LA Gangster (II-End)

421 31 14
                                    

Ruang sel sangat sempit. Sirkulasi udara kecil membuat ruangan terasa pengap. Ditambah ruang sel ini tidak dihuni satu-dua orang, tapi ada enam orang di dalamnya. Mark mendesah lelah, dia berada dalam sel yang sama dengan preman-preman kampung yang menjadi lawannya tempo hari.

Ini hari ke empat dia ditahan, berarti ada kemungkinan hari ini semua data-data miliknya akan dibeberkan di ruang interogasi. Walau sebenarnya dia tidak terlalu peduli, toh, semua data pribadinya tidak akan terbongkar sama sekali.

Para pimpinannya di LA sudah menutup akses bagi siapa saja untuk mencari informasi tentangnya. Termasuk pihak berwajib.

Mata tajamnya terus memandang pada sekumpulan preman-preman kampung yang duduk agak berjarak dengannya. Tidak berniat mengajak damai atau bahkan sekedar tersenyum. Beberapa dari mereka hanya memandangnya dalam diam, beberapa lagi menatapnya takut-takut. Seakan dia adalah predator yang patut diwaspadai.

Jika dilihat preman-preman kampung ini berusia sekitar dua puluhan. Jika tebakannya tidak salah, maka mereka mungkin berada di usia yang sama dengan si pemuda oriental.

Ah, pemuda oriental itu. Siapa namanya? Bambam? Dapat darimana dia nama seperti itu.

"Markeu." Yang disebut namanya mendongak, mendapati seorang polisi berbadan agak gempal tengah menandangnya dengan sedikit ramah. "Ada kunjungan buat kamu."

Pintu sel dibuka dan Mark dengan malas bangkit dari duduknya.

Satu polisi berjalan di depannya dan polisi lainnya di belakangnya. Berjaga-jaga agar dia tidak kabur.

Mark dibawa ke dalam ruang kunjungan. Ada Bambam yang sudah duduk manis menunggunya. Kedua polisi yang mengantarnya langsung pergi meninggalkan mereka. Walau masih dipantau dari luar ruang kunjungan.

Mark menarik kursi tepat di depan Bambam dan disambut dengan antusias oleh pemuda oriental itu.

"Saya sudah bicara dengan teman Mas. Dan dia bilang semua jadwal penerbangan Mas akan diatur ulang." Bambam berbicara langsung pada intinya. Dia sudah belajar jika berbicara dengan Mark jangan bertele-tele, atau pria dingin di depannya ini tidak akan bicara.

"Bagus," tutur Mark puas. "Hari ini semua data-dataku mungkin akan dibacakan. Dan aku akan kembali diinterogasi."

Bambam mendadak cemas, dia takut Mark kembali membisu saat diinterogasi. "Mas akan mengatakan yang sebenarnya, kan?"

"Tentu saja. Tidak perlu khawatir." Balas Mark dengan santai. Dia sudah muak berada di dalam sel dan tubuhnya sudah lengket karena keringat. Dia butuh mandi. "Hey, Tampan."

Bambam mengerutkan alis, dia menengok ke kanan dan kiri dengan bingung. "Mas panggil saya?" Tanyanya setelah memastikan tidak ada orang lain di ruang kunjungan ini.

Markeu mendengus geli, "Tentu saja. Kau pikir selain kita, siapa lagi yang ada di ruangan ini?"

"Tapi nama saya Bambam, bukan Tampan."

"Dalam bahasa Italia, ¹Bello berarti tampan."

Bambam membelalak, "Keren." Takjubnya.

Mark kali ini terkekeh geli, benar-benar tidak mengira pemuda yang sekarang di depannya bisa sekonyol ini. "Statusmu korban, kan?"

Terkejut akan pertanyaan dari Mark, Bambam tersedak liurnya sendiri. Yang sukses membuat Markeu mendengus.

Mengangguk, Bambam membenarkan. "Iya, status saya sekarang korban."

"Kau mungkin akan kembali diinterogasi, bisa kau jelaskan bagaimana kejadian sebenarnya pada mereka?" Mark melirik polisi-polisi yang sedang berjaga di depan ruang kunjungan. "Aku yang akan menyelesaikan sisanya."

MARKBAM-Oneshoot[✔]Kde žijí příběhy. Začni objevovat