18 ● DISAPPOINTMENT

Mulai dari awal
                                    

"Nggg... Kakak juga tinggal di daerah sini?" Tanya Rosa memanggil sang lelaki dengan sebutan lebih tua karena jika dilihat bahkan ia mungkin berusia tak jauh beda dengan sang suami. Rosa ganti membalikkan keadaan agar tak ditanya terus mengenai dirinya. Lagipula ia merasa tidak sopan mengacuhkan orang yang sudah membantunya.

"Enggak. Sebenernya rumah aku lumayan jauh. Tadi mau mampir ke tempet temen tapi dianya gak ada, jadinya mampir kesini beli minum"

"Oohh.." Rosa mengangguk paham.

"Mmm... kalau gitu, ya udah ya Kak, saya duluan. Ini udah selesai belanjanya mau bayar dulu. sekali lagi makasih" ucap Rosa agar tak berlama-lama berbincang dengan pria asing tersebut. Walaupun pria di hadapannya saat itu sangat tampan dan menarik tapi Rosa merasa biasa saja. Toh ia sudah mempunyai suami yang juga tak kalah good looking, walaupun memang hanya sekedar pajangan.

"Oh oke" jawab pria itu seolah enggan untuk berpisah dengan Rosa.

Rosa kemudian mendorong troli sembari menyunggingkan senyum dan sedikit menundukkan kepala. Si pria membalas dengan seringai kecil lalu memandangi Rosa sesaaat sebelum akhirnya benar-benar berpisah.

*

beep ... beep... beep...

Berbagai barang yang Rosa beli tengah di scan di kassa satu per satu. Ia mengambil belanjaannya dari dalam troli dan meletakkannya di meja kasir. Namun aksinya terhenti saat matanya beradu dengan seseorang yang baru saja ia temui. Si pria yang membantunya tadi juga tengah membayar di kassa seberang. Rosa melihat pria itu membawa dua krat kaleng beer.

"Hai" sapa si pria sembari tersenyum dari kejauhan.

Rosa membalas juga dengan senyuman dan mengangguk singkat.

Tak berlangsung lama keduanya bertukar sapa. Karena Rosa membeli lebih banyak barang justru pria itu selesai lebih dahulu membayar di kasir.

Ia menyapa Rosa sekali lagi ketika pandangan mereka kembali bertemu.

"Duluan ya" katanya berpamitan pada Rosa.

"Iya" jawab Rosa tanpa mengeluarkan suara dan mengulas senyum tipis. Ia kemudian melihat si pria berlalu pergi meninggalkan supermarket.

***

Setelah berjam-jam bergumul di dapur, akhirnya Rosa telah menyelesaikan masakannya. Dua porsi hasselback chicken yang ia buat telah matang dengan sempurna. Gadis itu lalu melakukan tes rasa pada setiap masakannya yang lain. Ia merasa sangat puas dengan hasilnya. Rosa jadi tak sabar menunjukkan hasil karyanya pada sang suami.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan belum ada tanda-tanda kepulangan dari Alex

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan belum ada tanda-tanda kepulangan dari Alex. Rosa memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menyiapkan hidangan di meja makan untuk nanti malam.

Pukul tujuh malam Rosa mulai menata masakkannya di meja makan. Dengan mata yang berbinar-binar ia menyiapkan hasselback chicken yang telah ia buat, berikut potato wedges, tomat ceri, brokoli panggang serta salad sayur. Ia juga membuat seporsi kecil spageti untuk pelengkap. Tak lupa gadis itu menyiapkan bermacam buah potong sebagai dessert favorit sang suami.

Tadi pagi Alex berjanji untuk pulang sebelum sore hari. Namun saat jarum jam sudah berada di angka delapan dan dua belas laki-laki itu belum juga sampai di penthouse. Dengan jantung berdebar dan perasaan tak karuan Rosa menunggu cemas kepulangan suaminya sambil duduk di kursi meja makan.

Rosa meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja. Dengan sedikit ragu ia menuliskan pesan guna menanyakan perihal kepulangan sang suami. Bukan karena ia ingin segera makan karena sudah lapar. Namun sebagai seorang istri, ia tetap tak bisa mengusir pikiran-pikiran negatif.

"Jadi pulang jam berapa, Mas?"

Ketik Rosa lalu memencet tombol send dengan dadanya yang menyesak. Ia benar-benar khawatir pada Alex dan takut suatu hal yang buruk menimpa pria itu hingga tak sanggup memberinya kabar.

Tak sampai lima menit kemudian, bukannya mendapat balasan pesan Rosa justru mendapati ponsel nya bergetar. Akhirnya Alex menghubunginya juga. 

"Halo" sapa Rosa

"Halo, Rosana?" panggil Alex dari seberang.

"Iya... ?"

"Kamu sudah makan?"

"Mmmm...."

"Saya gak jadi makan malam dirumah. Ada partner bisnis yang mendadak ngajakin saya meeting..."

".... Kamu makan duluan saja gak usah tunggu saya pulang"

"Oh gitu... iya,"

"Oke. O iya, Nanti saya pulangnya juga agak malam, mungkin sekitar jam dua belas"

"Iya"

"Ya sudah. Saya tutup telfonnya"

"Iya Mas"

Tring

Dan begitulah percakapan singkat itu berakhir.

Rosa meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Gadis itu lalu terdiam sesaat sembari menatap kecewa berbagai makanan yang telah tersaji rapi di meja makan. Rosa menghembuskan nafas untuk mengurangi rasa berat di dadanya. Ia kemudian meraih piring dan mengambil potongan ayam di pan. Gadis itu mulai mengiris dada ayam panggang berlumur keju tersebut dan menyuapkannya ke mulut.

'Aneh... tadi enak kok... kenapa tiba-tiba jadi hambar gini sih' batin Rosa terheran-heran karena masakannya berubah rasa.

Namun ia tak menghiraukan lagi pikirannya kala itu. Akhirnya ia menikmati makan malam sendirian dengan airmata yang mulai menetes.

*****

MARITARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang