03. Meet

19.7K 1.9K 417
                                    

__________

Wonhee terbangun dengan keadaan tidak memakai apa-apa. Telanjang. Bulat. Bahkan tidak dilapisi selimut sama sekali.

Karena selimutnya sudah terlilit semua di tubuh seorang pria yang sedang telungkup di sampingnya itu. Selimutnya hanya menutupi bagian pinggang sampai kaki, sedangkan bagian atas yang lain tidak sama sekali. Dan sumpah, punggungnya seksi sekali.

Astaga, lupakan. Yang lebih penting sekarang adalah ini jam berapa? Keadaan di dalam lumayan terang. Tadi sebenarnya Wonhee lelap sekali tidur, tapi ia merasakan tubuhnya gemetar karena tidak dapat selimut, dan semua selimutnya diraup Taehyung.

Iya, Taehyung—lelaki yang sempat Wonhee kagumi akhir-akhir dan ujung-ujungnya malah memperkosanya. Bukan, tunggu dulu. Tapi kenapa kemarin ia malah mau diperkosa? Jangan menyalahkan diri dulu, ia akibat tubuhnya saja yang tiba-tiba menginginkan itu kemarin. Tapi tetap, tubuh ini punya siapa? Punya dia sendiri, kan? Berarti ini salahnya.

Wonhee menangkup wajahnya sedih, apa yang akan ia katakan pada keluarganya kelak jikalau nanti dia punya suami tahu-tahu dirinya sudah tidak perawan lagi? Apalagi ibunya yang luar bisa cerewet dan galak itu. Bisa-bisa nanti sampai di rumah ia dipenggal dan digoreng.

Ketika Wonhee bergerak sedikit, ia merasa nyeri. Tapi ia tahan. Kejadian kemarin masih sangat melekat di kepalanya. Tidak bisa dienyahkan tiap detiknya dan bahkan setiap sentuhan Taehyung di tubuh Wonhee masih terasa. Hih, sumpah itu menyeramkan.

Wonhee harus segera pulang sekarang, dan mencoba melupakan hal ini. Bila perlu ia tidak akan pernah kemari lagi, atau bila perlu juga ia tidak akan memiliki hubungan dengan Hala lagi meski temannya itu tidak salah apa-apa. Wonhee hanya ingin melupakan semuanya. Sudah terjadi pula.

Perempuan bermata bulat itu bergerak pelan sekali turun dari ranjang, berusaha agar makhluk seksi tapi brengsek itu tidak terbangun. Bisa bahaya jika matanya tiba-tiba terbuka.

Netranya terus-terusan mencari dimana letak piyama dan juga branya yang seingat Wonhee dilempar asal oleh Taehyung kemarin. Ia mendapatkan piyamanya lengkap dan juga celana dalamnya, tapi ada satu yang kurang. Branya.

Aduh, tidak peduli lah. Wonhee hanya ingin kabur. Ketika ia berusaha memakai pakaian, mata Wonhee tak sengaja melihat ke arah ranjang yang sempat ia tiduri tadi itu. Ada noda darahnya. Sumpah, ia langsung menangis saat itu juga. Ini semua bukan keinginannya, tubuhnya memaksa ingin minta disentuh kemarin. Dan ia tidak tahu karena apa.

Mengusap pipinya yang basah akibat air mata, Wonhee pun berderap menuju ke arah pintu kamar dengan gerakan kakinya sedikit mengangkang. Ya jelas sakit, dia masih rapat-rapat malah diberikan besar-besar pasti perih. Ia memutar kenop pintu pelan dengan matanya tertuju lekat melihat keadaan Taehyung agar tidak bangun.

Akhirnya terbuka, Wonhee langsung keluar secepat kilat. Cara berjalannya seperti kepiting yang ada di pantai. Mengangkang  tapi terseret-seret.

Tapi siapa peduli, Wonhee langsung mencari jaketnya ke kamar Hala. Dan sama sekali ia tidak menemukan temannya itu ada di sana. Sumpah, ya kenapa bisa Hala pergi sampai menginap ke rumah pacarnya itu. Wonhee tak habis pikir.

Setelah menemukan barang-barangnya, Wonhee langsung bergegas ke bawah mencari sepatunya. Ia sudah tidak peduli lagi, bahkan akan sakit yang mendera miliknya itu.

Intinya ia harus pergi dari neraka ini.

Kakinya ia gerakkan ke arah pintu utama, keadaan rumah besar dan luas ini benar-benar sepi seakan tidak ada penghuninya. Percuma sekali rasanya punya rumah besar nan mewah tapi terasa tidak yang menempati. Kalau ini diberikan keluarganya pasti sangat amat bahagia. Apalagi adiknya, yang punya keinginan tinggal di rumah mewah, tidak seperti di rumahnya yang lumayan sempit. Tapi setidaknya layak ditinggali.

AcmeWhere stories live. Discover now