya memutuskan untuk tidak lagi berkomunikasi dengan wanita itu.

Entah apa yang ada di benak lelaki bodoh itu.

***
Rhae Hoon melepas kembali jaket dan syalnya. Gadis itu tidak bisa mengunjungi ibunya dengan keadaan wajah tirus dan mata yang bengkak seperti ini. Akan banyak sekali pertanyaan yang sang ibu sampaikan padanya. Terlebih jika wanita paruh baya itu mencurigai sesuatu.

Sudah delapan hari sejak lelaki sialan itu mencium – lalu mencampakkannya. Aneh sekali, bukankah Kyu Hyun sebelumnya mati-matian mempertahankan dirinya? Apa maksudnya dengan tidak bisa membiarkan Rhae Hoon di sisinya dengan cara seperti ini?

Cara macam apa yang pria itu bicarakan?

Dan yang bisa Rhae Hoon lakukan saat itu adalah melepas  tangannya pada bahu pria itu dan pergi secepatnya dari sana. Hatinya sakit saat ingat pria itu bahkan terus menunduk –tidak menahannya – tidak mencoba mengantarnya, tidak memedulikannya. Bahkan di saat wanita itu tidak tahu apa yang harus ia perbuat – tetap di sisi Kyu Hyun atau meninggalkannya – justru pria itu mengambil keputusan yang sangat aneh dan tak masuk akal.

“Kenapa dia meninggalkanku dengan cara seperti ini? Apa yang dia pikirkan?” dia merengut, tak terasa setitik air mata turun ke pipinya yang putih. Dan dia tetap duduk di depan meja riasnya sampai sore berubah menjadi gelap dan hujan membasahi bumi. Tak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu. Entah sampai kapan atau jenis penantian apa yang sedang ia kerjakan.

***
      Sunshine Book Publishing, 07.43. p.m

Hidup terus berjalan, hari-hari berjalan tanpa ada arti. Kadang Rhae Hoon ingin kabur saja dan pergi entah kemana. Dia harap dengan begitu segala luka di hatinya akan sembuh. Namun, yang dia kerjakan adalah tetap pergi bekerja dan menjalani hidupnya seolah tidak pernah ada yang terjadi, seolah dirinya baik-baik saja dan tidak pernah bertemu pria itu dan berakhir dengan segaris luka yang mengganggu.

Gadis bermarga Shin itu hampir saja mengetik sebuah pesan yang menggambarkan kesenangan hatinya, namun ia baru sadar bahwa semua itu salah. Hari ini dia dipindahkan ke tim editor di perusahaan penerbitan tempat dia bekerja, itu adalah impiannya sejak masuk disana. Dia suka membaca ratusan karya penulis dan mencari karya terbaik yang bisa naik cetak.

“Bodoh!”

Memaki diri sendiri, dia menetralkan layar ponsel. Merutuki diri karena beberapa detik lalu hendak mengirim pesan pada Kyu Hyun. Selalu seperti ini, kadang ia mengetik sesuatu di ponsel dan hendak mengirimkannya pada Kyu Hyun tanpa ia sadari.

Malam kian gelap, gadis itu beranjak dari meja kerja dan mencoba melupakan segalanya. Secangkir kopi akan membantunya menghilangkan bayangan lelaki itu meski hanya sesaat.

Tak berapa lama gadis itu sudah tiba di lantai dasar lalu menatap kedai kopi langganannya dari kejauhan. Namun kedua kakinya berhenti berjalan tatkala dadanya terasa sakit.

Bayangan lelaki yang sudah menghancurkan hatinya itu terbayang jelas di pelupuk matanya. Jelas-jelas mereka sering menghabiskan waktu di kedai tersebut. Sepertinya dia harus mencari kedai kopi yang lain atau semua kenangan itu akan melukainya entah untuk berapa kali.

Dia berbalik, berputar arah menuju halte bus. Lupakan tentang kopi, dia hanya mau pulang meski dia tahu bayangan Kyu Hyun yang keluar masuk rumahnya akan menyiksanya saat ia membuka gerbang rumah.

Angin membelai wajah putihnya tepat ketika dia tiba di halte. Tak ada orang lain disana. Jalanan lengang, bus yang ia tunggu mungkin akan datang sepuluh atau lima belas menit lagi.

Sebenarnya, gadis itu sedikit merasa lega ketika Kyu Hyun mengajukan perpisahan. Lelaki itu berhak mendapatkan wanita yang seribu kali lebih baik darinya. Tapi dia tetap tak mengerti alasan pria itu meninggalkannya. Sekeras apapun dia berpikir, semua hipotesis yang berkembang di kepalanya hanya berakhir menguap begitu saja.  Dia sama sekali tak tahu kalau pria itu benar-benar merasa frustasi – sama seperti dirinya.

Kenapa? Kenapa takdir begitu kejam?

“Ehm..ehm.”

Entah berapa kali suara deheman seseorang yang entah sejak kapan duduk di bangku panjang halte bus itu terdengar. Sedikit sebal, orang itu lalu menepuk bahu wanita di sampingnya, membuat Rhae Hoon menoleh dan mengucekkan matanya dua kali.

“Dong Hae-ssi? Kau!”

Ada sebuah senyuman ceria terbentuk di wajahnya saat dia menemukan seorang pria tampan di sebelahnya.

***

Kyu Hyun menatap tak suka saat seorang pria mendekati gadisnya. Dia melebarkan matanya saat pria itu dengan berani memeluk Rhae Hoon. Dan, kenapa gadis itu terlihat pasrah dan menerima perlakukan pria itu?

Rasanya dunia sedang menertawakannya.

Dia menekur di dalam mobil yang ia parkir tak jauh dari halte bus. Hatinya menyuruh dia menemui gadis itu meski entah sudah berapa hari dia  berhasil menipu diri tanpa menghubungi gadis itu sama sekali.

Pria itu lupa kalau gadis cantik itu tentu saja bisa bertemu siapa saja, atau jatuh cinta pada siapa saja selagi mereka tidak lagi bersama. Toh, hubungan keduanya juga tanpa komitmen apapun.

Hatinya sakit, pandangannya mengabur tatkala sepasang matanya menemukan kedua orang yang ada di seberang jalan itu saling melempar senyum dan bicara dengan akrab. Rasanya seperti kehilangan seluruh dunia. Mengepalkan tangan, Kyu Hyun benci melihat gadis itu tersenyum kepada pria lain.

😽😽😽

When The Love FallsWhere stories live. Discover now