22 ● IRONY OF FATE

Mulai dari awal
                                    

"Rosa udah siap Mas. Kita berangkat sekarang?" Seru Rosa ketika melihat Alex hanya berdiri diam terpaku di atas lantai.

"Ah iya... oke. ayo" Alex tersadar. Ia lalu mengambil kunci mobil dan ponsel yang tadi ia letakkan di atas meja. Akhirnya mereka berdua langsung turun ke basement dan segera tancap gas menuju venue pesta.

*

Alex dan Rosa sudah berada di mobil dalam perjalanan menuju Bar & Sky Lounge tempat perhelatan private party mereka diselenggarakan. Alex mengerling Rosa sesaat yang tampak gugup sambil meremas jemarinya. Ia lalu meraih jemari sang istri dan menggenggamnya.

"Tangan kamu dingin banget. AC nya terlalu dingin?" Tanya Alex diikuti mengubah suhu AC dalam mobil menjadi satu tingkat lebih hangat. Ia kemudian menggenggam lagi tangan istrinya yang masih sedingin es. "Kamu baik-baik aja kan?" Alex kembali mengkhawatirkan kondisi Rosa.

"Rosa gapapa kok-" jawab pelan gadis itu.

"Terus kenapa kamu gemeter kayak gini?" seru Alex masih dengan tangan kanannya memegang setir mobil sementara tangan kirinya menelusup di antara jari jemari Rosa.

Rosa merasakan debaran di dadanya ketika Alex meremas erat jemarinya. Ia mulai terhanyut dengan sikap perhatian sang suami yang ditunjukkan belakangan ini. Rosa pun memutuskan untuk berusaha lebih terbuka.

"Rosa cuma takut... gimana kalau teman Mas pada gak suka sama Rosa? Mas malu gak punya istri kayak Rosa?" Tanya gadis itu menguak sisi kurang percaya dirinya.

"Malu? Kenapa harus malu? " jawab Alex cepat. Ia jadi paham alasan kegelisahan sang istri. "Jadilah lebih percaya diri sayang. You are more than perfect. Lagian, aku gak akan biarin siapapun ganggu kamu... paham?"

Bagaimana mungkin Alex merasa malu mempunyai istri secantik, polos, dan menggemaskan seperti Rosa. Gadis jelita nan sederhana seperti dirinya justru luar biasa dimata Alex.

"Iya.." Rosa menunjukkan rasa lega. Ia berpikir selama ada Alex disisinya semua akan baik-baik saja.

***

"Oke Guys, gather please!" seru Daniel sambil menjentik-jentikkan jari di udara. Ia meminta teman-temannya yang berada di Bar & Sky Lounge untuk segera mendekat dan berkumpul.

"Kita briefing dulu sebelum Alex dateng" tambahnya lagi.

Walaupun dengan malas-malasan permintaannya itu langsung dituruti seluruh tamu undangan pesta. "Apaan sih Niel pake briefing segala?" protes wanita bernama Dreisa dari balik kerumunan.

"Eh lo... khususnya elo, cewek-cewek..dengerin ya!" Daniel kembali berseru sambil menunjuk semua teman wanitanya.

"Gue mau sampein rules kalau nanti Alex dateng..."

"Pertama, kita bakal sambut Alex di entrance. Semua udah siap kan? Bunga? Champagne? Poppers?"

"Beres" sahut Adam.

"Sip. Nah sekarang yang kedua, ini yang penting. Kalian tau kita semua respect sama Alex. Dia udah kayak abang buat kita semua. jadi kita juga harus respect sama bininya..."

"Gak peduli bentukan bini Alex kayak apa, gak boleh ada yang ngehina apalagi sampe nge-bully, mau itu fisik atau yang lainnya..."

"Guys...?" Tanya Daniel meminta respon.

"Okee"
"No problem"
"Dont worry"

Balas cs Daniel saling bersahutan tapi justru yang menjawab paling banyak pihak laki-laki. Sedangkan para perempuannya memilih diam.

MARITARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang