Bonus II - 090420

3.4K 357 17
                                    

𝑻𝒉𝒆 𝑴𝒐𝒔𝒕 𝑰𝒎𝒑𝒐𝒓𝒕𝒂𝒏𝒕 𝑻𝒉𝒊𝒏𝒈


Waktu akhirnya Haani buka suara kemana saja ia selama ini, semua animator langsung bungkam.

Hampir setahun Haani tidak pernah ke studio dan selalu mengerjakan pekerjaannya dari rumah, sudah gitu Haani juga sempat cuti selama sebulan penuh. Semua animator pikir, Haani cuti dan memilih bekerja di rumah karena kondisi Haani, bahkan mereka sama sekali tidak menemui Haani karena Haani selalu menghindar. Ternyata.. waktu Haani kembali ke studio dengan membawa stroller, Haani mengakui semua yang ia sembunyikan selama ini.

Awalnya Haani cerita soal kondisinya, kenapa ia bisa hamil, lalu menikah, dan melahirkan anak perempuan bernama Lana. Semua rekan kerjanya tidak percaya, masih berpikir kalau Lana ini anak Haani dengan seorang perempuan, bukan dengan Galuh. Tapi begitu Haani menunjukan foto saat ia mengandung, juga foto pernikahannya dengan Galuh, mereka hanya bisa diam terpaksa percaya.

Rasanya masih mustahil laki-laki bisa mengandung, tapi hal itu terjadi pada Haani, karena kelebihan Haani.

Haani masih melanjutkan bekerja sebagai aimator game, sesekali ia datang ke studio kalau Galuh bisa menjaga Lana di rumah, kalau Galuh kuliah, mau tidak mau Haani kembali mengerjakan pekerjaannya dari rumah, sambil menjaga Lana.

Namun bukan soal Galuh dan Haani yang mau diceritakan di sini, tapi tentang dampak pada animator lain setelah psngakuan Haani.

Alfi sudah tiga kali beli test pack, namun hasilnya selalu negatif. Tentu saja. Alfi laki-laki normal yang hanya berorientasi penyuka sesama jenis. Alfi tidak bisa hamil meski ia berulang kali minta Evan membuahinya. Alfi merasa iri, ia ingin juga punya anak seperti Haani. Tatapan Lana yang merasuk ke jiwanya itu yang membuat Alfi berkeinginan untuk punya anak juga.

"Ya tapi gak bisa, Sayang.. Haani hamil karena dia ada kelainan, kamu kan normal. Mau berkali-kali kamu beli test pack juga hasilnya tetep sama, negatif."

"Tapi aku juga mau punya anak, aku mau punya anak dari kamu, aku mau hamil, mengandung anak kamu!"

"Fi.." akhirnya Evan yang berulang kali pula menenangkan Alfi. Dipelukinya dengan sayang sambil dielus-elus kepala Alfi. "Maaf, Sayang.. aku gak bisa kasih anak ke kamu."

"Aku yang gak bisa hamil."

"Tapi tanpa anak juga kita masih bisa sama-sama kok. Aku masih sayang sama kamu, aku gak kecewa atau apa pun."

"Aku mau punya anak kayak Lana.. dia lucu. Aku mau hamil anak kamu." Alfi makin merajuk, sambil terus bercucuran airmata. "Buahi aku terus."

"Fi-"

"Aku mau hamil anak kamu!"

Evan menghela napas panjang. Alfi sudah berteriak, menangis menjadi-jadi, merajuk meminta dibuahi untuk kesekian kalinya. Evan cuma mengelus kening Alfi, sambil tersenyum lalu mendaratkan bibirnya di sana. Ia menggendong Alfi bak mengendong anak kecil yang habis jatuh. Alfi masih menangis di gendongan Evan, memeluknya, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Evan.

Alfi didudukan di atas meja makan, masih sesenggukan menangis. Evan mengelapi pipi Alfi yang basah karena air mata. Alfi benar-benar disayangi Evan meski ia minta hal yang tidak masuk di akal.

"Sayang.. jangan nangis dong. Gimana aku bisa ngebuahi kamu coba kalo kamu nangis begitu?"

"Harus sampe hamil."

"Iya Sayang, nanti kita kasih bayi buat temennya Lana. Ya?"

Alfi mengangguk. "Cium.."

Evan terkekeh lucu, tapi tetap mengabulkan permintaan Alfi. Mencium kekasih manjanya dengan sangat mesra.

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now