Pillow Talk - 300420

Start from the beginning
                                    

"Noo, Dear~ jangan cemburuuu." Alfi malah makin-makin erat memeluki Evan, "Aku kan, manja ke mereka juga gak semanja ke kamu Dear, terus, kan kamu tau aku kayak apa, kamu juga tau mereka udah pada punya pasangan dan mereka bukan gay. Kan? Kan? Jangan cemburu Dear~ aku sayangnya cuma sama kamu kok."

Napasnya dihela, lalu mengembang senyum lembut, mengelusi kening Alfi di pelukannya, "Iya deh." katanya, seraya mengecup kening dan bibir Alfi. "Tidur, udah malem."

"Tidur? Gak pake baju begini?"

"Loh? Biasanya juga begitu."

"Nanti kalo aku kedinginan? Kalo aku masuk angin? Kalo aku sakit gimana Dear??"

"Ya kita tinggal ke dokter, Sayang."

"Ih!" Alfi malah membuat wajah cemberut, pipinga agak mengembung, malah jadi lucu.

"Salah aku apa coba? Bener kan? Kalo sakit ya berobat."

"Harusnya kamu bilang, kamu peluk aku biar gak dingiiin. Aaah~ kamu gak romantis kayak duluuu~"

Evan malah tertawa-tawa, Alfi di sebelahnya makin cemberut sembari menyubiti pinggang Evan. Bukannya mereda, Evan malah makin jadi tertawanya. Rasanya, entah kenapa Alfi jadi lebih manja dan menggemaskan malam ini.

"Gak lucuuu."

"Aku bercanda, Sayaang. Aku cuma ngisengin kamu aja. Abis, kamu kayak baru pertama kali tidur sama aku. Tiap tidur juga aku peluk kan?"

"Tetep gak romantis!"

"Iya deh, aku emang ga seromantis dulu. Aku minta maaf, oke?"

"Peluk."

"Ini aku peluk, Sayang."

"Gak cium dulu?"

Evan menurut, mencium kening, pipi, dan bibir Alfi. Lalu tersenyum lagi, membawa Alfi makin tenggelam dalam pelukan hangatnya.

Alfi sendiri senang diperlakukan seperti itu, senyumnya masih mengembang meski matanya sudah terpejam. Di pelukan Evan selalu terasa hangat. Terlebih, waktu Evan mengelusi kepalanya mengantar Alfi untuk terlelap. Benar-benar dikasihi, Alfi beruntung memiliki Evan sebagai kekasihnya.

• • •

Jam sembilan, waktu Alfi baru bangun tidur, hidungnya lekas disapa aroma roti panggang. Matanya mengerjap, lampu di kamarnya sudah mati semua, hanya ada cahaya dari jendela yang gordennya hanya terbuka setengah.

"Dear...?"

Tidak ada jawaban. Alfi yakin kalau Evan sudah di luar. Ia bangkit, lalu meregangkan tubuhnya yang terasa agak pegal. Masih mengantuk, padahal sudah bangun siang. Matanya negerjap-ngerjap lagi, menjernihkan pandangan yang masih agak kabur.

Di ujung kasur, ada satu set pakaian baru. Evan siapkan sengaja untuk Alfi. Masih dengan kantuk dan menguap panjang, Alfi berdiri dan mengenakan pakaian yang disiapkan Evan. Hanya celana boxer pendek dan kaos gombrong milik Evan. Mengingat, Alfi memang lebih sering mengenakan pakaian Evan dibanding pakaiannya saat menginap.

Kakinya melenggang keluar, sesekali masih menguap sambil membaca chat-chat yang masuk ke handphonenya. Alfi lihat Evan sibuk di depan laptop di meja makan. Sekali lagi Alfi menguap sembari menghampiri Evan.

"Aku ngantuk banget Dear."

Evan menoleh, baru sadar kalau Alfi sudah bangun. Senyumnya mengembang, kacamatanya agak dibenarkan, tangannya refleks menuntun Alfi duduk di pangkuan.

"Dear, aku diundang ke ulangtahun adiknya Galang nanti siang."

"Ya dateng lah, yang lain juga pasti dateng kan?"

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now