♪ ♬ 14 ♬ ♪

4.3K 420 9
                                    

Tanganya meremas pelan rambut Haani, kepalanya mendongak sesekali lalu kembali lagi memperhatikan Haani mengulum kejantanannya dengan mulut mungilnya.

Haani dengan lahab mengulum penis Galuh yang ia rasa lebih nikmat dari sebuah permen lolipop. Kulumannya maju dan mundur, lidahnya bermain-main membuat penis Galuh semakin basah, belum lagi jemari Haani yang meremas bola Galuh dan jilatan sesekali lidah Haani di ujung penis Galuh, buat penis Galuh makin dan makin keras.

"Masukin lagi Ni.."

"Puahh.." suara mulut Haani melepas kulumannya, "Saya gak bisa lebih dalem lagi Luh."

Bukannya kecewa, Galuh malah merasa dirinya makin terangsang melihat bibir mungil Haani memerah dan lengket bekas mengulum penisnya. Kepalanya mendongak lagi, waktu Haani kembali mengulum penisnya dengan cepat.

"Gue mau keluar.. akh-"

Sadar kalau penis Galuh di mulutnya makin terasa penuh, Haani semakin mempercepat kulumannya sampai tiba-tiba, dengan sangat cepat Galuh memuncratkan cairannya yang begitu bayak di dalam mulutnya. Haani hampir tersedak, tapi sebisa mungkin ia tetap menelan cairan Galuh.

Perlahan-lahan Haani melepas kulumannya, mulutnya masih ada sisa-sisa cairan berwarna putih kental, menempel di sekitar mulutnya. Galuh menarik Haani untuk bangkit, duduk di pangkuannya.

"Jorok." Kata Galuh sambil membersihkan mulut Haani. "Yang boleh begitu gue aja, Ni. Lo jangan."

"Kenapa?"

"Gue gak mau lo sakit."

"Terus kamu pikir saya mau kamu sakit?"

"Ya nggak." Tangan Galuh berhenti di pipi Haani, menatapnya dalam-dalam. "Lo nyesel pacaran sama gue?"

"Nggak, kenapa nanya begitu?"

"Gue cuma takut aja."

"Luh.. kan semuanya udah jelas. Saya cuma suka sama kamu."

"Hm."

"Luuh."

"Kiss me, please."

Haani menatap Galuh dalam, lalu mencium bibir Galuh dan melumatnya dengan rakus. Memain-mainkan lidahnya dengan lidah Galuh, membuat seisi mulutnya terasa panas.

Tangan Galuh menggerayangi punggung Haani, pinggang, pindah ke dadanya, dan kembali ke punggung, merabanya dengan lembut. Ciuman mereka belum terlepas, tangan Haani tertahan di pipi Galuh agar ciumannya semakin dalam.

"Ngh." Haani mengerang pelan, waktu tangan Galuh sudah ada di bokongnya dan meremasnya agak keras. Haani masih belum mau menyudahi ciumannya, matanya makin terpejam waktu jari Galuh menyentuh liang senggamanya. "Aah..."

"Don't stop, Honey." protes Galuh pelan, karena Haani melepas ciumannya. Dengan mata sayu, Haani mendaratkan lagi mulut mungilnya di mulut Galuh, melanjutkan yang sempat terhenti.

Di bawah, jemari Galuh terus menstimulasi liang anus Haani, dari yang hanya satu jari, dua, dan terakhir tiga. Haani selalu merintih kesakitan kalau Galuh memasukan jarinya lebih dari dua, padahal kalau dibandingkan dengan penis Galuh, pasti lebih menyakitkan penis Galuh karena lebih besar.

Anus Haani terasa semakin basah dan becek, Galuh mungkin tidak perlu pelumas dalam senggamanya kali ini. Dengan terus menstimulasinya, Galuh yakin kalau penisnya nanti akan masuk dengan mudah.

"Luh..." ucap Haani gelisah, merebahkan kepalanya di pundak Galuh. "Saya gak tahan... masukin sekarang."

"Oke." Kecup Galuh di pipi Haani. Tangannya memberi isyarat untuk Haani agar mengangkat bokongnya supaya Galuh bisa memposisikan penisnya dengan benar. "Duduk.." kata Galuh, yang dengan perlahan, penisnya mulai terasa hangat dan panas masuk ke anus Haani.

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant