"Keluarga gak ada yang tahu, Dek?"

"Aku gak mau mereka khawatir. Lagipula kondisi ayah sedang kurang baik, mereka baru tahu ketika lima hari kemudian,"

"Tapi..." aku menjeda kalimat ku sejenak.  "Sekarang kamu udah sembuh 'kan?"

Aira hanya diam tanpa mau menjawab. Ia kembali membaringkan tubuhnya, begitu juga denganku.

"Aku gak sakit," ujarnya setelah membelakangi ku.

____

Aku sedang menyematkan arloji di pergelangan tanganku tepat ketika Aira memasuki kamar. Pagi ini aku sudah rapi dengan kemeja hitam dan celana bahan kain. Tak lupa memakaikan kacamata ketika bepergian mengingat mataku yang minus. Aku khawatir akan menabrak orang-orang di jalanan karena penglihatanku yang buram.

"Mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Aira seraya melingkarkan kedua tangannya di atas bahuku.

"Ada urusan," balasku singkat.

"Urusan apa?"

"Konsul," Setidaknya aku tidak berbohong, pikir ku.

"Aku ikut!" seru Aira.

"Ya jangan dong! kamu di rumah aja, sama Syakira," balasku. Aira memasang wajah memelas. "Aku gak akan lama kok.."

"Gak lama itu berapa menit ya?" tanyanya yang membuatku dongkol. Aku mengabaikannya lalu ke luar untuk memanaskan mesin mobil. Aira mengikutiku dari belakang lalu berdiri di teras rumah.

"Just stay at home, I'll be back,"

Tak mau berlama-lama, aku segera berangkat. Ku lihat Syakira mulai mengobrol dengannya, lalu mereka kembali masuk ke rumah. Ku hela nafas panjang kemudian ku laju mobilku ke arah tujuan.

__

Begitu selesai menemui seseorang, aku segera menuju parkiran untuk pulang. Pasti Aira sedang menunggu di rumah. Ku ubah pengaturan notifikasi di ponselku kembali normal usai sedari tadi ku biarkan hening karena tak mau terganggu.

Ada puluhan panggilan  dari Syakira. Anak itu sangat tidak punya kerjaan. Pasti dia memintaku untuk membelikan cemilan. Sudah kebiasaannya, setiap aku pergi ada saja yang dititipkan. Bahkan ia pernah memintaku untuk membelikan pembalut ketika ia datang bulan.

Aku tak ingin menelponnya kembali, takut jika ia akan memesan macam-macam karena ku tugaskan untuk menjaga Aira. Sembari pulang aku mampir di salah satu pusat perbelanjaan untuk membelikan es krim dan beberapa snack untuk mereka.

Setibanya di rumah, Syakira sudah berdiri di teras.

Dasar bocah!!

"Bang!"

"Apa? ni Abang dah belikan ice cream untuk korang," ujar ku  sembari mengangkat kantong kresek untuk memperlihatkan kepada Syakira.

"Thank you, Abang.. tapi ada yang lebih penting,"

"Apa lagi?" geram ku.

"Akak mengamuk. Dia marah-marah tu. Syakira pun hampir kena pukul sebab pegang dia.." kata Syakira membuatku kaget setengah mati.

"Kenapa tak bagitau Abang awal-awal?"

"Syakira dah call berpuluh kali tapi  Abang tak angkat juga,"

Manajemen Rumah Tangga ✔Where stories live. Discover now