13. Invitation

8.2K 1.3K 378
                                    

_____

Dua hari setelah kejadian mengenai jujurnya seorang Jungkook, akhirnya Wonhee memaafkan Taehyung. Laki-laki itu berjanji tidak akan mengatakan yang aneh-aneh pada Jungkook, ingat kembali, Taehyung orangnya loyal dan bisa dibilang omongannya dapat dipegang.

Setelah diselidiki lagi, Wonhee akhirnya tahu kenapa Jihan bisa menangis usai bersama dengan Jungkook. Setelah ia mencoba menghubungi Jihan dan meminta penjelasan padanya, ternyata oni bukan hanya salah Taehyung, tapi adiknya yang kolot berpikir.

Sudah tahu apa yang diucapkan Taehyung itu tidak baik, tapi malah direalisasikan. Memang ada yang salah dengan otak Jungkook akhir-akhir ini setelah punya pacar. Makin besar bukannya makin dewasa malah makin seperti anak-anak.

Wonhee melupakan kejadian itu, sebab ia tidak mau membuat masalah ataupun niat menjauhkan diri dengan Taehyung lagi. Alasannya? Ia tidak tahu. Well, namanya juga orang gengsi. Tidak mungkin Wonhee tega mengabaikan orang seperti Taehyung.

Buktinya, wanita itu sekarang sudah bersiap-siap pergi bersama dengan pria Kim itu untuk membeli bahan makan siang di rumah. Katanya Wonhee ingin membuat menu baru di restoran, libur selama seminggu merawat Taehyung membuatnya punya inspirasi menciptakan rasa baru pada makanan.

Efek seorang Taehyung memang tak bisa diragukan lagi.

"Jadi kita akan ke pasar tradisional itu lagi?" Taehyung mengikuti pelan langkah kekasihnya menuju mobil.

Wonhee menggeleng, "Supermarket. Aku juga sekalian ingin beli planner book untuk persiapan kuliah nanti."

Kedua orang itu sudah masuk ke dalam mobil, mendengar kata kuliah membuat Taehyung terdiam sebentar mencerna ucapannya.

Betul juga, Taehyung lupa kalau ia punya kekasih yang masih sekolah. Sebab kurang lebih sebulan bersama, ia sama sekali tak melihat Wonhee keluar mengambil kelas untuk kuliah. Asyik di dapur terus.

"Kapan jadwal kuliahmu mulai?"

"Lima hari lagi."

Oh, masih ada waktu untuk bersenang-senang dan berduaan. Seminggu lagi Taehyung juga akan disibukkan dengan jadwal pekerjaannya menjadi sutradara.

Taehyung mengendarai mobilnya menuju jalanan besar, sembari fokus pada jalan ia juga berbicara dengan Wonhee. "Berarti, kemungkinan kita akan jarang bertemu di bulan depan. Aku juga sibuk."

Pria Kim itu melirik ke arah samping memerhatikan gerak-gerik Wonhee yang seakan menghindari tatapannya.
"Ya .. itu urusanmu."

Padahal Taehyung berharap Wonhee menjawab, 'Jangan lama-lama sibuknya, ya. Aku rindu nanti.' Ya seperti itu contohnya. Melihat sikap Wonhee akhir-akhir ini juga kadang manja padanya. Tiga hari lalu, bahkan Wonhee merengek pada Taehyung minta dibelikan pembalut dan minuman pereda nyeri haid. Ada kemajuan, kan?

Lima belas menit menempuh perjalanan, Taehyung akhirnya sampai di depan supermarket. Nah, kalau pasarnya seperti ini kan, nyaman. Tidak seperti yang kemarin itu.

Pasangan itu masuk, lalu Wonhee agak kaget melihat Taehyung menyeret troli belanjaan yang ukurannya besar dari pertama kali masuk.

"Heh, mau apa kau bawa troli?"

Taehyung linglung, "Ya kan, kita mau belanja."

"Kau kira aku belanja bulanan?" Wonhee tersenyum saat menyadari otak Taehyung masih loading, "Ambil keranjangnya saja, aku belanja sedikit."

Karena biasanya kalau Taehyung belanja bersama ibunya, bahkan bisa menyeret dua troli belanjaan. Biasa, belanja bulanan orang kaya.

"Kita ke lantai dua dulu."

AcmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang