2. KALO INI, LAVA

6.1K 563 37
                                    

Pasar malam adalah pilihan tepat untuk orang-orang yang mau ngapel tapi gak punya uang, alias dia milih tempat yang low budget. Dan Gunung adalah salah satunya.

Dua remaja itu kini tengah berjalan-jalan mengelilingi pasar. Tautan jari Gunung dan Lava tidak lepas. Gunung bilang, biar tubuh kurus Lava tidak terpontang-panting kalo lagi desak-desakkan dikeramaian ini.

"Sekarang, kita mau dimulai dari mana, Kak?"

"Dimulai dengan Bismillah, di akhiri dengan Alhamdulillah ..." Kira-kira seperti itu yang Gunung dengar dari Ibu-ibu komplek yang nyanyiin kalo lagi pengajian.

Lava mendengus. Ditanya bener-bener, malah qosidahan. "Gue mau naik kora-kora ah, lo mau gak, Kak?"

"Mau! Tapi, duitnya pinjem lagi ya? 'Kan gue belum dikasih duit, La."

Lava mengangguk. "Ayo!"

Dua orang yang umurnya beda satu tahun itu berjalan ke tempat penjualan tiket. Membeli dua tiket yang harganya sepuluh ribuan, mereka mulai naik ke atas kora-kora.

Karena Lava dan Gunung ini berjiwa LAKIK! Mereka memilih duduk dibagian paling belakang, soalnya kalo dibelakang itu sensasinya beda, lebih mendebarkan katanya.

Suara kora-kora yang dipanaskan mulai terdengar, Gunung menyilangkan tangannya diatas dada. Kora-kora mah gaada serem-seremnya kalo kata dia. Sedangkan, Lava. Dia terlihat was-was, dia sebenernya takut, tapi karena seru jadinya gas aja!

"WAH ... HUH ... HAHAHA ... AAAAAAAAAA ..."

Teriakan orang-orang terdengar saat kora-kora sudah dijalankan. Lava menutup matanya rapat-rapat karena takut. "Payah! Naik ginian aja kok takut!" ejek Gunung saat melihat wajah panik gadisnya.

"Diem lo! AAAAAAAAAAA ....."

Gunung menutup telinganya, Lava sangat berisik. Untung aja, kora-kora tidak lama berhenti, jadi telinga Gunung gak harus sakit lagi karena denger suara teriakan Lava. "Ih seruu!! Lagi yuk, Kak?"

Gunung menggeleng, menolak ajakan itu. "Gak ah, mending yang lain aja. Kora-kora kurang seru."

"Ih, seru! Sekali lagi aja, yuk yuk?"

"Gue tungguin aja dibawah, lo naik sendiri berani gak?"

Lava mengangguk. "Berani dong, yaudah gue sendiri aja."

Gunung memilih menunggu dibawah dan niatnya mau vidioin Lava. Selain mau jadi cctv dido, Gunung juga niatnya mau bikin stiker di wa pake ekspresi-ekspresi si Lava yang gak komuk itu. Dan setelah itu, tentu aja dia kirimin ke Lava dan membuat gadis itu marah-marah.

"Kak Gunung!!" seru Lava sambil melambai-lambaikan tangannya.

Gunung balas melambaikan tangannya, gatau apa maksudnya, tapi Gunung ngikut aja. "Cantik banget pacar gue, bjir," gumamnya tampak kagum saat melihat eskpresi cerianya Lava.

Saat kora-kora mulai dijalankan, saat itu juga kamera hp-nya tidak lepas untuk memvidio dan memfoto Lava. Sesekali dia juga men-zoom kameranya saat Lava gak komuk, seperti saat ini contohnya, Lava yang terlihat menganga, belum lagi rambut yang tadi digeray jadi kebelakang semua karena angin, dan membuatnya terlihat seperti kuyang.

Enggak, enggak kuyang banget. Lebih ke kelihatan aneh sih.

"Jelek banget nih cewek," gumamnya beda lagi, padahal beberapa menit sebelumnya dia baru bilang kalo Lava cantik.

"Kak Gunung ih seru banget! Lo harus naik lagi!" cetus Lava sambil menghampiri Gunung.Wajah bahagia gadis itu tidak bisa disembunyikan.

"La, udah ya cukup? Lo jangan ngadi-ngadi!"

UNTUNG PACAR! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang