3. TEMAN SEKELAS

4.1K 478 17
                                    

"Nama gue Farras, pindahan dari SMA Merdeka. Salam kenal semuanya."

Lava langsung memijit kepalanya, ternyata dia beneran murid pindahan. Lava udah stress duluan bayangin sekelas sama cowok freak ini. "Lu, lo harus jauh-jauh sama cowok itu," bisik Lava ke teman sebangku, teman se-tk, dan teman sepergibahannya — Lilu.

"Kenapa gitu? Ganteng anjir! Vibesnya Jefri Nichol banget, La!"

"Ih, lo liat aja nanti kelakuannya!"

"Siapa yang gaada temen duduknya angkat tangan!"

Para perempuan itu langsung heboh mengusir teman-teman sebangkunya begitu mendengar pertanyaan Bu Yaya. Maria, perempuan yang mejanya disebelah Lava itu mengangkat tangannya setelah berhasil mengusir teman sebangkunya. "Disini kosong, Bu!"

"Tuh Farras duduk dulu sama Maria, ya."

Farras mengangguk senang, dia berjalan dengan langkah lebarnya. Dia merendahkan kepalanya begitu melewati Lava. "Cintaku, kita ketemu lagi, ya?"

Lava tak menghiraukannya, terserah orang aneh itu aja!

"Sekarang keluarin buku paketnya dan rangkum halaman 123 sampai 135 ya! Jangan ngeluh!" seru Bu Yaya membuat anak-anak yang tadinya mau protes jadi mengurungkan niatnya.

"La, lo yang rangkum sama dikte ya? Gue bagian dengerin sambil nulis aja."

Selain Gunung, perempuan satu ini juga sangat bisa menguji kesabaran seorang Lava.

Liliana namanya, tapi panggil aja Lilu. Jangan nanya kenapa, Lava juga gak tau. Pas waktu tk kenalan, si Liliana ini udah ngenalin dirinya sebagai Lilu. Si Lilu ini selain tukang nyontek, dia juga rada nge-lag anaknya.

Dan paling parah, si Lilu ini gak bisa bawa motor dan gabisa baca maps, kalo pergi kemana-mana pasti Lava yang nyetirin sambil liat maps, si Lilu di belakang cuma duduk-duduk sambil bercerita tentang kehidupan jomblonya itu.

Tapi, karena Lava anaknya baik hati dan sayang sama Lilu, Lava terima-terima aja. Seperti sekarang contohnya, Lava sibuk merangkum dan mendikte, sedangkan si Lilu enak-enakan nulis sambil merebahkan kepalanya dimeja.

Sementara itu, di meja sebelahnya bukannya ikut merangkum, Farras malah asik menatap Lava. "Farras, mau sekalian gue diktein gak?" Maria menawarkan kebaikannya, tapi malah dibalas dengan gelengan kepala.

"Engga usah, lo duluan aja nulisnya," tolak Farras.

Dia masih menatap Lava, beberapa kali dia melihat Lava yang mendengus kesal saat Lilu yang hah-hahan karena Lava kecepetan ngediktenya. Belum lagi, beberapa anak rambutnya yang sesekali turun saat Lava menundukkan kepalanya dan buat Farras, itu terlihat cantik banget.

"Cintaku, lo cantik banget!" bisik Farras, kakinya juga menendang-nendang kursi Lava pelan.

Lava yang mendengar bisikan itu tidak menggubris, dia tetap fokus pada bukunya. "Ih sombong banget! Padahal tadi di UKS khawatir sama gue ..."

"Woy! Woy! Woy!"

"Cintaku!"

"Kiw! Cewek!!" Kursi Lava bergerak semakin kencang karena tendangan-tendangan yang dilakukan oleh Farras.

Brak.

Semua orang langsung melirik Lava yang baru menggebrak meja. "Kenapa Lava?" tanya Bu Yaya.

"Ada nyamuk dimejanya, Bu. Tapi barusan udah aku bunuh nyamuknya."

Lava melirik sinis pada Farras. Tangan Lava menunjuk Farras lalu mengarahkan kelehernya sendiri, dengan jari telunjuknya, Lava memberi isyarat memotong lehernya.

UNTUNG PACAR! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang