Chapter 16

1.9K 216 15
                                    


Praditya POV

Aku tersenyum manis saat masuk ke dalam Cyara's dan melihat istriku yang sedang melayani seorang pelanggan di meja kasir. Tanpa permisi aku langsung naik ke lantai dua dan masuk ke ruangan istriku dan membiarkan dia menyelesaikan pekerjaannya. Aku merebahkan diriku di sofa panjang. Tak berapa lama Cyara masuk. Menepuk kakiku agar aku menurunkannya lalu duduk disebelahku.

"Kenapa sih?" katanya saat tiba-tiba saja aku memeluknya lalu menciumi pipinya. Aku menggeleng. Jujur pelukan ini pelukan untuk menghilangkan rasa bersalahku pada Cyara karena telah membiarkan Zaskia masuk ke dalam studio, malah sampai makan bersama denganku. Entah apa yang akan terjadi jika dia tahu semua itu. Mungkin bukan hanya membanting ponsel milikku, bisa jadi dia akan menendang si Junior andalanku.

"Ada bikin salah ya?" aku menggeleng lagi tapi sebenernya di hati ngangguk dan mengakui sudah berbuat salah. "Terus ngapain tiba-tiba manja gini?" aku tertawa lalu melepaskan pelukanku setelah sebelumnya aku mengecup pipinya sekali lagi.

"Emang kalau suami kamu melukin kamu gak boleh?" kataku cemberut dia terkikik lalu mendekat padaku, melingkarkan tangannya disekeliling perutku lalu mengecup bibirku sekilas.

"Boleh kok, Cuma nanya aja tadi. Soalnya kalau udah peluk-peluk manja pasti ada maunya," katanya membuat aku terkekeh.

"Jelaslah ada maunya, tiap deket kamu kan aku mau terus," kataku membuat dia tertawa. Kalau ada orang yang bilang bahwa istri adalah pelepas lelah saat kita pulang bekerja ternyata itu benar sekali. Bisa mendengar celotehan dan tawa riang Cyara saja sudah membuat lelahku hilang. Bahkan nyaris melupan semua apa yang terjadi di studio tadi siang.

"Mas, nunggu dulu sampai pesanan di ambil gak apa-apa kan? soalnya kasian anak-anak kalau harus nunggu sampai lewat jam kerja," katanya. Aku melirik jam dinding di ruangan Cyara sekilah ternyata sudah pukul setengah delapan malam. Tadi saat aku akan ke Cyara's tepat pukul lima, tiba-tiba ada pasangan selebritis yang memintaku untuk diaturkan jadwal untuk pemotretan di rumahnya. Hingga akhirnya aku membatalkan menjemput Cyara dan baru bisa menjemputnya selepas magrib dan ternyata Cyara juga harus melayani beberapa pelanggan yang minta makan di tempat.

"Ya udah aku ke bawah deh, sambil beres-beres kasian anak-anak beres-beres sendiri," katanya aku mengangguk saja tapi tetap mengikutinya yang turun ke pantry.

"Americano masih ada, Sayang?" Cyara menoleh lalu mengangguk. "Mau?" katanya. Aku nyengir lalu mengangguk.

"Ya udah Mas Adit duduk dulu ya, aku buatin dulu," aku mengangguk lagi lalu memilih sebuah meja yang kosong dekat jendela, karena memang itu satu-satunya tempat yang kosong. Menjelan tutup Cyara's malah masih penuh, padahal ini bukan weekend.

"Nih, Mas, diminum dulu kopinya," katanya lalu duduk di hadapanku.

"Makasih sayang," kataku sambil menyunggingkan sebuah senyuman. "Katanya bantu anak-anak?" tanyaku bukannya menjawab Cyara malah terkikik.

"Dapur malah udah beres masa? karyawan aku memang juara," katanya. Aku pun ikut tertawa. Satu persatu pelanggan yang makan di tempat meninggalkan Cyara's. Begitu juga dengan para karyawan Cyara satu persatu sudah pamit pulang. Tinggal Faza saja yang masih belum selesai dengan laporan keuangan hari ini.

"Mbak, laporan keuangan udah aku simpen di meja kasir ya, nanti tinggal mbak cek aja," Cyara menoleh saat Faza pamit. "Mbak beneran aku boleh pulang? Kan ada satu kue lagi yang belum diambil," katanya.

"Iya gak apa-apa ih, pulang aja nanti kemaleman loh. Santai aja, aku kan ada bodyguard," kata Cyara sambil menunjukku dengan dagunya. Dan aku membalas dengan menepuk dadaku beberapa kali dengan senyum jumawa ke arah Faza yang dibalas Faza dengan cebikan bibir.

Still My HomeWhere stories live. Discover now