DISUDUT ITU, KITA MENGELIMINIR RINDU

7 0 0
                                    


Secoretan celoteh, oleh Shally Kabelen dan Deny Joe
---------------------------
Sekarang, kita sudah berdiri pada sudut arogan yang saling mengeliminasi kata rindu.
Masih ingat, empat kamarau lalu kita bisa mengatur temu dengan langkah seringan randu.
Kini musim hujan telah mendongak di pintu, ia membawa sekantong ingatan tentang satu kesepakatanku denganmu,  aku dan kamu akan berjalan saling membelakangi untuk kurun waktu yang tidak pernah kita tahu.

Kita memang pernah menyatukan bahu untuk meringankan yang berat dijinjing. Menggerakan dayung hingga patah, lalu kemudian kita malah saling menyalahkan siapa yang  lebih kencang mengayuh. Lihat, kubangan sisa hujan bercampur cucuran air mata telah mengacaukan arah perahu.

Berkali kali kita mencoba meluruskan arahnya, tapi selalu terbelit riuhan doxa yang menggoyangkan mantranya. Aku mengerti sekarang, setelah gelimangan musim berputar menjatuhkan tamparan, Cinta itu memang konsep utopis yang selalu mengajukan keindahan di percikan pertama dan menginginkan kebahagiaan di ujung desahannya.

Namun kita sudah terlanjur bagai besi yang tabah digerogoti karat. Perlahan merapuh, meski sebelumnya dikenal kuat. Bukan perihal mudah memandu dua langkah agar satu arah. Banyak nanah dan darah yang tumpah disela jalan menelusuri realita, sementara bahagia masih saja berbentuk cita-cita.

---------------
Jakarta, Oktober 2016
poem : @shallykabelen @denyjoe_
illustration : @denyjoe_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DI SUDUT ITU, KITA MENGELIMINIR RINDUWhere stories live. Discover now