6. REMPET TIGA

2.6K 304 18
                                    

"KAK GUNUNG BANGUUNNNNNN!!!!" teriak Mentari sambil menggoyang-goyangkan badan Gunung. Mentari juga naik ke atas spring bad dan loncat-loncat disana. Tapi tak juga membuat sang empu yang sedang tidur dengan mulut berbuka itu bangun.

Emang dasarnya tukang tidur, Gunung kalo udah ketemu sama kasur dan bantal pasti langsung molor, bahasanya kalo gak salah, tumor. Udah gitu susah banget dibanguninnya. Kayaknya, kalo ada gempa atau tsunami, si Gunung bakal gak sadar dan tetep melanjutkan mimpinya.

"GUNUNG SUBROTO BANGUNNNN!"

Mentari kesal, ia membawa air yang disimpan didekat kasur, dicipratkan air itu ke muka Gunung, tapi tetep aja cowok itu gak bangun.

"Bener-bener nih gajah duduk!" Mentari mendekat ke arah Gunung, didekatkan lah mulutnya ke telinga Gunung, lalu teriak. "TEPUK TANGAN UNTUK GUNUNG BRAWIJAYA!!" teriak Mentari sambil tepuk tangan.

Gunung langsung membuka matanya dan duduk dengan cepat, lalu tepuk tangan. Mentari yang melihatnya langsung ngakak, ia menabok pipi Gunung kencang. "Lucu banget!"

Gunung mengigit tangan Mentari pelan. "Apasih berisik banget!"

"Gue disuruh Bapak bangunin, Kak Gunung!"

"Ini jam berapa?"

"Jam setengah 6, cepet solat udah itu siap-siap sekolah. Gue nebeng yaaa?" Mentari memasang wajah melasnya, berharap sang Kakak mau membantunya.

"Gak!"

Mentari memberengut. "Pliss, motor gue mogok."

"Minta anter sono sama pacar lo, punya pacar kok gak dimanfaatin," kata Gunung dengan nada sombong.

"Pacar dari Hongkong! Kerjaan gue aja dighosting cowok! Mana cowok yang gue suka jadian sama sahabat sendiri!" seru Mentari, mengingatnya lagi membuat dia emosi. "Lo gak kasian sama gue, Kak?"

Gunung mengangguk-angguk kepalanya. "Enggak, lagian kalo ada cowok yang mau sama lo, hebat sih dia," jelas Gunung. "Udah berisik, tukang meres duit, manja, gak bisa ngapa-ngapain, jelek, hidup lagi!"

"Lo parah banget! Gue aduin Bapak loh, kalo lo hina-hina gue!"

"Tuh kan! Udah gitu tukang ngadu lagi. Ih gaada bagusnya sama sekali ni anak."

"Gue ikutan silat loh, Kak Gunung. Kayanya lo belum pernah nyoba tonjokkan gue ya?"

"Tuh, kasar juga kelakuannya!" Gunung bergidik ngerti melihat adiknya yang hanya beda 2 tahun itu.

"Lo jangan sombong dong! Mentang-mentang punya pacar, lagian gue yakin lo pake pelet deh, masa, Kak Lava yang cantik dan baik itu mau sama cowok yang gapunya hati nurani, jelek, pemalas, manja, dan tukang molor kayak lo?!"

"Enak aja pake pelet! Sekalipun diliat dari ujung Monas, pesona gue ini bakal tetep kelihatan. Keren banget, kan?"

"Terserah lo aja! Cape banget gue ngobrol sama orang ini." Mentari segera turun dari kasur Gunung. "Pokoknya gue nebeng! Kalo enggak gue bilangin Bapak biar uang jajan lo dikurangin."

"Dasar tukang ngadu," cibir Gunung.

"Gapapa dong selagi masih ada tempat buat ngadu, gak kayak lo, mau ngadu tapi gak ada yang dengerin. Pokoknya cepetan, lo jangan ngaret ya, Kak Gunung tai!"

UNTUNG PACAR! [TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat