Let You Go

532 35 10
                                    

Mark tidak mengerti apa yang kurang dari dirinya. Dia bisa berjalan dengan sempurna, tangannya berfungsi dengan baik, wajahnya enak dipandang, dia bahkan tidak cacat sedikit pun.

Tapi manusia tidak ada yang sempurna. Mark juga tidak sempurna, dia masih banyak memiliki kekurangan. Dan Bambam, tidak bisa menerima semua kekurangan yang ada pada diri Mark.

Berhubungan selama lima tahun tidak membuat Bambam bisa dengan mudah menerima semua kekurangan Mark. Bambam beralasan dia tidak sanggup melanjutkan hubungan hanya karena sifat Mark yang posesif.

Salahkah Bambam? Tidak. Sama sekali tidak salah. Wajar dia gerah akan sikap Mark yang selalu melarangnya ini dan itu.

Tapi tidak seharusnya Bambam sekasar itu pada Mark. Haruskah ia setega itu dengan menamparnya?

"Sudah ku bilang jangan pernah melarangku! Kau punya telinga tidak?" Bambam selalu membentaknya, mengatakan bahwa ia sangatlah posesif padanya.

Mark menunduk menahan kesal melihat sikap Bambam padanya. Mereka sedang di dalam kamar Mark saat ini. Dengan Bambam yang marah-marah sejak mereka tiba di sini.

Semua berawal saat Mark tidak sengaja memergoki Bambam yang pergi ke bar bersama salah satu temannya. Mark sudah berbicara baik-baik dengannya, meminta agar ia tidak pergi. Bambam tentu saja menolak dengan alasan dia sudah janji dengan temannya dan berkata bahwa Mark tidak seharusnya ikut campur.

Mark naik pitam, dia dengan paksa menarik pergelangan tangan Bambam dan menyeretnya masuk ke mobil. Mereka terlibat adu mulut di dalam mobil. Ego dari masing-masing sangat tinggi, tidak ada yang mau mengalah.

Kesal karena Bambam selalu membantahnya, Mark akhirnya membawa Bambam ke rumahnya. Mereka bisa membicarakan ini di rumah.

Kini, keduanya diliputi rasa amarah yang sama besarnya.

"Kau pikir apa yang kau lakukan hah? Kau pergi dengan pria lain, tidakkah kau sadar itu?!" Mark balas membentak tak kalah keras. Tangannya mengepal tanda ia sedang menahan emosi. Jangan sampai tangannya melayang dan melukai Bambam.

Bambam mendecih meremehkan, "Kau selalu mengekangku. Lima tahun Mark, lima tahun. Tidakkah cukup untuk membuatmu percaya padaku?"

"Aku tidak akan seperti ini jika kau tidak berbohong padaku!" Mark menatap tajam pada Bambam, "Aku memberimu kepercayaan, tapi kau malah membohongiku. Kau pikir aku tidak tahu?"

Bambam meringis merasakan nyeri pada pergelangan tangannya yang dicengkram oleh Mark, "Sakit." Ringisnya.

"Dengar, aku tidak akan pernah berhenti untuk mengekangmu hingga aku sendiri yang akan melepaskanmu."

Bambam merah padam, emosinya sudah mencapai puncak. Mark sudah keterlaluan. Dengan kekuatan yang dia miliki, dia menarik tangannya yang dicengkram oleh Mark dan langsung menampar Mark dengan keras. "Sialan!" marahnya. "Kau benar-benar sialan!" lagi, Bamvam menampar Mark dengan keras hingga wajah Mark terlempar ke samping.

Mark memegang pipinya yang berdenyut akibat tamparan Bambam. Bisa dia pastikan sudut bibirnya sobek karena dia bisa merasakan getirnya darah di sana. Tapi dia tidak meringis kesakitan, justru yang ia lakukan adalah mendecih tepat di hadapan Bambam.

"Kau pikir kau siapa hingga berani mengekangku?" Bambam bertanya dengan nada remeh. Dia tidak bisa diinjak-injak seenaknya oleh Mark.

"Kau bertanya aku siapa?" Mark balas bertanya meremehkan, "Aku Mark Tuan. Kekasihmu."

Bambam tertawa keras, "Kekasih kau bilang? Aku bahkan merasa bahwa aku hanyalah tawananmu, sialan!" bentaknya. "Mark Tuan, jika benar aku adalah kekasihmu. Ayo kita akhiri hubungan ini. Aku muak denganmu."

MARKBAM-Oneshoot[✔]Where stories live. Discover now