Acara resepsi gagal karena mempelai laki-laki pingsan, hanya Hafsah yang menemui tamu undangan tadi.

"Breaking news… seorang mempelai laki-laki dikabarkan pingsan setelah mengakad calon istrinya." seluruh pasang mata yang ada di kamar Hafsah pun tertuju ke arah pintu.

Qaid, putra Rafi yang baru saja meledek Atlas bagai penyiar berita sambil memegang kamera yang biasa dia bawa untuk vlog. Ada Atha dan Qilla juga di sana.

"Qaid!!" tegur Sarah. Qaid tertawa, begitupun Atha dan Qilla.

"Qaid di suruh Paman Atha tadi," ucap remaja itu sambil melangkah mendekati kasur.

"Papa!" Sarah melotot pada Atha. Suaminya itu hanya tertawa sambil merangkul Qaid.

"Ah… si Peta! Udah ganteng-ganteng tapi pingsan, bikin Papa pengen hujat sampai nemu laut bikini botom!" timpal Atha. Dan membuat semua yang mendengar tertawa kecuali Atlas dan Sarah.

"Dasar Atlas, kasihan tuh Hafsah," imbuh Qilla. Atlas langsung menatap serius ke arah Qilla, Atlas benar-benar ingin bertemu Hafsah saat ini.

Bagus menoleh dan ikut menatap Qilla yang tengah tersenyum mengejek.

"Hafsah kabur tuh, suaminya aneh," ejek Qilla. Bagus tersenyum. Merasa diperhatikan, Qilla menatap balik Bagus.

Membuat sahabat Atlas yang paling waras itu buru-buru kembali menatap Atlas.

"Permisi…" suara lembut itu mengusik telinga Atlas dan yang lain.

Ada Hafsah di ambang pintu, dia membawa nampan berisi satu piring makan siang dan segelas air putih untuk Atlas.

"Ekhem! Yuk keluar yuk!" ajak Atha.

"Ayo… ayo… " imbuh Qilla.

"Kita tinggalkan pasutri ini," imbuh Randi.

Kedua bola mata indah Hafsah membulat sempurna, dia tidak siap jika harus ditinggal bedua dengan Atlas.

"Tetap di sini aja gak apa-apa kok Pak Atha dan yang lain," cegah Hafsah.

"Panggil Papa aja," balas Atha. Hafsah tersenyum kikuk.

Detik berikutnya Atha dan yang lain langsung keluar dari kamar Hafsah.

Tinggalah Hafsah dan Atlas di kamar bernuansa biru itu. Hafsah memberanikan diri melangkah mendekati Atlas.

"Makan dulu," ucap Hafsah. Atlas diam, dia hanya menatap gerak-gerik Hafsah.

Istrinya itu duduk di sisi kasur dengan ragu, Atlas masih menatap Hafsah dengan tatapan sulit diartikan. Membuat detak jantung Hafsah tidak beraturan.

"Silakan di makan." Hafsah menggeser nampan agar lebih dekat dengan Atlas.

Hafsah merunduk, dia takut bercampur malu saat Atlas terus menatapnya seperti itu tanpa suara.

Hafsah juga bingung harus apa, ingin kabur keluar kamar, takut dibilang istri tidak ada akhlak karena meninggalkan suami yang baru saja sadar dari pingsan. Menetap, dia bingung sendiri dengan situasi ini.

"Sudah salat duhur?" tiba-tiba saja Atlas bersuara. Hafsah mengangkat wajah sebelum akhirnya kembali merunduk.

"Belum, nunggu…"

"Nunggu aku?" tanya Atlas. Hafsah diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Atlas membuang wajah, kemudian tersenyum tipis.

"Ya sudah, ayo salat." Atlas menurunkan kedua kakinya dari kasur.

"Makannya?"

"Nanti setelah salat. Eh iya," Atlas menatap Hafsah.

"Kenapa?" tanya Hafsah dengan wajah yang masih merunduk.

Atlas [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now